ArenaLTE.com - Tak mudah untuk bangkit dari keterpurukan. Move on setelah diputus pacar mungkin sama sulitnya dengan usaha Nokia, Blackberry dan Motorola dalam membangun kembali kejayaannya. Malah mungkin lebih berat. Tapi yang jelas, para raksasa smartphone mulai terbangun dari tidur panjang mereka. Tahun ini jadi saksi semakin garangnya sepak terjang mereka.
Nokia
Mari kita mulai dari Nokia. Vendor yang pernah menjadi raja smartphone selama bertahun-tahun ini baru saja mengumumkan kembalinya mereka ke dalam industri. Agendanya tahun ini sudah tergambar. Si anak hilang yang sempat menikmati masa-masa emas di industri smartphone mulai unjuk gigi.
Langkah Nokia untuk kembali menjajaki pasar smartphone bukan sekedar main-main belaka. Bahkan, agenda mereka di 2017 sempat bocor memperlihatkan rencana mereka: “Nokia brand’s return to smartphones”. Sangat tegas dan ambisius.
Oh ya, Nokia sendiri sudah tak punya ikatan lagi dengan Microsoft. Putus hubungan. Perjanjian yang mengikat Nokia supaya tidak berkompetisi dengan Microsoft berakhir tahun ini. Nokia rela melepas Windows OS besutan Microsoft demi menggunakan Android OS-nya Google.
Tapi, Nokia hanya akan bertindak sebagai pemilik brand dan paten sementara produksi dilakukan HDM Global. HMD bertugas menggabungkan paten dan brand dari Nokia dengan manufacturing dan riset pengembangan Foxconn.
Dan, tahun ini mendaratlah smartphone perdana mereka Nokia 6 di Tiongkok lewat HMD Global, perusahaan asal Finlandia yang dibesut mantan karyawan Nokia dan Microsoft. Nokia 6 ini merupakan smartphone yang sudah mendukung jaringan 4G LTE dengan sstem operasi Android 7.0 Nougat terbaru.
Android Nokia 6 memiliki layar 5,5 inch dengan resolusi full HD 1080p yang dilapisi pelindung Gorilla Glass 2,5D. Untuk dapur pacunya ditancapkan prosesor Qualcomm Snapdragon 430. Android Nokia 6 memiliki RAM 4 GB dan storage internal 64 GB. Di sektor kamera, Nokia 6 mengusung resolusi 16 megapiksel untuk kamera utama sedangkan kamera selfie berkekuatan 8 megapiksel.
Nokia 6 akan dijual secara eksklusif di China melalui retail online JD dengan banderol harga USD 246 atau sekitar IDR 3,2 jutaan. Tapi tenang saja, karena setelah melihat kesuksesan Nokia 6, HMD global kembali memproduksi seri anyar lain yang akan disebar ke berbagai belahan dunia.
Langkah Nokia untuk kembali menjajaki pasar smartphone bukan sekedar main-main belaka. Bahkan, agenda mereka di 2017 sempat bocor memperlihatkan rencana mereka: “Nokia brand’s return to smartphones”. Sangat tegas dan ambisius.
Oh ya, Nokia sendiri sudah tak punya ikatan lagi dengan Microsoft. Putus hubungan. Perjanjian yang mengikat Nokia supaya tidak berkompetisi dengan Microsoft berakhir tahun ini. Nokia rela melepas Windows OS besutan Microsoft demi menggunakan Android OS-nya Google.
Tapi, Nokia hanya akan bertindak sebagai pemilik brand dan paten sementara produksi dilakukan HDM Global. HMD bertugas menggabungkan paten dan brand dari Nokia dengan manufacturing dan riset pengembangan Foxconn.
Dan, tahun ini mendaratlah smartphone perdana mereka Nokia 6 di Tiongkok lewat HMD Global, perusahaan asal Finlandia yang dibesut mantan karyawan Nokia dan Microsoft. Nokia 6 ini merupakan smartphone yang sudah mendukung jaringan 4G LTE dengan sstem operasi Android 7.0 Nougat terbaru.
