Dalam sambutannya, Presiden Joko Widodo berpesan agar industri e-commerce Indonesia dipersiapkan dengan sebaik-baiknya agar mampu bersaing dengan pemain dari luar. Ia juga berharap pertumbuhan dan perkembangan e-commerce di Indonesia bisa dipercepat untuk mengejar ketertinggalan dengan negara lain.
“Saya berharap e-commerce juga bisa membantu petani, nelayan, dan UMKM di daerah,” ujar Presiden. Ia mengatakan bahwa ke depan persaingan akan lebih berat namun ia optimis para pemain Indonesia akan mampu bersaing dengan pemain asing.
Gelaran IESE 2016 merupakan ajang yang yang menyatukan seluruh ekosistem e-commerce di Indonesia juga sebagai sarana yang tepat bagi para pemain e-commerce lokal untuk meningkatkan bisnis mereka serta menjalin koneksi dengan pemain e-commerce dunia. Kesempatan berjejaring dengan para pemain dunia harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Ketua Asosiasi E-Commerce Indonesia (IdEA), Daniel Tumiwa pada kesempatan tersebut menyampaikan perkembangan industri e-commerce Indonesia mulai dari diperkenalkannya Indonet pada tahun 1994, munculnya Kaskus, Bhinneka.com, dan e-commerce lain. Sejak 1995, kehadiran internet membangun dinamika teknologi digital yang membara. Trend ke arah e-commerce dan warung internet bahu-membahu membangun masyarakat melek informasi dan teknologi internet.
Namun tahun 2001 bisnis startup mengalami burst dengan jomplangnya nilai saham Wall Street yang semula optimis terhadap “The New Economy” ini menjadi pesimis dan patah arang. Mengimbas di Indonesia terjadi di 2002 dengan banyaknya perusahaan e-commerce Indonesia gulung tikar.
Kebangkitan ekonomi digital dimulai dengan kehadiran jejaring sosial media mendukung kegiatan perdagangan via online. Sejumlah sosial media dijadikan sarana berjualan bagi penggunanya. Iklim tersebut memunculkan situasi industri e-commerce Indonesia masih kondusif dan bisa dikembangkan.

Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara dalam sambutannya menekankan pada NDA (network, device, application) sebagai pra-syarat agar industri e-commerce Indonesia bisa semakin maju dan berjalan lebih baik lagi. Ia juga menyatakan pemerintah sedang mengupayakan untuk memperkecil gap antara kemampuan network yang ada di Jakarta dengan daerah lain di luar Jawa.
“Indonesia saat ini banyak bergantung kepada pengembangan e-commerce, menilik keberhasilannya meraup pendapat USD 12 milyar dan akan menarget tahun 2020 dengan perolehan USD 130 milyar,” jelasnya.
Dari perjalanan tersebut, tahun ini menjadi langkah awal dari kelanjutan industri e-commerce Indonesia yang tidak lagi bersifat parsial tetapi melibatkan banyak elemen yang terdapat di dalam ekosistem e-commerce Indonesia.