Ketika Lensa Huawei P9 Mengabadikan Keindahan Banyuwangi (Part-2: Habis)

ArenaLTE.com - Mengabadikan keindahan Banyuwangi melalui lensa Huawei P9 benar-benar menyenangkan. Kita bisa melakukan eksplorasi banyak hal. Pada perjalanan di hari ketiga ini kami diajak untuk 'city tour' menjelajahi dan mengetahui sedikit tentang sejarah Banyuwangi. Untuk aktivitas di hari sebelumnya, bisa dibaca di artikel sebelumnya: Ketika Kamera Huawei P9 Mengabadikan Keindahan Banyuwangi (Part-1).

Day-3, Pkl 09.00:
Tempat pertama kali yang kami singgahi adalah Pendopo Sabha Swagata Blambangan. Berbeda dengan pendopo pada daerah lain atau seperti halnya benteng Fort Rotterdam yang ada di Makasar.
Sabha Swagata Blambangan bukan bangunan feodal yang ditutup dengan tembok tinggi menjulang, dan biasanya menjadi wilayah yang hanya bisa dikunjungi secara temporer. Pendopo yang ada di Banyuwangi ini adalah tempat tinggal Bupati yang memiliki nuansa sangat asri, namun banyak menyimpan sejarah tentang kota ini sendiri.

Selain dihias dengan banyak pohon rindang dan pohon beringin besar pada halaman utama, wilayah ini juga diisi dengan guest house yang dikhususkan untuk tamu Bupati. Uniknya, guest house itu dibuat mirip dengan bunker namun sangat nyaman untuk dihuni.

 

A photo posted by Arena LTE (@arenalte) on


Dan cerita tentang sejarah Banyuwangi itu sendiri sebenarnya tersimpan di belakang area pendopo. Tepat di belakang bunker ada sebuah rumah adat using, dan hampir semua tamu yang datang pasti mengenal tempat ini. Dibelakang rumah adat bisa ditemui sebuah sumur tua yang menurut pemandu ini adalah bekas aliran sungai, dan konon sumur ini kerap mengeluarkan wewangian sedap dalam hari-hari tertentu.

Cerita mengenai permaisuri raden Baterang yang mati bunuh diri dalam aliran sungai untuk membuktikan kebenaran perkataannya, dan akhirnya mengeluarkan wewangian di aliran sungai tersebut menjadi legenda turun-temurun masyarakat setempat kenapa disebut Banyuwangi (air wangi). Dan berlatar cerita tersebut, sumur ini pun diungkapkan penjaga pernah mengeluarkan wewangian yang sangat harum namun membuat 'bulu kuduk' merinding.

Berlatar cerita tersebut, tentunya teramat sayang jika tidak diabadikan langsung dalam bentuk video. Fitur yang saya gunakan adalah video 'monokrom' fitur yang memang bisa disebut sebagai andalan utama pada lensa Huawei P9. Detail hitam-putih yang diberikan memang sangat mumpuni, bahkan bisa dibilang ini hanya ditemui pada P9 dan jarang ada pada perangkat lainnya.

 

A video posted by Arena LTE (@arenalte) on

Tak jauh dari Pendopo Sabha Swagata Blambangan atau lebih tepatnya disamping jalan pendapa ini, ada tempat pengrajin batik 'Gajah Oling Sayu Wiwit'. Disini para pelancong bisa melihat para pengrajin dalam membuat batik tulis tangan. Setiap guratan kontur batik dibuat dengan presisi dan campuran warna yang terang, menjadi ciri khas batik asal Banyuwangi.

Lensa Huawei P9 mampu merekam detail setiap sudut tekstur batik dalam kain, namun bukan itu yang ingin saya tunjukkan. 'Bokeh' adalah fitur yang ingin saya rasakan dari P9, dimana detail warna dan fokus obyek bisa didapatkan, sehingga bisa menjelaskan akurasi fokus dan warna detail dari obyek foto. Kebetulan, salah satu anak pengrajin sedang bermain dalam tumpukan kain dan hal itu saya manfaatkan untuk menciptakan efek bokeh dengan fitur autofokus pada smartphone ini.

 

A photo posted by Arena LTE (@arenalte) on

Usai bercengkrama dengan para pengrajin dan melihat torehan kerja para pebatik. Perjalanan tim lanjut ke pusat kebudayaan Banyuwangi yang tidak jauh dari tempat para pengrajin tersebut. Sedikit berbeda dengan pendopo Sabha Swagata Blambangan yang memiliki nilai histori bangunan dan peninggalan cerita rakyat Banyuwangi. Di pusat kebudayaan ini, para wisatawan akan disuguhkan beragam barang dan arca juga patung kebudayaan daerah.