Android Nokia 6 memiliki layar 5,5 inch dengan resolusi full HD 1080p yang dilapisi pelindung Gorilla Glass 2,5D. Untuk dapur pacunya ditancapkan prosesor Qualcomm Snapdragon 430. Android Nokia 6 memiliki RAM 4 GB dan storage internal 64 GB. Di sektor kamera, Nokia 6 mengusung resolusi 16 megapiksel untuk kamera utama sedangkan kamera selfie berkekuatan 8 megapiksel.
Nokia 6 akan dijual secara eksklusif di China melalui retail online JD dengan banderol harga USD 246 atau sekitar IDR 3,2 jutaan. Tapi tenang saja, karena setelah melihat kesuksesan Nokia 6, HMD global kembali memproduksi seri anyar lain yang akan disebar ke berbagai belahan dunia.
Blackberry
Blackberry juga tak mau kalah. Vendor smartphone asal Kanada ini kabarnya sempat putus asa pertengahan tahun lalu. Kegagalan Blackberry Priv membuat si bos meradang dan siap melambaikan tangan tanda perpisahan. Apalagi CEO Blackberry, John Chen pernah kelepasan bicara soal niat menghentikan bisnis smartphone jika terus merugi.
Nyatanya hingga 2017, Blackberry belum jadi sejarah. Sang CEO masih punya semangat. Meski kini, Blackberry fokus untuk bertransformasi menjadi penyedia layanan bisnis dan software, tapi mereka masih ‘memperjuangkan’ divisi smartphone.
Tanpa bermaksud lepas tangan, sang vendor akhirnya rela membiarkan TCL Communications Technology Holdings Limited untuk mengurus merek Blackberry. Sementara mereka sendiri fokus menggeber transisi menjadi perusahaan berbasis jasa dan keamanan software.
BlackBerry akan memberi lisensi untuk paket software dan layanan keamanan, dan juga aset-aset merek BlackBerry yang terkait kepada TCL Commmunication. Perusahaan yang ditunjuk ini akan merancang, memproduksi, menjual dan menyediakan dukungan pelanggan untuk perangkat yang bermerek BlackBerry.
Hubungan antara TCL Communications dan BlackBerry dibangun dari kepemimpinan mereka masing-masing dalam bidang komunikasi seluler, serta kerja sama mereka untuk perangkat DTEK50 dan DTEK60. TCL Communication akan menjadi produsen global dan distributor ekslusif untuk semua smartphone yang bermerek BlackBerry dengan pengecualian dari negara-negara berikut: India, Sri Lanka, Nepal, Bangladesh dan Indonesia.
Per Juli tahun lalu, Blackberry sudah resmi merilis smartphone berbasis Android selepas kehadiran Priv (Blackberry Android pertamanya). Namanya, DTEK50. Inilah handset Android kedua dari Blackberry besutan TCL. Meski smartphone ini sebenarnya hanya rebrand dari Alcatel Idol 4.
Beberapa fitur khas dibenamkan seperti Blackberry Hub serta software khusus DTEK untuk mendukung keamanan. Juga disisipkan Blackberry Convenience Key yang bisa diprogram sendiri, pop up widget, Blackberry Device Search, Instan Action dan Gesture Control.
Blackberry DTEK50 menyuguhkan display sentuh 5,2 inci pada resolusi 1080p. Untuk urusan fotografi, smartphone ini mengandalkan kamera utama 13MP dan kamera selfie 8MP. Untuk prosesor, Blackberry membenamkan chipset Qualcomm Snapdragon 617 yang disokong dengan RAM 3GB, memori internal 16GB. Seri berbasis Android Marshmallow ini hanya menyisipkan baterai berkapasitas 2610mAh. Harga jualnya saat pertama kali ditawarkan sekitar IDR 4 jutaan.
Lantas per Oktober 2016, mereka juga menghadirkan Blackberry DTEK60 seri berbasis frame logam dengan finishing dual glass. Blackberry DTEK60 mengantongi panel sentuh dengan bentang 5,5 inci QHD serta chipset Snapdragon 820 yang bersanding dengan RAM 4GB serta ROM 32GB. Untuk kameranya, dia punya sensor utama 21MP dan sensor selfie 8MP.
