Hal ini didorong oleh rasa percaya diri masyarakat Indonesia terhadap potensi pertumbuhan ekonomi negara, serta kondisi yang memungkinkan untuk mendapatkan akses dan juga mengejar berbagai peluang.
Kondisi ini bertolak belakang dengan negara-negara maju seperti Jepang, Hong Kong, dan Australia. Masyarakat di ketiga negara tersebut menunjukan kecemasan yang lebih tinggi terhadap kondisi perekonomian negara masing-masing.
Dalam studi ‘LinkedIn Opportunity Index’, LinkedIn bermitra dengan Gfk yang melibatkan 11.000 responden berusia 16 hingga 60 tahun di 9 negara di kawasan Asia Pasifik – Indonesia, Australia, Tiongkok, Hong Kong, India, Jepang, Malaysia, Filipina, dan Singapura melalui metode wawancara online pada September dan Oktober 2018.
Beberapa Data penting dari LinkedIn Opportunity Index 2018 :
- Setengah (50%) dari responden di Indonesia menyatakan bahwa “merintis bisnis milik sendiri” sebagai aspirasi tertinggi dari peluang di masa depan. Sebaliknya responden di Australia (13%), Hong Kong (13%), dan Jepang (7%) memiliki keinginan yang kecil untuk memulai bisnis baru.
- Selain itu, di Indonesia, sebanyak 38% responden mengatakan bahwa peluang untuk bisa menggunakan kemampuan mereka sebagai aspirasi mereka tertinggi setelah peluang merintis bisnis milik sendiri.
- Peluang juga tidak semata diartikan sebagai usaha personal dalam meraih kesempatan kerja. Lebih dari itu, 82% orang Indonesia menyatakan bahwa mereka juga turut membantu orang lain untuk terhubung dengan kesempatan kerja yang lebih baik.
- Lebih dari setengah (sebanyak 56%) menyatakan bahwa mereka membantu memperkenalkan kerabat mereka ke orang yang tepat agar bisa meraih kesempatan kerja, sementara 47% menyatakan bahwa mereka telah menuliskan surat referensi kerja bagi kerabat mereka.
- Sama seperti responden lainnya di regional, sebanyak 35% dari responden di Indonesia percaya bahwa keterbatasan finansial menjadi halangan terbesar dalam meraih peluang di masa depan.
- Sebanyak 29% responden di Indonesia juga menyatakan bahwa kurangnya luasnya koneksi dan jaringan relasi menjadi hambatan terbesar kedua, diikuti oleh rasa takut akan kegagalan (22%).
- Sama seperti lebih dari 90% responden di Asia Pasifik, 94% responden di Indonesia percaya bahwa ketekunan dan kerja keras menjadi kunci untuk memajukan hidup di masa depan.
- Atribut lainnya yang dianggap orang-orang Indonesia penting dalam hal ini adalah adalah kesediaan untuk menerima perubahan (93%), mengenal orang atau memiliki koneksi yang tepat (89%), dan tingkat pendidikan (84%).
Data ini merefleksikan kultur Gotong Royong yang telah melekat di masyarakat Indonesia, terutama dalam mencapai suatu tujuan, dan juga menekankan pentingnya peran komunitas dalam membantu orang Indonesia untuk terhubung serta meraih kesempatan di masa depan.