ArenaLTE.com - Perusahaan dari berbagai belahan dunia saat ini tengah menghadapi tantangan transformasi digital. Transformasi digital ini terjadi ketika penggunaan teknologi digital mendorong terciptanya berbagai inovasi dan kreativitas  baru di sejumlah sektor, dibanding sekedar meningkatkan atau mendukung metode tradisional. Situasi ini memaksa perusahaan untuk beradaptasi dan berupaya mengatasi masalah-masalah kritis yang mereka hadapi, seperti kebutuhan sumber daya manusia, manajemen data, infrastruktur teknologi, konektivitas, dan meningkatkan pengalaman pelanggan.
 
Saat ini, mayoritas perusahaan di Indonesia pun mengalami hal yang sama dimana sebagian sudah siap menjalani tranformasi digital dan sebagian lainnya masih mempertimbangkan langkah selanjutnya meski kesadaran untuk melakukannya sudah ada. Artinya, mereka sudah menyadari bahwa saatnya infrastruktur teknologi informasi untuk diperbarui seiring dengan perubahan perspektif bisnis akibat disrupsi digital, yaitu ketika bisnis model dan apa yang ditawarkan kepada konsumen terdampak oleh teknologi. Disrupsi ini sudah mengubah keseluruhan perspektif bisnis, termasuk bagaimana perusahaan memandang penggunaan teknologi informasi maupun manajemen datanya.
 
Memasuki tahun 2017, saya melihat ada sejumlah tren teknologi informasi yang akan terjadi. Ada tiga prediksi global utama yang perlu diperhatikan yang menurut saya berlaku untuk Indonesia.
 

Data Adalah Mata Uang Baru
 

Ledakan data dalam ekonomi digital saat ini secara fundamental telah mengubah cara perusahaan dalam menjalankan bisnis mereka. Data adalah sebuah mata uang baru yang berpotensi mengubah setiap aspek perusahaan, dari model bisnis, ke teknologi, dan ekspektasi pengguna. Hal ini dapat dilihat lewat munculnya berbagai perusahaan seperti Gojek, Uber, dan Airbnb yang dibangun atas kendali terhadap berbagai sumber data.
 
Ini membuat pemasaran menjadi lebih efektif dan lebih tepat sasaran. Data juga menjadi sebuah faktor penting untuk mengambil keputusan untuk bisa menentukan kepada siapa perusahaan harus menargetkan pemasaran dan produk layanan jasa atau barang apa sajakah yang harus dikembangkan oleh perusahaan.
 
Rick Scurfield, President NetApp Asia Pacific, meyakini bahwa data tidak akan berada di belakang layar lagi dan tidak hanya digunakan untuk menganalisa tren serta mendapatkan  wawasan. Data akan berperan sebagai pendorong kunci dalam memberikan layanan elektronik real time berbasis pengetahuan bagi konsumen. Saya setuju dengan pendapatnya soal ini, terutama ketika banyak perusahaan di Indonesia kini menggunakan data untuk memanfaatkan analisa pelanggan. Pada praktiknya, aplikasi konsep ini dalam industri bervariasi sesuai dengan industrinya. Di Indonesia, industri yang paling berkembang memanfaatkan big data antara lain industri ritel online (e-commerce), perbankan, dan telekomunikasi. Industri-industri ini mulai mengeksplorasi nilai dari data tambahan dan mengaplikasikannya untuk memberi keuntungan bagi konsumen.
 
Sektor perbankan misalnya tidak hanya menganalisa data transaksi tetapi juga mikro data seperti lokasi dan channel perbankan yang digunakan untuk melakukan transaksi, apakah transaksi tersebut dilakukan melalui internet banking atau ATM, termasuk analisa data alamat IP, dan lain-lain. Analisa dari data mikro tersebut dapat digunakan untuk membuat berbagai kebijakan perusahaan, seperti keputusan untuk menambah jumlah mesin ATM di beberapa tempat, atau untuk menjalin kerjasama baru dengan vendor atau merchant.
 
