Anything can change, because the smartphone revolution is still on early stages.
Tim Cook, CEO Apple Inc
Begitu banyak perubahan besar yang terjadi di dunia digital Indonesia dalam dua tahun terakhir. Mulai dari, tingginya penetrasi smartphone, komersialisasi 4G secara resmi, melesatnya pertumbuhan e-commerce, hingga pergeseran pola konsumsi masyarakat terhadap penggunaan data.
Berdasarkan data yang dirilis Google Indonesia pada Agustus 2015 lalu, penetrasi internet di Tanah Air telah mencapai 43 persen. Angka ini pun diperkirakan akan terus meningkat di 2016.
Para operator telekomunikasi pun terus berlomba menambah jumlah kota yang siap menggelar layanan 4G. Sampai saat ini, Smartfren masih memimpin perolehan kota terbanyak dengan telah menggelar layanan ini di 85 kota di Indonesia.
Pertumbuhan e-commerce juga mengalami peningkatan signifikan. Dari laporan State of Mobile Commerce Criteo kuartal ketiga 2015, jumlah transaksi di pasar e-commerce Indonesia telah mencapai 3,56 miliar dolar AS.
Perubahan besar yang juga tengah terjadi saat ini adalah mulai diperkenalkannya sistem penyimpanan berbasis cloud. Hal ini tak lepas dari tingginya konsumsi penggunaan data akibat penggunaan smartphone.
Apabila setahun yang lalu, penggunaan paket data sebesar 1 GB sudah terasa lebih dari cukup, kini sudah naik, sekitar dua hingga tiga kali lipat. Bahkan, laporan mobility report yang dikeluarkan Ericsson akhir tahun lalu mengungkapkan, trafik mobile data di Indonesia diperkirakan akan tumbuh 14 kali lipat antara tahun 2015 dan 2021.
Selain itu, cakupan LTE pun diharapkan akan mencapai 75 persen dari jumlah penduduk dalam enam tahun mendatang. Di tengah berbagai dinamika yang tersu terjadi, harapan saya untuk dunia digital di Indonesia adalah adanya berbagai layanan yang nyaman sekaligus berbasis edukasi bagi masyarakat.
Conoh sederhananya, sampai saat ini beberapa operator telekomunikasi masih memberikan berbagai pilihan layanan data untuk pelanggan. Mungkin maksudnya agar masyarakat dapat memilih paket sesuai dengan kebutuhannya.
Tapi, bagi saya sebagai pelanggan, saat ini ketika habis paket di akhir bulan dan akan membeli paket data, hal ini lebih susah daripada mencari gebetan. Gebetan bisa dicari dengan menangkap mana saja yang paling mencuri perhatian.
Tapi memilih paket data? Nanti dulu. Tersedia paket pilihan hot rod 3G, 3G plus, true unlimited, ultra 4G, dan 4G plus. Harganya juga tentu disesuaikan dengan besarnya kuota.
Bagi para operator, mungkin tidak ada salahnya untuk memyederhanakan pilihan paket data. Dengan pilihan yang sederhana, tidak hanya menghindarkan pelanggan dari kebingungan, pengalaman pelanggan di industri mobile juga akan semakin menyenangkan.
Hadirnya layanan 4G, peningkatan kegiatan belanja maya, dan besarnya ketergantungan kita pada smartphone, berujung pada munculnya big data. President of Microsoft Amerika Latin Herman Rincon bahkan menyamakan data sebagai mata uang baru dunia.
Menurut Rincon, 90 persen yang ada di dunia saat ini hadir hanya dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Dari mana saja data ini berasal?
Bisa dari mana saja, mulai dari e-mail, smartphone, histori pencarian kita di laptop, kamera, hingga sosial media. Kehadiran internet of things yang diperkirakan akan hadir di rentang waktu 2016 ini juga pasti akan semakin melipatgandakan jumlah data yang ada.
Sampai saat ini, pengetahuan masyarakat terhadap besarnya jumlah data yang kita hasilkan masih terbatas. Tak banyak yang sadar setiap postingan kita di sosmed bisa dianalisa dan memberi gambaran yang amat detil tentang diri kita.
Dari semua data yang kita create, di sebelah sana ada pihak yang bisa menganalisa sifat kita, kebiasaan kita, minat kita, hingga bagaimana pola kita dalam membelanjakan uang. Data memang telah membuat manusia tak punya lagi privasi.
Dengan hadirnya sumber daya baru bernama data ini, harapan saya para pelaku di industri digital bisa memperlakukan data para konsumennya dengan bijaksana. Meski data ini jelas bernilai ekonomis yang tinggi, semoga pemanfaatannya bisa lebih diarahkan untuk kembali ke kesejahteraan masyarakat.
Beberapa negara sudah mulai memanfaatkan analisa big data ini untuk membuat berbagai kebijakan publik yang didasarkan pada kebutuhan masayarakat. Semoga big data juga bisa memberi manfaat yang sama d Indonesia.
Privasi para netizen juga semoga bisa dijaga untuk mencegah ledakan masalah besar seperi yang terjadi di AS beberapa waktu lalu, terkait Edward Snowden.
Kredit Foto: Freepik.com