Untuk memperkuat daya tahan ponsel dengan OS Android Marshmallow ini, Blackberry menyusupkan baterai berkapasitas 3000mAh. Tak ketinggalan berbagai teknologi terkini seperti sensor sidik jari, USB Type-C dan tombol yang bisa diprogram di bagian sisi bodinya.
Kini, untuk 2017, Blackberry menyiapkan seri yang digadang bernama Mercury. Perangkat ini disinyalir hadir akhir bulan di ajang pre-event MWC di Spanyol. Sebuah acara konferensi pers bakal dihelat oleh Blackbberry pada 25 Februari nanti.
Perangkat ini kemungkinan bernama Blackberry Mercury atau DTEK70, tapi bisa juga nama lain karena informasinya memang masih simpang siur. Menurut spekulasi dan rumor, perangkat ini bakal mengusung display seluas 4,5 inci disuntik resolusi 1620x1080 piksel. Lantas chipset yang dilesakkan dalam smartphone ini bisa Snapdragon 821 atau Snapdragon 625. Dengan dukungan RAM 4GB serta memori internal 64GB.
Di sektor kamera, Blackberry Mercury ini akan mengandalkan kamera utama 13MP dan kamera selfie 8MP. Buat sistem operasinya, perangkat ini akan berjalan di atas platform Android 7.0 Nougat. Seri ini juga kemungkinan akan dijejali sensor sidik jari.
Lebih menarik lagi, di Indonesia ternyata Blackberry Limited mengumumkan joint venture dengan PT BB Merah Putih akhir tahun lalu. Memberikan lisensi software dan layanan BlackBerry untuk memproduksi handset bagi pasar Indonesia. Dengan kerjasama ini, BlackBerry optimistis bisa mendorong perkembangan perangkat lunak, melalui divisi bisnis Mobility Solutions.
Joint venture ini dipimpin oleh PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk, perusahaan telekomunikasi terkemuka dengan jaringan distribusi terluas di Indonesia. PT Tiphone adalah afiliasi dari PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, yang merupakan operator terbesar di Indonesia. Perusahaan joint venture ini dan afiliasinya secara total memiliki hampir setengah dari pasar mobile di Indonesia.
Nyatanya hingga 2017, Blackberry belum jadi sejarah. Sang CEO masih punya semangat. Meski kini, Blackberry fokus untuk bertransformasi menjadi penyedia layanan bisnis dan software, tapi mereka masih ‘memperjuangkan’ divisi smartphone.
Tanpa bermaksud lepas tangan, sang vendor akhirnya rela membiarkan TCL Communications Technology Holdings Limited untuk mengurus merek Blackberry. Sementara mereka sendiri fokus menggeber transisi menjadi perusahaan berbasis jasa dan keamanan software.
BlackBerry akan memberi lisensi untuk paket software dan layanan keamanan, dan juga aset-aset merek BlackBerry yang terkait kepada TCL Commmunication. Perusahaan yang ditunjuk ini akan merancang, memproduksi, menjual dan menyediakan dukungan pelanggan untuk perangkat yang bermerek BlackBerry.
Hubungan antara TCL Communications dan BlackBerry dibangun dari kepemimpinan mereka masing-masing dalam bidang komunikasi seluler, serta kerja sama mereka untuk perangkat DTEK50 dan DTEK60. TCL Communication akan menjadi produsen global dan distributor ekslusif untuk semua smartphone yang bermerek BlackBerry dengan pengecualian dari negara-negara berikut: India, Sri Lanka, Nepal, Bangladesh dan Indonesia.
Per Juli tahun lalu, Blackberry sudah resmi merilis smartphone berbasis Android selepas kehadiran Priv (Blackberry Android pertamanya). Namanya, DTEK50. Inilah handset Android kedua dari Blackberry besutan TCL. Meski smartphone ini sebenarnya hanya rebrand dari Alcatel Idol 4.
