ArenaLTE.com - iFixit adalah sebuah situs yang mengkhususkan diri pada urusan perawatan dan perbaikan perangkat keras. Mulai dari computer hingga smartphone, berikut pernak-perniknya. Mereka bercita-cita, ingin setiap pengguna bisa memperbaiki sendiri perangkatnya. Paling tidak, punya pengetahuan tentang perbaikan perangkat, biar tak dibego-begoin amat sama tukang service.
Situs ini suka memberikan peringkat pada perangkat yang baru rilis. Bukan dinilai dari aspek performa seperti kebanyakan situs lain, tetapi berdasarkan, seberapa gampang perangkat itu bisa diperbaiki sendiri oleh pengguna. Makin gampang, nilainya makin tinggi, maksimal 10. Makin susah, nilainya juga makin kecil.
Untuk memberikan penilaian itu, iFixit mengklaim melakukan percobaan langsung pada perangkat yang diuji, membongkar dan memberi penilaian, seberapa gampang kalau dibongkar dan mengganti komponen yang rusak –tidak disebutkan, seberapa gampang kalau memasangnya kembali.
Yang terbaru, mereka merilis penilaian aspek “maintainability” ini untuk Xiaomi Mi 11, smartphone flagship yang baru saja rilis di Indonesia, dan menyandang gelar sebagai smartphone pertama yang menggendong SoC Snapdragon 888, chipset terbaru dari Qualcomm.
Penilaian yang diberikan iFixit untuk smartphone ini adalah skor 4. Skor yang rendah, yang berarti, Mi 11 adalah smartphone yang lumayan njlimet kalau coba diperbaiki sendiri oleh penggunanya. Kenapa? Ada beberapa hal yang menurut iFixit membuat hape ini tak gampang diperbaiki.
Pertama, iFixit menemukan bahwa komponen USB-C dan simcard reader berada di satu keping secondary board yang sama. Simcard reader bukan termasuk komponen yang gampang rusak, dan jarang sekali harus diganti. Tetapi tidak demikian halnya dengan USB-C, yang saban kali menerima lepas pasang charger. Komponen ini termasuk salah satu yang paling sering duluan rusak dan harus diganti.
Nah, untuk mengganti komponen USB-C itu, mau tak mau harus membongkar keping secondary board (yang ada di bagian bawah hape). Yang berarti, simcard reader ikut terbawa-bawa juga. Karena itu, simcard reader ikut beresiko rusak pula, gegara ingin memperbaiki USB-C yang rusak dan harus diganti. iFixit memberi saran, kenapa tidak memakai sistem modular terpisah, antara USB-C dan simcard reader ini. Biar tak ikut kena getahnya.
Dalam uji bongkar itu, iFixit juga menemukan, banyak kabel bersliweran serta komponen lain di dalam body. Sehingga, untuk mengganti baterai, misalnya, pengguna harus mengatasi rintangan kabel dan komponen-komponen lain, sebelum bisa menjangkau baterai, melepas dan menggantinya. Kabar baiknya, sebagian besar komponen yang dipakai Mi 11 terpasang dengan sistem modular, artinya bisa dilepas tanpa menyeret komponen lain.
Hal lain, struktur perakitan layar Mi 11 membuat ia harus menggunakan alat khusus untuk membukanya. Dan harus pula dilakukan ekstra hati-hati. Sebab, dalam prosesnya, layar display beresiko rusak –retak atau pecah.
Kalau memang komponen layar yang rusak, tak jadi masalah, karena memang harus diganti. Bagaimana bila yang harus diganti komponen sensor finger print, misalnya, yang berada di bawah layar? Untuk menjangkau dan mengganti komponen itu, mau tak mau harus membongkar layar. Kalau tak super hati-hati –dan menggunakan alat khusus tadi—layar yang tadinya baik-baik saja, beresiko ikut rusak.
Aspek kesulitan seperti itulah, yang membuat Mi 11 diberi nilai 4, yang berarti lumayan bikin stress kalau membongkar dan memperbaiki sendiri. Ingat ya, kalau diperbaiki sendiri oleh pengguna! Lain soal kalau dibawa ke service center resmi dan ditangani oleh yang ahlinya.
Xiaomi Mi 11 bukan satu-satunya smartphone yang njlimet kalau diperbaiki sendiri. Galaxy S21 Ultra, flagship terbaru dari Samsung, malah lebih rumit lagi. Sampai-sampai iFixit memberinya skor 3. Padahal, dalam laporan yang dibuat iFixit setelah melakukan bedah hape itu, disebutkan sebagian besar komponen S21 Ultra menggunakan sistem modular.
Yang membuatnya sulit adalah, lem yang bertaburan di sana-sini, yang gunanya untuk memperkokoh struktur body dan komponen di dalamnya. Ketika membuka panel belakang, sebagai langkah pertama untuk perbaikan atau penggantian komponen, sudah harus berurusan dengan lem yang merekatkan panel belakang pada frame.
Begitu pula ketika harus membuka panel layar display. Juga harus mengatasi lem yang merekatkan bagian ini pada frame. Selesai melepas lem di panel layar, ada hadangan lain. Kabel yang menghubungkan panel layar ke motherboard tidak memakai sistem modular. Jadi harus ada upaya ekstra untuk melepas kabel tersebut. Ditambah lagi, kabel juga direkatkan dengan lem.
Jadi, menurut iFixit, untuk sekadar memperbaiki dan mengganti baterai, misalnya, tak ada jalan lain selain membongkar habis smartphone tersebut. Ini yang membuat perbaikan S21 Ultra terbilang rumit dan sulit. Makanya, mereka memberi skor 3.
Tentu saja, penilaian yang diberikan oleh iFixit itu hanya untuk kasus, apabila pengguna berniat memperbaiki sendiri smartphonenya. Skor itu akan bermanfaat bagi pengguna, untuk mengukur kemampuan, apabila berniat melakukan perbaikan dan penggantian komponen sendiri –di seksi lain, iFixit juga memberikan panduan langkah demi langkah perbaikan smartphone.
Tetapi bagi yang tak mau repot, apalagi harus menanggung resiko smartphone malah berantakan kalau diperbaiki sendiri –bisa bongkar tapi tak bisa memasang lagi—lebih gampang untuk membawa smartphone yang rusak ke service center resmi. Di sana smartphone Anda akan ditangani oleh para professional yang memang sudah dilatih untuk itu. Lagipula, itulah gunanya service center, bukan?