ArenaLTE.com - Ini kabar kurang menyenangkan bagi pengguna Zoom. Khususnya pengguna gratisan, alias tak berbayar. Zoom menyatakan, tak akan menyediakan enkripsi end-to-end bagi pengguna tak berbayar. Dengan alasan, Zoom ingin bekerjasama dengan FBI dan penegak hukum lokal. “Sebab, mana tahu ada orang yang menggunakan Zoom untuk tujuan jahat,” kata Eric Yuan, CEO Zoom, seperti dikutip The Verge.
Seiring popularitasnya yang meroket terdorong oleh wabah Corona yang memaksa banyak orang bekerja dari rumah, Aplikasi video conference Zoom juga menuai banyak kontroversi setelah dilaporkan ada kasus Zoombombing. Ada tamu tak diundang, bisa menyelinap masuk ke sesi meeting orang lain, lalu menayangkan gambar aneh-aneh lewat fitur screen share.
Itu dimungkinkan karena saringan keamanan Zoom dinilai lemah. Kombinasi meeting ID gampang ditebak. Kemudian lagi, ini yang paling disorot, Zoom ternyata tak menggunakan end-to-end encryption –metoda yang mencegah lalu lintas percakapan dapat dibaca orang lain. Pantaslah kalau sesi meeting dapat diketahui orang di luar peserta meeting. Mending kalau isi meeting cuma ngobrol kangen-kangenan. Kalau membicarakan rahasia perusahaan?
Menanggapi orang sedunia yang meributkan soal kerentanan aplikasi ini, Zoom menanggapi dengan menjanjikan perbaikan dan meningkatkan sektor keamanan aplikasi. Selain, menyediakan sejumlah fitur pencegah penyusup masuk ke sesi meeting. Termasuk, berjanji akan menyediakan end-to-end encryption. Tapi….khusus bagi pengguna berbayar.
“Kami pikir, fitur ini semestinya menjadi bagian dari penawaran kami untuk pelanggan professional,” ujar Eric Yuan, dalam sesi pertemuan dengan para investor, Selasa (2/6) lalu, seperti dikutip The Verge. “Sementara pelanggan tak berbayar, pastinya kami tak akan menyediakan itu (end-to-end encryption). Senyampang kami juga ingin bekerjasama dengan pihak FBI dan aparat hukum lokal,” sambung Eric. Jadi, bagi pengguna gratisan, selain sesi meeting yang waktunya terbatas (40 menit), juga percakapan mereka tak terlindungi keamanan yang ketat.
Meskipun, kata Eric, Zoom tetap menjamin keamanan data privasi pengguna. Zoom tak akan proaktif memantau isi meeting, tak akan membagi informasi kepada pihak penegak hukum, kecuali dalam kasus seperti perundungan sex pada anak-anak. Zoom juga tak punya backdoors, di mana partisipan dapat memasuki sesi meeting tanpa terlihat oleh yang lain. “Tak ada yang berubah soal ini,” Eric menegaskan.
Zoom tetap pada rencana menyediakan end-to-end encryption pada pengguna yang identitasnya terverifikasi. Dengan tujuan membatasi bahaya pada kelompok-kelompok yang rentan –termasuk anak-anak dan orang yang berpotensi menjadi korban tindak criminal. “Pengguna gratisan, mendaftar dengan alamat email, yang mana tak menyediakan informasi yang cukup bagi kami untuk memverivikasi identitas mereka,” Eric memberi alasan kebijakan tak menerapkan end-to-end encryption pada pelanggan tak berbayar ini.