Peretasan Situs Bukalapak Peringatan Untuk Segera Amankan Akun Medsos Dan Marketplace

ArenaLTE.com - Kejadian peretasan situs Bukalapak yang dilakukan oleh haker, menjadi perhatian banyak orang. Para pakar keamanan situs menyebut bahwa memang pola penyerangan sulit diukur, terutama untuk banyaknya korban karena sering kali korban puntidak menyadari telah diretas. Namun demikian, para pakar mengungkapkan bahwa kewaspadaan keamanan siber perlu ditingkatkan.

Dari situs the hacker news diketahui bahwa Gnosticaplayers mengaku berhasil meretas 890 juta akun dari 32 situs beberapa waktu lalu. 13 juta akun diantaranya dari Bukalapak. Hal ini tentu sangat berbahaya, apalagi jika data yang dijual salah satunya adalah password. Pihak Bukalapak sendiri mengakui bahwa ada upaya peretasan terhadap situsnnya. Tetapi itu terjadi beberapa tahun lalu. Bukalapak mengklaim bahwa tidak ada data penting seperti user password, finansial atau informasi pribadi lainnya yang berhasil didapatkan.

Terlepas dari itu, untuk mengantisipasi hal buruk yang tidak diinginkan oleh pengguna Bukalapak saat ini adalah mengganti seluruh password akun medsos, marketplace emaill dan platform lain di internet. Karena sering penggunaan password yang sama membuat para peretas dengan mudah mengambil akun medsos dan platform lainnya.

Chairman Communication and Information System Security Research Center (CISSReC) Pratama Persadha mengungkapkan jika password benar termasuk data yang dijual, akan sangat berbahaya karena sebuah akun medsos maupun marketplace bisa diganti email, alamat bahkan bisa mengorder sendiri.  Karena hal itu, Pratama sangat merekomendasikan penggantian password pada semua akun marketpalce, media sosial dan platform lain di internet. "Sebenarnya paling baik ada setiap platform internet mempunyai password yang berbeda, untuk mengakali banyaknya password bisa digunakan password manager agar mudah mengelola password," terang pria kelahiran Cepu pada Selasa (18/3/2019).

Terkait keamanan password sendiri, lanjut Pratama, memang menjadi perhatian serius, terutama di Indonesia. Pada 2017 CISSReC mengadakan penelitian, hasilnya sekitar 58% masyarakat perkotaan tidak pernah mengganti password akun aset digital mereka, berupa medsos, email dan lainnya. Padahal disaat yang sama 66% tidak mempercayai bahwa marketplace tanah air cukup aman dari peretasan.

Pada Mei 2017 Indonesia mendapat serangan Wannacry dan Kominfo langsung memberikan panduan agar aman dari serangan malware ganas tersebut. Dari responden yang mengetahui panduan Kominfo, hanya 33% saja yang mengikuti. "Semua fakta ini memberikan pelajaran bahwa keamanan siber sebenarnya belum benar-benar menjadi bagian kehidupan sehari-hari di masyarakat. Padahal tiap hari masyarakat berinteraksi dan berkegiatan di dunia maya." tandasnya.

Menurut Pratama, hal ini menjadi pekerjaaan rumah serius pemerintah, bagaimana membangun kurikulum keamanan siber sejak dini dan membuat generasi yang sudah tua mau melek akan ancaman dan peluang yang ada di dunia digital. "Secara umum bila tidak diindahkan maka ancaman siber akan semakin berbahaya," tegasnnya. Pratama mencontohkan riset Pricewaterhousecoopers (PWC) Indonesia pada 2018. Hasil riset menunjukan bahwa kerugian dari sektor perbankan akibat ancaman siber mencapai ratusan juta dollar US, hanya di Indonesia.

"Kelalaian pada faktor sederhana seperti password sangat mengancam apalagi yang diretas adalah pejabat maupun infrastruktur penting di tanah air. karena itu perlu kolaborasi serius dari semua pihak, seperti BSSN, Kominfo, provider dan kampus," pungkasnya.

Leave a Comment