ArenaLTE.com - Perkembangan teknologi memang suatu keniscayaan yang tak dapat ditolak. Termasuk perkembangan teknologi seluler, yang kini memasuki generasi kelima, atau yang populer disebut teknologi 5G. Sejumlah negara (maju) sudah menerapkannya. Lantas, Indonesia kapan? “Ada sejumlah hal yang harus dipertimbangkan dahulu sebelum mengimplementasikan teknologi terbaru ini,” ujar Ismail, Dirjen Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), ketika berbicara dalam seminar " Embarking 5G, a Pursuit to Digital Destiny", yang digelar IndoTelko di Jakarta, Rabu (27/11).
Menurut Ismail, saat ini Pemerintah sedang mempertimbangkan empat faktor sebelum menuju 5G. Yakni, momentum yang tepat untuk masuk ke pasar, mendorong infrastructure sharing, meminta operator untuk menyiapkan business model yang inovatif dan bermanfaat buat masyarakat, serta terakhir kolaborasi dan perluasan.
“Pemerintah tidak mau buru-buru, tetapi juga jangan telat. Lalu kami juga mendorong infrastructure sharing untuk menekan 40% cost karena 5G ini terkait akses jaringan. Sebelum 5G, kami ingin melihat formulasi demand, supply, dan ekosistemnya harus dipertimbangkan secara keseluruhan,” ungkap Ismail. Dia menegaskan, pemerintah tidak mau sekadar mengikuti tren 5G yang didorong pemanfaatannya oleh negara-negara produsen dari jaringan telekomunikasi generasi kelima ini.
“Kita nggak mau 5G kalau nggak jadi tuan rumah. Market Indonesia besar, demand-nya juga besar. Jangan sampai kita hanya belanja, dimanfaatkan, dan seterusnya tetapi tidak bisa jadi tuan rumah. Jangan hanya berdebat di dalam negeri, tetapi tidak melihat bahwa kita sebenarnya hanya bulan-bulanan global,” tegas Ismail lagi.
Sejumlah pembicara lain juga ambil bagian dalam seminar ini. Antara lain, Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) Ririek Adriansyah, sebagai pembicara utama. Lantas juga ada Sharing Speaker Direktur Network Telkomsel Iskriono Windiarjanto, Chief Enterprise & SME Officer XL Axiata Feby Sallyanto, Director & Chief Innovation & Regulatory Officer Indosat Ooredoo Arief Musta’in, Deputy General Manager Technical Hutchison Tri Indonesia Irwan Radius, Direktur ICT Strategy & Marketing Huawei Indonesia Mohamad Rosidi, Head of Network Solution Ericsson Indonesia Ronni Nurmal, dan SVP Head of Sales APAC Region Mavenir Sam Saba.
Ririek mengatakan, pada dasarnya seluruh operator telekomunikasi di Indonesia sudah siap menggelar jaringan 5G bagi masyarakat dan industry. Bahkan semua operator yang ada, sudah menggelar simulasi dan uji coba 5G ini. Namun untuk benar-benar bisa mengimplementasikan teknologi teranyar ini, ATSI meminta Pemerintah membantu dengan memberikan insentif kepada operator. Mengingat, investasi membangun infrastruktur 5G ini jelas tidak murah.
“Kami di ATSI mengharapkan adanya keringanan. Di tahap awal pengembangan misalnya kami diberikan BHP Holiday di 3 tahun pertama implementasi, sehingga kami terbantu membangunnya,” kata Ririek. Dia menambahkan, demi mempercepat proses pembangunan jaringan 5G, pemerintah juga perlu melakukan sinkronisasi regulasi Pusat dan Daerah.
“Operator kita sendiri sudah melakukan trial 5G tahun ini sampai tahun depan. Kami mengharapkan tender spektrum bisa dilakukan 2021, sehingga pembangunannya bisa kita lakukan setelah itu,” kata Ririek, sembari menambahkan, Indonesia tidak kehilangan momentum memanfaatkan 5G sehingga keinginan pemerintah melakukan revolusi industri 4.0 bisa terbantu dengan teknologi.
Membangun jaringan 5G memang tidak murah. Seperti yang diungkapkan Irwan Radius, Deputy General Manager Technical Hutchison Tri Indonesia, besarnya investasi itu karena 5G pakai frekuensi tinggi yang daya jangkaunya terbatas, hanya 150 meter. Jadi, butuh sangat banyak BTS untuk mengcover suatu area. “Karena itu, kami berkesimpulan bahwa spektrum sharing bisa membuat transisi yang mulus dari 4G ke 5G,” kata Irwan.
Hal itu diamini Chief Enterprise & SME Officer XL Axiata Feby Sallyanto. Dia mengatakan, XL sebenarnya sudah siap untuk menyediakan layanan 5G. Namun diperlukan solusi win-win dari regulator agar biaya pembangunan jaringan bisa dikolaborasikan. “Kami berharap banyak pada regulator, karena semua operator ini tidak bisa pada tahap awal sudah memiliki business case yang mumpuni. Sehingga perlu dukungan pemerintah, dan win-win bagi semua pihak agar transisi 4G ke 5G bisa berjalan lancar,” ungkap Feby.
Implementasi 5G di Indonesia memang kini bolanya berada di tangan pemerintah. Sebab, secara teknis semuanya sudah siap. Baik pihak operator maupun vendor teknologi. Seperti yang diungkapkan Mohamad Rosidi, Direktur ICT Strategy & Marketing Huawei Indonesia. Dia mengatakan, Huawei siap mendukung gelar 5G di Indonesia. “Kami punya mulai dari device atau ponsel 5G nya, chipset, sampai perangkat end to end nya,” kataRosidi.
Tetapi sekali lagi, dalam contoh kasus di negara lain, keberhasilan implementasi 5G ini tak lepas dari peran penting pemerintah dalam membuat open sharing. “Karena pricing di end user 5G sangat sensitif,” Rosidi menandaskan.