Teknologi AI Dapat Memprediksi Resiko Kematian Dini Secara Akurat

ArenaLTE.com - Bagaimana kalau waktu kematian Anda sudah bisa diprediksi? Ngeri-ngeri sedap, kali ya, rasanya. Tapi begitulah yang bisa dilakukan teknologi kecerdasan buatan (AI/artificial intelligent). Dengan AI, bisa diprediksi apakah seseorang akanmengalami kematian dini. Dalam artian, lebih cepat dari usia harapan hidup normal.
 
Dunia kesehatan memang sudah lama mengenal metoda yang bisa memberikan prediksi harapan hidup seseorang. Makanya kita sering mendengar dokter “memvonis” pasien bahwa umurnya paling lama dua tahun lagi --atau semacamnya. Tetapi, ternyata AI bisa memberikan prediksi yang lebih akurat.
 
Kemampuan AI dalam memprediksi seseorang memiliki umur pendek itu, terungkap lewat serangkaian penelitian yang dilakukan sekelompok ilmuwan Inggris dari University of Nottingham, Inggris. Mereka mengembangkan metoda pengujian berdasarkan algoritma AI, dan membandingkannya dengan metoda lain yang biasa digunakan di bidang kesehatan.
 
Dua model pengujian memakai dua jenis (teknologi) AI yang berbeda. Satu berdasarkan “deep learning” yang bersandar pada jaringan pemroses informasi, satunya lagi AI yang lebih sederhana, yang disebut model “random forest”. Model satu lagi yang dipakai sebagai perbandingan adalah model yang menggunakan algoritma standar yang disebut “cox model”.
 
Sementara data yang digunakan untuk pengujian ini, diambil dari data milik 500 ribu orang (yang tinggal di Inggris) yang tersimpan di UK Biobank --pusat data genetis, fisik dan data kesehatan yang terbuka untuk diakses—dan dimasukkan antara rentang waktu tahun 2006 hingga 2016. Dalam masa itu, ada 14.500 orang yang meninggal. Terutama disebabkan karena kanker, jantung dan gangguan pernafasan.
 
Ketiga model pengujian yang dipakai, sama-sama menggunakan data data umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok dan diagnose kanker, sebagai faktor utama untuk mengukur kemungkinan kematian dini/usia pendek. Tetapi, ada faktor pengukuran lain yang berbeda.
 
Cox Model lebih menyandarkan pada faktor etnis dan aktivitas fisik, yang tak dilakukan model “machine learning”. Sementara model random forest, lebih menekankan pada faktor persentase lemak tubuh,  lingkar pinggang, jumlah buah dan sayuran yang dimakan, dan kesehatan kulit. Model “deep learning” menempatkan paparan resiko pekerjaan, paparan polusi udara, konsumsi alcohol dan pengobatan yang diterima.
 
Setelah data-data tersebut diolah, ternyata algoritma deep learning memberikan prediksi yang lebih akurat, mencapai 76%,  mengenai waktu kematian orang yang menjadi subyek penelitian. Sementara model random forest, yang juga menggunakan AI namun lebih sederhana, tingkat akurasinya hanya 64%. Adapun Cox Model, hanya 44%.
 
Dengan hasil studi terbaru ini, kelompok ilmuwan menunjukkan bahwa machine learning dapat digunakan untuk memprediksi secara lebih akurat mengenai kemungkinan hidup seseorang. “Mungkin kalangan professional kesehatan belum terlalu familiar dengan AI. Tetapi teknologi ini jelas dapat membantu mereka (para dokter) lebih akurat dalam menilai resiko kematian pasien,” ujar Joe Kai, professor di University of Nottingham, yang juga salah satu anggota team peneliti, dalam laporan yang dipublikasikan pada jurnal PLOS ONE.    

Leave a Comment