Gartner mengemukakan bahwa meskipun berasal dari Tiongkok, ZTE harus meningkatkan keberadaannya dan brand awareness-nya di lebih banyak negara seiring bertambahnya kontrak dan pencapaian di pasar internasional. Lembaga riset teknologi asal Amerika Serikat ini menyarankan ZTE agar dapat memperoleh manfaat dengan merekrut tenaga insinyur lokal yang memiliki pengetahuan jaringan setempat dan bahasa lokal, agar lebih mendunia.
ZTE merupakan salah satu pemain utama dalam pasar infrastruktur jaringan LTE. Perusahaan jaringan ini bermula dari pasar China dan Asia Pasifik, kini ZTE telah memasuki pasar internasional yang lebih besar. Salah satu klien besarnya adalah Telenor Group.
[caption id="attachment_10094" align="aligncenter" width="800"] Gedung R&D ZTE di Shenzhen, China[/caption]
Berbekal pengalaman proyek LTE di Tiongkok, ZTE berhasil memasuki beberapa pasar kunci yang lain seperti Asia Tenggara, India dan Eropa. Pendapatannya pun diklaim relatif stabil. Belum lama ini, ZTE meluncurkan inisiatif pre-5G dengan mengkomersialkan beberapa solusi teknologi 5G untuk diimplementasikan di atas jaringan 4G.
Baca juga:
* Tahun depan ZTE terapkan teknologi NFV dan IoT di Indonesia, seperti apa?
* Begini solusi vertical broadband untuk smart city ala ZTE
Raksasa jaringan telekomunikasi asal China ini berupaya terus menunjukkan, menguji dan beroperasi dengan kemampuan yang canggih dengan para penyedia layanan komunikasi (CSP). Misalnya dengan Massive Multiple Input, multiple output (MIMO) dan cloud radio. ZTE juga menggunakan produk fixed line-nya untuk memenuhi kebutuhan operator telekomunikasi.
Beberapa operator terkemuka di Asia menggunakan solusi tersebut. Seperti infrastuktur jaringan LTE SoftBank di Jepang dan jaringan TDD/FDD China Mobile di Hong Kong, Eropa, Timur Tengah, Afrika dan Amerika Latin.