Laporan tersebut mengungkapkan bahwa ketika 49% orang tua di Indonesia memperbolehkan anak-anaknya yang berusia di bawah 11 tahun untuk mengakses internet, banyak dari mereka memiliki berbagai kekhawatiran. Misalnya, lebih dari 4 dari 10 (41%) orang tua di Indonesia yakin bahwa anak-anak mereka lebih mungkin untuk terkena bully di dunia online dibandingkan di dunia nyata.
Menurut Chee Choon Hong, Director, Asia Consumer Business, Symantec, saat ini anak-anak bukan lagi menghadapi ancaman fisik atau perlawanan secara langsung. Cyberbullying adalah isu yang sedang berkembang dan para orang tua sedang berupaya untuk mengidentifikasi dan mengatasi ancaman ini. "Kekhawatiran bagi banyak orang tua adalah bully tidak berhenti saat anak mereka pulang dari sekolah – selama anak mereka masih menggunakan perangkat, pelaku bully dapat terhubungkan ke mereka,” ujar Chee.
Selain cyberbullying, kekhawatiran utama para orang tua adalah bahwa anak mereka mungkin :
- Mengunduh program yang berbahaya atau virus (72%)
- Memberikan terlalu banyak informasi pribadi kepada orang yang tidak kenal (68%)
- Terbujuk untuk bertemu dengan orang asing di dunia nyata (71%)
- Melakukan aktivitas online yang membuat seluruh keluarga menjadi rentan (62%), membuat keluarga malu (61%) atau menghantui mereka di masa depan dengan prospek pekerjaan dan peluang masuk universitas (53%)
Para Orang Tua Mulai Mengambil Langkah Keamanan Cyber bagi Keluarganya
Norton Cyber Security Insights Report: Family Edition, menunjukkan bahwa para orang tua di Indonesia mulai menyadari bahwa cyberbullying dapat memberikan dampak buruk bagi anak-anak mereka dan mengambil tindakan-tindakan pencegahan yang perlu dilakukan, sebagai contoh,
- 68% orang tua memilih untuk mengecek riwayat browser anak mereka
- 56% hanya memberikan izin untuk situs tertentu
- 56% hanya memberikan izin akses internet dengan pengawasan dari orang tua; 40% meninjau dan menyetujui semua aplikasi sebelum diunduh
- 32% memberikan akses internet hanya di area umum rumah
- 41% membatasi informasi yang bisa di posting anak mereka pada profil sosial media dan 34% menyiapkan kontrol orang tua melalui home routers
“Banyak para orang tua yang masih tidak tahu cara mengenali tanda-tanda cyberbullying dan hal apa saja perlu dilakukan jika anak-anak mereka mengalaminya. Langkah pertama bagi semua orang tua adalah mengedukasi diri mereka sendiri tentang tanda-tanda cyberbullying dan mempelajari cara berkomunikasi secara terbuka dengan anak-anak mereka” tambah Chee.
Tanda-tanda Anak Mengalami Bully
Beberapa tanda yang mengindikasikan seorang anak mengalami bully antara lain:
- Mereka tampak gugup ketika menerima pesan teks/online atau email
- Kebiasaan mereka dengan perangkat berubah. Mereka mungkin mulai menghindari telepon genggam mereka atau menggunakannya secara berlebihan
- Mereka membuat alasan untuk menghindari pergi ke sekolah
- Mereka menjadi lebih defensif atau tertutup mengenai aktifitas online mereka
- Mereka menarik diri dari teman dan keluarga
- Mereka memiliki gejala fisik seperti susah tidur, sakit perut, sakit kepala, dan turun berat badan atau naik badan
- Mereka tertinggal di sekolah, atau bertindak di luar kebiasaan
- Nilai mereka mulai menurun
- Mereka nampak seperti marah, frustasi atau sedih, terutama setelah online atau mengecek telepon genggam mereka
- Mereka menghapus media sosial atau akun email mereka