Ini Bukti Perusahaan di Indonesia Lebih Berisiko Terserang Kejahatan Cyber

ArenaLTE.com - ArenaLTE.com - Perusahaan keamanan data FireEye mengeluarkan hasil riset terbarunya mengenai perusahaan di Indonesia. Laporan tersebut menunjukkan bahwa dari hasil survei yang dilakukan, sebanyak 36 persen perusahaan di Indonesia menjadi target serangan cyber tingkat tinggi pada paruh kedua tahun 2015. Angka ini lebih dari dua kali lipat angka rata-rata global yang hanya mencapai 15 persen.

Hasil observasi FireEye menunjukkan setidaknya ada empat kelompok penyerang tingkat tinggi yang secara gigih menyasar berbagai perusahaan di Indonesia. “Kesenjangan keamanan cyber di Indonesia patut menjadi perhatian yang harus segera ditangani terutama dalam kaitannya dengan perekonomian dan keamanan nasional. Di tengah ketegangan geopolitik yang terus meningkat di seluruh kawasan ini, penting untuk menyadari bahwa ketegangan ini juga tercermin di dunia cyber,” kata Bryce Boland, Chief Technology Officer untuk FireEye Asia Pasifik.

[caption id="attachment_19519" align="aligncenter" width="533"]Presentase perusahaan yang terkena serangan cyber dari Juli-Desember 2015 Presentase perusahaan yang terkena serangan cyber dari Juli-Desember 2015[/caption]

Sementara itu Marshall Heilman, Vice President dan Executive Director, Incident Response dan Red Team Operations untuk FireEye mengatakan ketika perusahan menjadi korban serangan cyber tingkat tinggi, berbagai efek negatif bisa terjadi seperti gangguan operasi, kerugian finansial, rusaknya reputasi, serta tuntutan hukum. "Untuk membangun postur keamanan yang kuat, selain menggunakan teknologi untuk mendeteksi dan merespon serangan, sangat penting juga bagi perusahaan untuk memadukan ahli dari dalam dan luar perusahaan serta membangun intelijensi serangan,” ujarnya.

Berdasarkan observasi FireEye, di wilayah Asia Pasifik, sektor industri yang paling banyak mendapat serangan APT (advance persistent threat) pada setengah tahun terakhir 2015, antara lain: pemerintahan federal (45 persen), hiburan/media/hospitality (38 persen), high-tech (33 persen), manufaktur (29 persen), energi (29 persen), pemerintahan negara bagian dan lokal (28 persen), jasa/konsultasi (25 persen), dan jasa keuangan (20 persen).

Sebelumnya, pada bulan April 2015 yang lalu, perusahaan ini mengungkapkan adanya kampanye cyber espionage atau kegiatan spionase cyber selama satu dekade oleh pemain cyber threat atau ancaman cyber asal China. Fokus target operasi mereka antara lain – pemerintahan, bisnis, dan jurnalis – yang memegang kunci politik, ekonomi, dan informasi militer tentang Asia Tenggara dan Asia Selatan. Analisis FireEye terhadap kelompok malware ini menghasilkan petunjuk bahwa kelompok tersebut menyasar Indonesia.
Foto: Bambang/ArenaLTE

Leave a Comment