Ilmuwan dari kedua institusi menggunakan platform dalam membuat aplikasi tunanetra di smartphone yang disebut NavCog. Ini adalah aplikasi yang mengkombinasikan beragam sensor dan teknologi kognitif yang ada di smartphone untuk menghasilkan informasi bagi tunanetra di dalam area kampus CMU.
Cara kerjanya aplikasi tunanetra di smartphone adalah akan ‘membisikan’ ke telinga pengguna tentang kondisi lingkungan. Sebagai medianya adalah speaker mini, atau bisa juga dihantarkan lewat getaran pada smartphone.
Secara prinsip teknologi, aplikasi tunanetra di smartphone ini menganalisa sinyal yang berasal dari Bluetooth beacon yang dipasang di sepanjang trotoar. Selanjutnya sensor dari smartphone akan merespon setiap beacon yang dilewati oleh tunanetra.
Dengan solusi ini, tunanetra dapat melakukan navigasi di jalan atau di dalam gedung tanpa harus dibantu orang lain. Dikutip dari Cellular-news.com (19/10/2015), ilmuwan juga sedang melanjutkan kemampuan tambahan NavCog yang nantinya dapat mendeteksi suasana hati penderita tunanetra. Untuk saat ini, NavCog sudah tersedia secara online dan segera dapat diunduh secara gratis di App Store.
Baca: Aplikasi Kesehatan Samsung S Health Kini Dapat Digunakan di Semua Android
Screenshot Navcog, aplikasi tunanetra di smartphone[/caption]
Set untuk pengembangan NavCog kini sudah tersedia melalui cloud di IBM Bluemix. Toolkit terbuka terdiri dari sebuah aplikasi untuk navigasi, tools edit peta dan lokalisasi algoritma. Modal ini dapat membantu para tunanetra mengidentifikasi informasi secara real time dimana mereka berada, ke arah mana mereka menghadap dan informasi lain di sekitarnya. Jika dilihat dari visualisasi pada layar komputer, navigasi NavCog pada smartphone seolah menjadi model suasana lingkungan pada pola 3D (dimensi)
Kombinasi dari beberapa teknologi dalam solusi ini disebut "cognitive assistance," bidang penelitian didedikasikan pada aksesibilitas untuk membantu informasi olah gerak para penderita tunanetra. Para peneliti berencana untuk menambahkan berbagai teknologi lokalisasi, termasuk sensor fusion yang mengintegrasikan data dari beberapa sensor lingkungan untuk fungsi kognitif yang sangat canggih, contohnya seperti pengenalan wajah di tempat umum. Para peneliti juga mengeksplorasi penggunaan visual dari komputer untuk mengkarakterisasi aktivitas warga di sekitar dan teknologi USG (Ultrasonography) untuk membantu mengidentifikasi keberadaan lokasi dengan lebih akurat.
Sumber: Cellular News Foto: post-gazette.com