Ren Zhengfei (CEO Huawei: Huawei Tidaklah Sepenting Itu (Part-2)

ArenaLTE.com - Dalam bagian kedua wawancara CEO Huawei Ren Zhengfei dengan sejumlah media dari mancanegara ini, Ren banyak berbicara mengenai hadangan pada produk-produk Huawei di banyak negara, terutama negara Barat. Ren juga memperkirakan pertumbuhan Huawei tahun ini mungkin sedikit turun, begitu pula dengan pendapatan. Namun begitu dia tak mau mendorong masyarakat Cina melakukan hal yang sama, memboikot produk dari AS.  Justru Ren tetap menyokong agar Cina lebih terbuka dan mempercepat agenda reformasinya.
 
Kecurigaan negara asing pada Huawei ini salah satunya disebabkan adanya kepemiikan pemerintah. Sementara Huawei sendiri mengklaim sebagai perusahaan privat. Dan kenapa Anda mempertahankan Huawei sebagai perusahaan privat?

Karena perusahaan public tak pernah bisa mengejar tujuan jangka panjang. Mereka akan selalu disibukkan mengejar keuntungan jangka pendek, agar bisa membagi deviden, setiap tahunnya. Perusahaan privat seperti kami bisa focus pada tujuan jangka panjang. Sejak dari perusahaan kecil, hingga kini menjadi perusahaan besar, Kami selalu memusatkan segala upaya dalam satu tujuan. Kami menjaga focus yang sama, seiring dengan gerak maju perusahaan. 

Saya beri gambaran begini. Investasi kami di bidang R&D mencapai USD15-20 miliar per tahun. Lima tahun ke depan, mungkin akan mencapai total USD100 miliar. Bisakah perusahaan public melakukan ini? Saya kira tidak, karena mereka harus memusatkan perhatian untuk membuat neraca keuangan tampak bagus.

Sistem pengambilan keputusan di Huawei berbeda dengan perusahaan public. Ada 96.768 karyawan pemilik saham Huawei. Baru-baru ini, kami baru menyelesaikan proses pemilihan anggota perwakilan karyawan pemegang saham. Proses untuk itu memakan waktu setahun lamanya. Dimulai dari sosialisasi ke seluruh karyawan di kantor-kantor kami di seluruh dunia.

Berikutnya pemilihan kandidat yang berasal dari tingkatan berbeda-beda. Disusul dengan semacam kampanye para kandidat di konstituen masing-masing. Setelah itu ada proses seleksi. Ada beberapa tahap proses seleksi, yang pada akhirnya memunculkan 200 lebih kandidat. Mereka inilah daftar kandidat final. BArulah kemudian diadakan pemungutan suara, untuk memilih 115 anggota perwakilan.

Mereka ini adalah anggota Komisi Representatif, yang mana merupakan otoritas tertinggi untuk pengambilan keputusan di Huawei. Dan perusahaan ini, ya dimiliki oleh 86.768 karyawan itu. Kepemilikan Huawei hanya bisa didapatkan kalau Anda adalah karyawan perusahaan, atau mantan karyawan yang sudah lama bekerja di perusahaan ini. Saham perusahaan, tak bisa dimiliki oleh siapapun yang bukan, atau tak pernah bekerja di Huawei. Tidak untuk perseorangan, tidak pula untuk lembaga. Termasuk Pemerintah.

Dan semenjak awal mendirikan perusahaan ini, sedikitpun tak ada keterlibatan pemerintah. Saya mengumpulkan modal dari beberapa orang yang berbeda. Dan sebagai pendiri, saat ini saya hanya memiliki 1.14% saham. Steve Jobs, pendiri Apple, hanya punya 0.58% saham. Artinya, mungkin ke depan porsi saham saya akan lebih menciut lagi. Saya memang semestinya perlu belajar dari Steve Jobs.



Anda bilang, tak akan melakukan tindakan yang merugikan pelanggan. Seandainya ada seseorang yang melakukan kejahatan di Cina, dan lantas meninggalkan jejak pada perangkat smartphone Huawei mereka. Secara hukum dalam hal ini Huawei harus bekerjasama dan mendukung otoritas keamanan. Akankah Huawei kooperatif untuk itu? Dan apabila ada karyawan Huawei yang melanggar hukum di negara luar (Cina), apa yang akan dilakukan Huawei?

 
Setiap karyawan Huawei, baik itu warga Cina atau asing, jika melanggar hukum, kami akan bekerjasama dengan otoritas hukum setempat. Huawei sangat menentang perilaku pelanggaran hukum dan peraturan. Bagi mereka yang melanggar hukum, akan berhadapan dengan Departemen Kepatuhan Huawei.
 
Lantas, bagaimana dengan kasus ditangkapnya karyawan Huawei di Polandia? Dalam kasus itu, Huawei langsung memecat karyawan bersangkutan, tanpa menunggu proses peradilan, dan juga melihat bukti-bukti yang ada. Di lain pihak, Meng Wanzhou mendapat perlakuan berbeda. Dia mendapat pendampingan, dan bahkan Huawei terlihat yakin bahwa ia tak bersalah. Penjelasan Anda?

Kedua kasus tersebut, di Kanada dan Polandia, saat ini tengah menjalani proses hukum. Dan saya tidak pada tempatnya untuk mengomentari kasus tersebut, melebihi dari apa yang sudah disampaikan secara resmi oleh perusahaan.
 
Beberapa negara Eropa tampaknya ikut menghentikan penggunaan produk Huawei. Setelah sebelumnya AS, Australia, Inggris, Kanada dan Selandia Baru. Apa akibatnya pada bisnis Huawei? Dan apa rencana dan tindakan Huawei agar dapat mempertahankan bisnis di negara-negara itu?

