ArenaLTE.com - Penggunaan software tanpa lisensi masih umum terjadi di kalangan perusahaan maupun sektor IT di kawasan ASEAN, baik disebabkan oleh kelalaian, niat, atau pengabaian. Namun, penggunaan software tanpa lisensi dapat menimbulkan risiko keamanan, bisnis, dan hukum yang serius bagi perusahaan-perusahaan serta industrinya.

Perusahaan yang lalai dalam memahami risiko tersebut maupun tidak mengelola aset software nya dengan benar, berpotensi  mengalami kerugian yang cukup besar. Untuk mengatasi hal ini, BSA | Software Alliance, asosiasi perdagangan global penerbit software, meluncurkan kampanye “Legalize and Protect” di kawasan ASEAN.

BSA berkolaborasi dengan pemerintah maupun mitra lain, untuk mengedukasi perusahaan-perusahaan mengenai risiko-risiko signifikan dari penggunaan software tidak asli atau tak berlisensi. Saat ini, software yang diciptakan oleh para anggota yang tergabung di dalam BSA digunakan dalam berbagai industri, termasuk tetapi tidak terbatas pada manufaktur, IT, keuangan, layanan profesional, konstruksi, kesehatan, barang keperluan sehari-hari, teknik, arsitektur, dan desain.

Sebagai bagian dari kampanye “Legalize and Protect,” BSA bekerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk mengedukasi para pemimpin bisnis tentang risiko penggunaan software ilegal. Menurut data BSA, saat ini ada ribuan perusahaan di Indonesia yang diawasi karena adanya kemungkinan pelanggaran. Dalam beberapa bulan ke depan, BSA akan meluncurkan upaya edukasi untuk memastikan para pemimpin bisnis sadar akan risiko dari penggunaan software tidak berlisensi.

“Dengan beralih pada software berlisensi, perusahaan dapat melindungi keamanan data, daya saing, dan reputasinya - hingga terhindar dari risiko konsekuensi hukum,” ujar Tarun Sawney, Senior Director BSA. “Semakin cepat perusahaan melakukan proses legalisasi software, semakin cepat pula mereka dapat melindungi kegiatan operasional dan keuntungan perusahaan.”

Wilayah Asia Pasifik memiliki tingkat penggunaan software ilegal tertinggi di dunia, sebesar 57%. Masalah dengan skala sebesar ini hanya bisa ditangani dengan pengubahan pola pikir dan perilaku untuk meningkatkan regulasi diri serta kepatuhan sukarela. Untuk itu, BSA telah mengorientasikan kampanyenya secara khusus untuk mencegah perusahaan dari praktik pemasangan maupun penggunaan software yang tidak berlisensi atau ilegal - bukan karena takut akan penegakan hukum, tetapi karena pemahaman bahwa hal tersebut dilakukan untuk kebaikan perusahaan.

Software tanpa lisensi tidak baik bagi perusahaan

Chief Information Officer (CIO) dari berbagai perusahaan menemukan bahwa software tidak berlisensi memiliki risiko dan berpotensi untuk menyebabkan kerugian yang lebih besar. Data juga menunjukkan bahwa para pemimpin bisnis dapat meningkatkan keuntungan perusahaannya dengan beralih ke software berlisensi. International Data Corporation (IDC) memperkirakan bahwa perusahaan yang mengambil langkah pragmatis untuk meningkatkan manajemen softwarenya akan dapat meningkatkan laba hingga 11 persen.  

Satu dari tiga perusahaan memiliki peluang untuk terserang malware ketika mereka menggunakan atau memasang software tidak berlisensi maupun membeli perangkat komputer tanpa software asli di dalamnya. Setiap serangan malware dapat merugikan perusahaan sebesar rata-rata USD 2,4 juta dan akan membutuhkan waktu selama 50 hari untuk memperbaikinya. 

Infeksi yang dapat menyebabkan downtime perusahaan, atau kehilangan data bisnis, akan berdampak serius pada merek dan reputasi perusahaan. Biaya untuk mengatasi malware yang menggunakan software tidak berlisensi pun semakin meningkat. Hal tersebut dapat merugikan perusahaan hingga lebih dari USD 10.000 untuk setiap perangkat komputer yang terserang, dan merugikan hampir USD 359 miliar per tahun bagi perusahaan-perusahaan di seluruh dunia. 

Tindakan menghindari ancaman keamanan dari malware saat ini telah menjadi alasan utama CIO untuk memastikan software dalam jaringannya berlisensi secara penuh. Upaya peningkatan kegunaan software merupakan faktor pendorong ekonomi dan keamanan yang sangat penting. Dengan meningkatnya bahaya malware, para pemimpin bisnis semakin terdorong untuk beralih pada software berlisensi penuh yang akan menerima pembaruan secara rutin, dan  sebagai upaya pembelaan terhadap serangan malware, pelanggaran data, dan risiko keamanan lainnya.
 
Perusahaan-perusahaan dapat mengambil langkah penting untuk meningkatkan manajemen software dan mendapatkan berbagai keuntungan. Untuk mendapatkan keuntungan tersebut,  perusahaan dapat menerapkan software asset management (SAM) yang telah terbukti kualitasnya. SAM tidak hanya membantu CIO dalam memastikan bahwa software berfungsi pada jaringan yang sah dan berlisensi penuh, tetapi juga dapat membantu mengurangi risiko siber, meningkatkan produktivitas, mengurangi downtime, memusatkan manajemen lisensi, dan mengurangi biaya.
 
Studi menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan dapat menghemat hingga 30 persen biaya tahunan dengan menggunakan software yang menerapkan SAM kuat dan program pengoptimalisasian software berlisensi.
 
BSA percaya bahwa melalui kerja sama menyeluruh dengan pemerintah daerah di negara-negara ASEAN, kampanye "Legalize and Protect" tidak hanya akan memberikan perlindungan pada hak kekayaan intelektual software - tetapi juga mendorong komunitas bisnis ASEAN yang lebih kuat, dinamis, dan mampu bersaing dalam skala global.