Beberapa fitur khas dibenamkan seperti Blackberry Hub serta software khusus DTEK untuk mendukung keamanan. Juga disisipkan Blackberry Convenience Key yang bisa diprogram sendiri, pop up widget, Blackberry Device Search, Instan Action dan Gesture Control.
Blackberry DTEK50 menyuguhkan display sentuh 5,2 inci pada resolusi 1080p. Untuk urusan fotografi, smartphone ini mengandalkan kamera utama 13MP dan kamera selfie 8MP. Untuk prosesor, Blackberry membenamkan chipset Qualcomm Snapdragon 617 yang disokong dengan RAM 3GB, memori internal 16GB. Seri berbasis Android Marshmallow ini hanya menyisipkan baterai berkapasitas 2610mAh. Harga jualnya saat pertama kali ditawarkan sekitar IDR 4 jutaan.
Lantas per Oktober 2016, mereka juga menghadirkan Blackberry DTEK60 seri berbasis frame logam dengan finishing dual glass. Blackberry DTEK60 mengantongi panel sentuh dengan bentang 5,5 inci QHD serta chipset Snapdragon 820 yang bersanding dengan RAM 4GB serta ROM 32GB. Untuk kameranya, dia punya sensor utama 21MP dan sensor selfie 8MP.
Untuk memperkuat daya tahan ponsel dengan OS Android Marshmallow ini, Blackberry menyusupkan baterai berkapasitas 3000mAh. Tak ketinggalan berbagai teknologi terkini seperti sensor sidik jari, USB Type-C dan tombol yang bisa diprogram di bagian sisi bodinya.
Kini, untuk 2017, Blackberry menyiapkan seri yang digadang bernama Mercury. Perangkat ini disinyalir hadir akhir bulan di ajang pre-event MWC di Spanyol. Sebuah acara konferensi pers bakal dihelat oleh Blackbberry pada 25 Februari nanti.
Perangkat ini kemungkinan bernama Blackberry Mercury atau DTEK70, tapi bisa juga nama lain karena informasinya memang masih simpang siur. Menurut spekulasi dan rumor, perangkat ini bakal mengusung display seluas 4,5 inci disuntik resolusi 1620x1080 piksel. Lantas chipset yang dilesakkan dalam smartphone ini bisa Snapdragon 821 atau Snapdragon 625. Dengan dukungan RAM 4GB serta memori internal 64GB.
Di sektor kamera, Blackberry Mercury ini akan mengandalkan kamera utama 13MP dan kamera selfie 8MP. Buat sistem operasinya, perangkat ini akan berjalan di atas platform Android 7.0 Nougat. Seri ini juga kemungkinan akan dijejali sensor sidik jari.
Lebih menarik lagi, di Indonesia ternyata Blackberry Limited mengumumkan joint venture dengan PT BB Merah Putih akhir tahun lalu. Memberikan lisensi software dan layanan BlackBerry untuk memproduksi handset bagi pasar Indonesia. Dengan kerjasama ini, BlackBerry optimistis bisa mendorong perkembangan perangkat lunak, melalui divisi bisnis Mobility Solutions.
Joint venture ini dipimpin oleh PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk, perusahaan telekomunikasi terkemuka dengan jaringan distribusi terluas di Indonesia. PT Tiphone adalah afiliasi dari PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, yang merupakan operator terbesar di Indonesia. Perusahaan joint venture ini dan afiliasinya secara total memiliki hampir setengah dari pasar mobile di Indonesia.
Motorola
Sekedar informasi, Lenovo mengakuisisi Motorola Mobility pada 2014. Alhasil, bisnis ponsel Motorola sekarang akan berada di bawah nama Lenovo, yang berarti akan digabung dengan bisnis ponsel Lenovo.
Awal tahun lalu, Lenovo yang sudah mengakuisisi Motorola Mobility dari Google berencana menghapus secara perlahan identitas Motorola dari segmen smartphone. Smartphone high-end Lenovo akan menggunakan merek Moto sedangkan handset dengan harga ramah kantong akan menggunakan merek Vibe.
