ArenaLTE.com - Beberapa waktu lalu, layanan Gmail dan Google Drive mengalami insiden pemadaman global selama 4 jam. Hal ini menyulitkan bagi pengguna, terutama yang meletakkan data-data penting mereka dalam layanan cloud publik. Pengguna Gmail mengeluhkan kesulitan dalam menyimpan draf dan mengirim email, serta melampirkan dan membuka lampiran. Sementara itu, pengguna Google Drive mengalami masalah dalam mengunggah dan mengunduh file. 

Pengguna Indonesia juga terdampak oleh gangguan tersebut. Banyak pengguna yang tidak dapat mengirim email, mengunduh foto atau video. Berkali-kali terdapat pesan peringatan bahwa e-mail tidak dapat dikirim. Mereka berpikir bahwa komputer atau jaringan internet mereka bermasalah, karena pemberitahuan di layar meminta pengguna untuk mengecek kembali soal jaringan internet.

Dalam lingkungan bisnis yang menggunakan cloud publik, divisi IT juga banyak mendapatkan keluhan tentang Gmail yang bermasalah, padahal hal tersebut disebabkan oleh Google yang sedang down. Ketika bisnis hanya bergantung pada penyimpanan dan layanan cloud, ada beberapa konsekuensi yang harus mereka hadapi. Sebuah laporan yang diterbitkan ARN pada awal tahun ini memperingatkan bahwa downtime yang tidak terduga, baik dari Microsoft, Google atau AWS, dapat mengakibatkan kerugian hingga 19 miliar dolar AS. 

Survei ITIC 2017 tentang Tren Keandalan dan Kerugian Per Jam dari Downtime menunjukkan bahwa kerugian saat downtime terus meningkat seiring dengan makin tingginya risiko bisnis. Bahkan, downtime selama beberapa menit saja bisa mengakibatkan gangguan yang signifikan. Lebih dari 98% perusahaan besar yang memiliki lebih dari 1.000 karyawan mengatakan bahwa rata-rata, satu jam downtime per tahun merugikan perusahaan sebesar 100.000 dollar, sedangkan 81% perusahaan melaporkan bahwa kerugiannya mencapai 300.000 dollar.

Dampak negative downtime juga dirasakan oleh Usaha Kecil Menengah (UKM) yang memiliki kurang dari 150 karyawan. Sekitar 47% responden survei memperkirakan bahwa satu jam downtime dapat merugikan perusahaan sebanyak 100.000 dollar, dalam bentuk pendapatan dan produktivitas yang berkurang.
Chad Chiang, Synology Product Manager, mengungkapkan bahwa layanan cloud publik memang berbiaya rendah. Namun, begitu terjadi gangguan, maka kerugiannya pun akan sangat besar. Oleh karena itu, sangat disarankan bagi para pelaku bisnis untuk memiliki dan membangun sistem cloud privat mereka sendiri, untuk memastikan layanan yang selalu maksimal dan otonomi dalam mengelola data.

Risiko dan Biaya Terselubung

Layanan cloud memudahkan pengguna untuk bertukar data dan informasi, tetapi ada risiko tersendiri dalam penggunaan cloud publik. Secara tidak sadar, pengguna menyerahkan kendali atas data-data penting mereka kepada pihak ketiga. Banyak perusahaan yang mempercayakan informasi dan aplikasi penting  mereka ke dalam cloud publik, dan mengalami konsekuensi yang tidak terduga.

Para penyedia software as a service (SaaS) bertanggung jawab untuk menyimpan data pengguna, tetapi seharusnya penggunalah yang bertanggung jawab penuh untuk menjaga keamanannya. Salah satu penyebab kehilangan data yang paling umum dalam skema SaaS adalah kelalaian pengguna dalam menghapus data, baik sengaja maupun tidak disengaja. Ketika terjadi pada dunia bisnis, insiden ini akan merugikan semua pihak. Layanan cloud publik biasanya hanya menyediakan durasi terbatas untuk menyimpan data pengguna, sebelum hilang secara permanen.

Oleh karena itu, untuk menjaga dokumen-dokumen penting selama bertahun-tahun, pengguna perlu menyimpan data mereka daricloud publik ke NAS.  Pelaku bisnis tidak perlu khawatir harus membayar biaya langganan atau biaya migrasi data yang mahal.

Active Backup 

Untuk menghindari risiko kehilangan pada layanan cloud, ini saatnya untuk menjaga keamanan data dengan menambah lapisan keamanan. Banyak solusi back-up data yang telah dikembangkan untuk menghindari insiden yang tidak terduga. Namun, tetap saja, melakukan back-up data dari berbagai layanan cloud yang berbeda akan membutuhkan biaya, waktu, dan tenaga. Karena itu, untuk menjaga efektivitas dan efisiensi dari back-up data, pengguna bisa mencadangkan datanya ke server dan melakukan pengelolaan dari satu interface saja.

Jenn Yeh, Synology Product Marketing Manager, mengatakan, “Saat ini, mengandalkan layanan dari cloud publik saja tidak cukup. Itu sama halnya seperti meletakkan semua telur dalam satu keranjang. Solusinya, pengguna bisa mem-back-up data mereka daricloud publik ke NAS, untuk menjaga data-data penting seperti email, kontak, kalender, dan cloud drive. Jika terjadi gangguan pada cloud publik, maka aktivitas bisnis tidak akan terganggu dan mereka tetap bisa melayani pelanggan seperti biasa. Selain melindungi data, solusi ini juga bisa menyimpan semua data untuk audit dan menghindari risiko kehilangan data karena kelalaian karyawan (sengaja maupun tidak disengaja).