Tari Paju Gadrung, Kesenian Gedhogan terekam manis dalam cerita dan arca peninggalan kebudayaan Banyuwangi. Oiya, disini pun para pengunjung dapat melihat barong asal kota Pisang ini, mirip dengan yang ada di Bali. Ada beberapa patung Barong yang tersimpan, Diantaranya Barong Kemiren, Barong Perejeng, dan Barong Using atau Blambangan.

Selain barong, patung penari Paju Gandrung pun bisa ditemui di tempat ini. Beberapa sudut ruangan diisi dengan patung penari wanita dengan pakaian ciri khas penari, selain pakaian lekuk mata dan warna kulit sepertinya tantangan kamera Huawei P9 untuk ditangkap sedetail mungkin. Berikut foto-foto arca serta patung dalam pusat budaya Banyuwangi ini.

 

A photo posted by Arena LTE (@arenalte) on

 

A photo posted by Arena LTE (@arenalte) on

Day-4: Hari ini adalah ultimate trip-nya perjalanan kami. Kawah Ijen. Ini adalah obyek wisata yang sangat terkenal di Jawa Timur. Berada di Pegunungan Ijen, Kawah Ijen yang memiliki danau kaldera dengan tingkat kandungan asam tertinggi di dunia –hanya ada dua danau seperti ini di dunia. Satunya di New Zealand. Tapi yang paling fenomenal adalah fenomena api biru yang muncul pada jam-jam tertentu.

Perjalanan ke Ijen lumayan menguji nyali dan kaki. Karena perjalanan ke puncak Ijen dilakukan dengan berjalan kaki dari posko, sekitar 3 jam. Berangkat dari hotel tengah malam, dan sampai di posko pada pukul 12.00 malam. Pos pendakian baru buka pukul 01.30 dini hari. Jadi kami harus menunggu sekitar satu jam setengah di pos, di tengah udara dingin menusuk tulang. Karena itu, jangan lupa memakai perlengkapan penahan dingin, kalau tak mau tersiksa.

Saya tak sempat memotret atau merekam video dengan Huawei P9 selama perjalanan ke puncak. Bukan apa-apa, suasana gelap dan nafas yang ngos-ngosan, membuat saya tak sempat dan tak kepikiran untuk berfoto ria. Setelah bersusah payah, pada 04.30 saya dan rombongan tiba di puncak. Bau belerang sangat menusuk hidung, dan suasana di puncak seputaran kawah tertutup oleh kabut tebal. Sungguh sayang, jadinya kami tak bisa menikmati fenomena Api Biru. Saya mencoba mengambil beberapa foto. Namun yang paling menyenangkan adalah ketika merekam suasana saat Sang Mentari naik di ufuk timur. Fajar merekah merupakan pemandangan luar biasa dari ketinggian puncak gunung. Sebuah momen yang jangan sampai tersia-siakan untuk direkam.

 

A photo posted by Arena LTE (@arenalte) on

 

A photo posted by Arena LTE (@arenalte) on

 

A photo posted by Arena LTE (@arenalte) on

 

A photo posted by Arena LTE (@arenalte) on

Puas menikmati Keagungan Allah SWT di Kawah Ijen, saya dan rombongan turun dan kembali ke Banyuwangi. Sungguh, bagi orang yang tak terbiasa mendaki gunung seperti saya, perjalanan naik dan turun ke Ijen ini lumayan meremukkan badan. Tapi, itu semua terbalas dengan keindahan yang saya nikmati selama perjalanan. Dan ditambah lagi yang menguatkan motivasi dan langkah saya turun adalah, membayangkan segera bertemu kembali dengan si kecil yang menggemaskan di rumah.

Sebagai informasi, pengambilan gambar di Banyuwangi melalui lensa Huawei P9 saya setting pada sistem otomatis, bukan settingan manual bergaya profesional. Alasannya adalah karena ingin semua gambar bisa didapatkan dengan mudah, tanpa harus direpotkan dengan pengaturan yang rumit.

Meski sebenarnya Mode Pro ini memberikan berbagai fungsi layaknya kamera DSLR seperti fitur ISO, metering, Focus, White Balance, Shutter Speed, dan Exposure Value (EV). Ini sangat cocok bagi pengguna yang terbiasa memegang kamera DSLR dan tak puas dengan setingan otomatis yang diberikan kamera ponsel.


Leave a Comment