ArenaLTE.com - Sekitar sebulan lebih yang lalu, Google mematuhi kebijakan Pemerintah AS, untuk tak lagi berhubungan bisnis dengan Huawei. Seiring dengan dimasukkannya Huawei dalam Entity List, yang berarti termasuk perusahaan yang perlu “diwaspadai”. Dan bukan hanya Google, perusahaan-perusahaan AS lainnya juga tak boleh berbisnis dengan raksasa teknologi asal Cina tersebut.
 
Namun, meski perusahaan-perusahaan AS semacam Google, Qualcomm, Intel dan sebagainya, nampak “patuh” pada kebijakan tersebut, dan langsung mengambil tindakan putus hubungan dengan Huawei, sepertinya mereka mulai tak yakin juga dengan langkah yang diambil Pemerintah AS tersebut.
 
Bukan apa-apa, menghentikan bisnis dengan Huawei, berarti harus siap kehilangan US$11 miliar –nilai transaksi yang didapat perusahaan AS dari Huawei pada tahun lalu. Qualcomm dan Google kabarnya menjadi penerima terbesar dari nilai itu. Karenanya, tak heran jika beberapa perusahaan tersebut, dikabarkan tengah merayu Pemerintah AS agar meninjau kembali kebijakan, yang mereka sebut kurang pas tersebut.
 
Dan apa yang diucapkan Ren Zhengfei, pendiri dan CEO Huawei, nampaknya bakal membuat Google tambah galau. Dalam wawancara dengan CNBC, Ren Zhengfei mengatakan, Google bakal kehilangan 700 hingga 800 juta pengguna di masa depan, bila Huawei meninggalkan meninggalkan Google. Angka yang dipastikan bisa bikin Google tambah galau.
 
Ren juga mengungkapkan, sebenarnya antara Huawei dan Google berada pada kepentingan yang sama. Kedua belah pihak akan sama-sama merasakan pukulan bila “keukeuh” berpisah. Huawei sendiri mengakui, larangan itu bakal menghilangkan pendapatan sebesar US$30 miliar. Tapi, mereka sudah menyiapkan “senjata” bila kebijakan pelarangan itu berkelanjutan.
 
Senjata itu adalah sistem operasi yang diciptakan Huawei, yang bernama Hong Meng OS, yang kabarnya siap dirilis pada September atau Oktober mendatang. Pada tahap awal ini, Hong Meng akan mengisi smartphone mid-range Huawei. Dibanding Android besutan Google, Hong Meng diklaim mampu bekerja 60% lebih cepat, dan lebih terintegrasi dengan beragam perangkat. Mulai dari smartphone hingga PC dan laptop.
 
Perkembangan ini malah jadi “ancaman” baru bagi hegemoni Google dengan Androidnya. Bukan tak mungkin nanti pengguna malah ramai-ramai bermigrasi dari Android ke Huawei dengan Hong Meng-nya. Apalagi bila Huawei bisa mengajak kawan sejawat dari Cina, semacam Oppo dan Vivo, untuk juga menggunakan Hong Meng –kedua brand itu sempat dilibatkan dalam pengujian Hong Meng. 
 
Satu lagi yang perlu dicermati, angka pengguna smartphone Huawei yang  sangat besar, tentu tak bisa diabaikan pula oleh para pengembang aplikasi. Yang artinya, sulit menahan eksklusivitas di Google Playstore belaka. Nah, bukankah situasi ini malah membuat tambah runyam AS sendiri?