ArenaLTE.com - Sistem operasi Android memang berbasis opensource, namun hal itu tidak bisa dibebas artikan bahwa pengembangnya bebas mengubah atau melakukan editing di dalamnya di luar dari garis peraturan yang telah ditetapkan. Seperti halnya Xiaomi yang diungkapkan sering menabrak aturan dari opensource yang telah ditetapkan, bahkan hingga produk terbaru mereka Xiaomi Mi A1.

Dilansir dari laman androidauthority, Xiaomi berungkali disinggung karena banyak melanggar aturan dari opensource dan kerap bersinggungan dengan GPL. Dan sayangnya, perusahaan tidak melakukan atau menghadapi konsekuensi dari aturan yang telah ditabraknya. Android yang berbasis opensource memiliki aturan dari GPL yang harus diterapkan oleh setiap vendor.
Berikut adalah sinopsis singkat seluk beluk undang-undang yang mengatur Android: Pelanggaran GPL mungkin bisa dimengerti bila tidak ada gangguan dalam Android system yang diadopsi oleh banyak vendor, bahkan termasuk pengubahan di dalamnya. Pasalnya, jika source pengubahan telah disiarakan oleh vendor, maka akan ada banyak versi perbaikan yang bisa dilakukan oranglain yang lebih mengerti.

Samsung yang tercatat sebagai produsen besar pada smartphone mengikuti hal tersebut, hal itu terlihat dari kehadiran Galaxy S8 dan S8+. Diluncurkan pada 21 April 2017 lalu, namun lima hari setelahnya perusahaan menghadirkan sumber kode perangkat dalam situs dukungan mereka.

Galaxy S8 menjalankan versi modifikasi Android yang dikenal dengan Samsung Experience. Perusahaan telah menyediakan kernel yang berisi kode unik untuk banyak orang bisa mengubahnya, dan hal tersebut amat disayangkan tidak diikuti oleh Xiaomi. Padahal pada seri Mi A1 perusahaan melakukan pengubahan di dalamnya persis seperti yang dilakukan Samsung.