Meski dari sisi kinerja masih di evaluasi, penggunaan drone untuk mendukung implementasi LTE (Long Term Evolution) masih terbilang proyek langka.
Kerjasama EE dan Nokia dalam proyek ini adalah instalasi perangkat Nokia pico cell Flexi Zone untuk menjangkau wilayah pinggiran di sekirar daerah Inverness.

Dikutip dari RCRwireless.com, uji coba drone flexi zone LTE ini dapat menganani coverage dalam rentang beberapa kilometer. Lewat wahana berupa helikopter drone Flexi Zone dapat menghantarkan suara berkualitas HD (High Definition) di antara responden, juga bisa dilangsungkan akses video streaming dengan throughput kecepatan akses hingga 150 Mbps. Pihak Nokia dalam uji coba ini menyebut bahwa tidak diperlukan perangkat koneksi ke jaringan inti.
Tapi sudah barang tentu jadi pertanyaan besar, bagaimana pico cell flexi zone pada drone dapat terhubung ke jaringan inti? Ternyata jawabannya terletak dari keberadaan satelit komunikasi yang digunakan oleh EE. Jalur akses dari drone ke satelit mengadopsi teknologi Ultra Compact Network, yang menggabungkan small cell dengan jaringan inti LTE dengan hasil solusi yang kompak dan fleksibel.
Sampai saat ini EE telah memiliki 30 juta pelanggan seluler, operator ini resmi menghadikan LTE secara komersial pada bulan Oktober 2012. EE menawarkan LTE pada frekuensi 1.800 Mhz dan 2.6 Ghz.
Pemanfaatan drone dalam menunjang misi telekomunikasi sudah terdengar beberapa tahun lalu, umumnya drone dipakai sebagai hub komunikasi darurat saat terjadi bencana alam. Meski punya fleksibiltas, penggunaan drone masih terbentur pada kemampuan endurance dan bahan bakar.