 

Model Baru Mengambil Alih

 
Perhatian yang besar akan data membutuhkan berbagai layanan yang bisa bekerjasama untuk memecahkan berbagai macam masalah. Untuk melakukan ini, dukungan dari platform sangat diperlukan, begitu juga dengan ekosistem yang terdiri dari penyelenggara maupun pengembang untuk membantu mereka. Dalam konteks ini, model platform memiliki nilai intrinsik dalam kemampuannya untuk mengintegrasikan dan menyederhanakan hasil layanan. Salah satu contohnya adalah Amazon Web Services (AWS), yang terus berkembang menjadi serangkaian layanan yang lebih kaya dan diminati pelanggan karena kelengkapannya. Misalnya: hanya dengan membuat akun AWS baru dan mendaftarkan kartu kredit untuk pembayaran, maka sebuah proyek baru sudah bisa dibuat dalam sehari dan dioperasikan berbasis pembayaran-sesuai-pemakaian (pay-as-you-go).
 
Di Indonesia, tren ini akan meluas karena banyak talenta-talenta muda dari kalangan developer dan programmer lokal di Indonesia yang lebih memilih menggunakan layanan seperti ini. Selain dianggap lebih efektif, layanan ini juga efisien dan hemat biaya. Beberapa perusahaan telekomunikasi dan service provider di Indonesia juga sudah menyediakan berbagai layanan layaknya Amazon, sehingga penyedia jasa lokal dengan layanan serupa siap bersaing dengan Amazon yang menawarkan opsi micro service.
 
 

Cloud Sebagai Katalis dan Akselerator

 
Teknologi cloud telah banyak digunakan oleh organisasi untuk mendukung kebutuhan data mereka. Tersedianya layanan berbasis cloud memberikan akses yang mudah ke infrastruktur yang dibutuhkan untuk mendukung inovasi. Di Indonesia, adopsi cloud sudah banyak dilakukan oleh perusahaan yang telah menyadari keuntungan yang didapat dari menggunakan teknologi ini untuk bisnis mereka. Perusahaan-perusahaan besar mulai memanfaatkan praktik-praktik software development and Information (DevOps) yang mengandalkan pengembangan software informasi melalui cloud dalam rangka menguji sebuah aplikasi dengan menggunakan sampel data. Praktik ini dianggap murah karena memungkinkan perusahaan berinovasi dengan harga yang jauh lebih terjangkau ketimbang harus membuat data center sendiri.
 
Infrastruktur cloud berpotensi besar untuk mengubah bisnis, seiring semakin meningkatnya kesadaran perusahaan akan pentingnya proteksi data yang dapat ditawarkan oleh cloud. Saya percaya bahwa ke depannya akan semakin banyak pengambil keputusan bisnis yang memahami pentingnya penggunaan cloud dan bahwa data tidak bebas bergerak (data is not agile) sehingga rentan terhadap risiko, seperti kerusakan infrastruktur (kerusakan mekanis, kegagalan sistem, gangguan listrik) dan serangan siber (virus, malware, peretasan, phishing). 
 
Ketika perusahaan kehilangan data, maka perusahaan bisa kehilangan segalanya. Hal ini membuat banyak penyedia cloud menjadikan proteksi data sebagai sebuah layanan (data protection as a service). Bahkan sebagian besar perusahaan cloud senantiasa terus berinovasi untuk memberikan solusi proteksi data terbaik, misalnya dengan memastikan bahwa data center mereka sudah tersertifikasi dan teraudit, terletak di lokasi bebas gempa, memiliki berbagai sumber daya listrik dan berbagai sistem proteksi, dan manajemen risiko lainnya.
 
 

Melampaui langkah awal Transformasi Digital

 
Secara umum, perusahaan di Indonesia telah mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk transformasi digital melalui pengembangan infrastruktur lebih lanjut dengan cloud dan teknologi baru. Langkah awal tersebut sangat penting sebagai penentu keberhasilan transformasi digital. Sejauh ini, baru terdapat beberapa sektor pelopor yang telah mulai melakukan transformasi digital. Akan tetapi, saya percaya bahwa banyak perusahaan di sektor lain yang sebentar lagi akan mengikuti langkah mereka terutama karena disrupsi digital telah dan semakin mempercepat perluasan tren tersebut.

Artikel kolom ini ditulis oleh Ana Sopia, Country Manager NetApp Indonesia