Produk Moto akan menampilkan logo biru Lenovo. Meski demikan, logo "M" yang merupakan ciri khas Motorola akan tetap ada. Bagaimanapun juga, nama ini tidak akan sepenuhnya lenyap, akan hidup sebagai sebuah divisi di bawah Lenovo.
Juni 2016 lalu,sang vendor resmi mengungkap secara global flagship dari keluarga Moto series yakni Moto Z dan Moto Z Force. Dan, awal tahun ini smartphone modular Moto Z pun resmi mendarat di Indonesia.
Dengan konsep modular ini, pengguna bisa memasang berbagai aksesoris yang disebut Moto Mods ke ponsel. Mulai dari speaker, proyektor, hingga kamera. Cara memakainya dengan menempelkan Mods ke bagian belakang ponsel, dan bila sudah selesai, cukup melepasnya begitu saja.
Moto Z memiliki layar AMOLED lebar berdimensi 5,5 inci. Untuk mendukung performa, pada Moto Z dibenamkan prosesor Qualcomm Snapdragon 820 quad core 1,8 GHz. Dari sisi fotografi, ponsel memiliki kamera utama 13MP, sedangkan Moto Z Play punya kamera utama 16MP. Keduanya punya kamera selfie yang sama, yakni 5MP dengan flash depan. Moto Z mendukung RAM 4GB dan memori internal 64GB serta dibenami baterai 2600mAh.
Lenovo Mobile membandrol ponsel ini dengan harga IDR 8.499.000. Namun jika ingin membeli paket Moto Mods, harganya adalah IDR 9.900.000 untuk paket dengan JBL Soundboost Speaker. Kemudian untuk paket dengan insta-share projector menjadi IDR 12.999.000. Nah, jika Anda gemar memotret, tersedia Mods Hasselblad Truezoom dengan harga IDR11.999.000.
So, sepertinya perang para raksasa baru saja ditabuh.
Awal tahun lalu, Lenovo yang sudah mengakuisisi Motorola Mobility dari Google berencana menghapus secara perlahan identitas Motorola dari segmen smartphone. Smartphone high-end Lenovo akan menggunakan merek Moto sedangkan handset dengan harga ramah kantong akan menggunakan merek Vibe.
Produk Moto akan menampilkan logo biru Lenovo. Meski demikan, logo "M" yang merupakan ciri khas Motorola akan tetap ada. Bagaimanapun juga, nama ini tidak akan sepenuhnya lenyap, akan hidup sebagai sebuah divisi di bawah Lenovo.
Juni 2016 lalu,sang vendor resmi mengungkap secara global flagship dari keluarga Moto series yakni Moto Z dan Moto Z Force. Dan, awal tahun ini smartphone modular Moto Z pun resmi mendarat di Indonesia.
Dengan konsep modular ini, pengguna bisa memasang berbagai aksesoris yang disebut Moto Mods ke ponsel. Mulai dari speaker, proyektor, hingga kamera. Cara memakainya dengan menempelkan Mods ke bagian belakang ponsel, dan bila sudah selesai, cukup melepasnya begitu saja.
Moto Z memiliki layar AMOLED lebar berdimensi 5,5 inci. Untuk mendukung performa, pada Moto Z dibenamkan prosesor Qualcomm Snapdragon 820 quad core 1,8 GHz. Dari sisi fotografi, ponsel memiliki kamera utama 13MP, sedangkan Moto Z Play punya kamera utama 16MP. Keduanya punya kamera selfie yang sama, yakni 5MP dengan flash depan. Moto Z mendukung RAM 4GB dan memori internal 64GB serta dibenami baterai 2600mAh.
Lenovo Mobile membandrol ponsel ini dengan harga IDR 8.499.000. Namun jika ingin membeli paket Moto Mods, harganya adalah IDR 9.900.000 untuk paket dengan JBL Soundboost Speaker. Kemudian untuk paket dengan insta-share projector menjadi IDR 12.999.000. Nah, jika Anda gemar memotret, tersedia Mods Hasselblad Truezoom dengan harga IDR11.999.000.
So, sepertinya perang para raksasa baru saja ditabuh.