Kaspersky : Asia tenggara Tanah Subur Pembayaran Online

ArenaLTE.com - Pada akhir 2019, sebelum efek besar Covid-19 di seluruh Asia Tenggara terjadi, transaksi keuangan online di wilayah tersebut akan menjadi bisnis $1 triliun pada tahun 2025 dan segmen dompet digital akan melonjak lima kali lipat menjadi $114 miliar selama tahun yang sama.
 
“Saya yakin kedua sektor utama tersebut akan melampaui angka yang diprediksi, seiring kita masih mencoba meminimalkan kontak manusia demi kesehatan fisik. Faktanya, sebuah studi terbaru mencatat bahwa 40% konsumen di wilayah ini mengaku menggunakan dompet elektronik lebih dari sebelumnya, Malaysia memimpin dalam hal ini. Di sisi lain, uang tunai perlahan-lahan digulingkan sebagai raja karena semakin sedikit orang-orang yang menggunakan uang kertas untuk pembelian atau memperdagangkan barang dan jasa.” Ujar Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky
 
Asia Tenggara: tanah subur untuk pembayaran online dan dompet elektronik
 
Indikator yang membuat kawasan ini menjadi lahan subur bagi perbankan digital dan sistem pembayaran online adalah kenyataan bahwa Asia Tenggara menampung negara-negara dengan populasi muda --- kaum milenial dan Gen Z yang tidak terbiasa mengunjungi gedung-gedung keuangan secara fisik, mengantri lama untuk mengisi formulir dengan pena dan kertas, seperti yang dilakukan oleh generasi sebelumnya.
 
Faktor penting lainnya adalah masih terdapat persentase signifikan dari individu yang masih berada dalam posisi unbanked atau underbanked, yang berarti mereka tidak memiliki rekening bank atau laporan kredit sebelumnya. Hal ini terutama terjadi di negara-negara yang masih berkembang seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam.
 
Selanjutnya di Singapura, publik dan sektor swasta juga melakukan kampanye aktif untuk meningkatkan literasi keuangan online dari populasi lansia negara tersebut. Beberapa kelompok mengadakan serangkaian pelatihan untuk mendorong kelompok usia 54 tahun ke atas dalam merangkul aplikasi pembayaran dan dompet elektronik. Berdasarkan sebuah survei, upaya ini membuahkan hasil karena orang Singapura yang lebih tua sekarang setuju untuk menggunakan alat dan aplikasi jarak jauh untuk melakukan transaksi moneter mereka.
 
Transformasi digital sektor keuangan dan pertumbuhan
 
Pusat dari sebuah revolusi digital adalah kepercayaan. Pelanggan menggunakan e-wallet, mobile banking, dan aplikasi web yang didorong oleh kebutuhan. Sekarang, bahkan lebih dari sebelumnya, masyarakat perlu mempercayai lembaga keuangan untuk mengamankan uang yang mereka peroleh dengan susah payah dan tentunya sangat dibutuhkan.
 
Transformasi digital di segala bidang, selalu menghadirkan tantangan baru, terutama bagi perbankan dan jasa keuangan. Sederhananya, merevolusi cara bank dalam melakukan transaksi berarti merombak sistem lama mereka termasuk manusia, proses, dan teknologinya.
 
Manusia tetap menjadi mata rantai terlemah. Pelanggan, terutama yang belum terlalu aktif secara digital, kurang memiliki kesadaran yang tepat tentang risiko paling sederhana seperti phishing dan spam. Karyawan internal membutuhkan pelatihan baru dan layanan pihak ketiga juga harus dievaluasi secara komprehensif.
 
Seluruh proses harus disesuaikan dengan dunia digital. Data memerlukan tingkat enkripsi yang canggih, akses dan manajemen data harus ditinjau dan diberikan secara cerdas, keamanan tambahan juga diperlukan anggaran keamanan tambahan.
 
Dalam hal keamanan, titik akhir (endpoint) wajib menjadi fondasi utama dan bank seharusnya sudah mengetahui hal ini sekarang. Layanan keuangan, seiring mereka mengubah dan membawa lebih banyak data di belakang, harus melihat pendekatan adaptif dalam keamanan secara proaktif daripada reaktif, yaitu sudah bersiap dengan baik sebelum serangan terjadi.

Leave a Comment