Pertama, akan selalu ada pelanggan yang menerima (produk) Huawei, dan sebaliknya, juga ada yang menolak. Ini bukan sesuatu yang baru. Jika hanya seorang anggota kongres berkata Huawei seharusnya tak bisa diterima, bukan berarti seluruh negeri juga menolak. Pasti selalu ada cara membicarakan tu dengan pihak yang tepat. Tapi jika opini itu lantas menjadi keputusan pemerintahan negara itu, ya sudah, Kami mungkin harus menghentikan penjualan produk kami di sana.

Untuk produk yang tak jadi perdebatan, kami akan terus menggenjot penjualan. Beberapa negara memang meutuskan tak membeli produk Huawei. Karena itu, kami bisa mengalihkan focus untuk melayani dengan lebih baik negara yang menerima Huawei. Kami bisa membangun jaringan bermutu tinggi pada negara-negara itu, untuk membuktikan bahwa Huawei dapat dipercaya.
 
Apakah dengan situasi terkini di mana Huawei dicekal di banyak negara, akan mempengaruhi bisnis Huawei di masa depan? Akan menurunkan reputasi sebagai perusahaan teknologi terbesar di dunia? Termasuk 5G yang sebentar lagi bergulir?

Jika kami tak boleh menjual produk di pasar-pasar (negara) tertentu, kami akan menurunkan skala bisnis sedikit. Setidaknya, asal masih bisa menafkahi karyawan. Saya yakin, masih ada masa depan buat Huawei.

Nah, sekarang begini, saat ini rata-rata investasi tahunan untuk R&D kami mencapai USD15-20 miliar. Ini menempatkan Huawei dalam lima besar perusahaan dunia dalam hal investasi di R&D. Huawei punya 87.805 paten, di Amerika sendiri, kami mendaftarkan 11.152 paten teknologi inti. Kami terlibat aktif di lebih dari 360 lembaga standarisasi. Dengan begitu, kami yang paling kuat dalam hal kapabilitas telekomunikasi. Saya percaya, orang akan membandingkan antara negara yang menggunakan produk Huawei dan yang tidak. Tapi dilain pihak, kami juga tak bisa mengendalikan pilihan mereka.

Soal 5G, Huawei telah menandatangani lebih dari 30 kontrak komersial, dan sudah mengirim 25 ribu BTS 5G. Huawei memiliki 2.570 paten 5G. Saya yakin, sepanjang kami bisa mengembangkan produk yang bagus, selalu akan ada customer yang siap membeli. Jika produknya kurang bagus, mau dipromosikan segencar apapun, tetap saja tak akan ada yang berminat.

Hanya ada sedikit perusahaan di dunia yang menggarap infrastruktur 5G, dan tak banyak perusahaan yang terlibat dalam teknologi microwave. Huawei adalah satu-satunya perusahaan di dunia yang mampu mengintegrasikan BTS 5G dengan teknologi microwave paling maju. Dengan kemampuan itu, BTS 5G Huawei tak memerlukan koneksi fiber optic. Ini menjadi solusi untuk pembangunan jaringan 5G yang cost effective.


 
Sebagai anggota Partai Komunis Cina, bagaimana Anda menolak permintaan (dari partai) untk menyediakan informasi negara asing itu? Anda siap berhadapan dengan pemerintah bila itu terjadi?

Kami adalah perusahaan, dan kami adalah entitas bisnis. Nilai dari entitas bisnis adalah harus berorientasi pada customer, dan customer harus selalu menjadi yang pertama. Dalam konteks itu, saya tak melihat hubungan antara kedudukan sebagai anggota partai, dan aktivitas selaku pelaku bisnis. Saya kira sudah saya tegaskan tadi.
Kalaupun penolakan Huawei itu bisa menyebabkan kami diperkarakan pemerintah, ya mungkin itu yang akan terjadi. Tapi saya tak tahu juga, karena hal itu belum pernah terjadi pada Huawei.
 
Persetruan dagang dengan AS nampaknya akan berjalan lebih jauh. Misalnya, nanti AS memutuskan membuat platform teknologi sendiri, begitupun dengan Cina (Huawei). Seperti yang bisa dilihat antara Android dan iOS?

Ada contoh yang bagus dari rel kereta. Jalan kereta api pernah ada bermacam standar, jalur sempit, jalur standard dan jalur lebar. Itu kan malah merepotkan industry transportasi kereta api sendiri, karena akhirnya perlu gerbong dan lokomotif sesuai tipe jalur yang tersedia. Yang mana pada akhirnya membuat cost jadi bengkak.
Begitu pula dengan teknologi telekomunikasi ini. Ketika ada banyak platform, maka yang ribet ya industry telekomunikasi itu sendiri. Kami bekerja keras untuk membuat standar global. Dan saya pikir, standar 5G sudah menjadi fondasi yang bagus untuk menuju dunia yang cerdas. Secara pribadi, saya sangat mendukung penyatuan standar global ini.



Donald Trump (Presiden AS) pernah menyebut dalam cuitannya bahwa dia bisa saja ikut campur dalam urusan Meng Wanzhou, jika Cina mau bernegosiasi dalam perdagangan (kedua negara). Mumpung banyak wartawan dari luar negeri di sini, apa yang hendak Anda sampaikan kepada Trump?


Pesan yang ingin saya sampaikan adalah, kolaborasi dan berbagi sukses. Dalam era teknologi tinggi sekarang ini, makin tidak mungkin untuk sebuah perusahaan mengerjakan segala sesuatu sendirian. Untuk satu potensi pasar yang ada, tak akan bisa didukung oleh satu perusahaan saja. Itu memerlukan upaya kerjasama ribuan bahkan puluhan ribu perusahaan.  

Kita berada dalam era informasi. Dalam masyarakat informasi, saling bergantungan antara satu dan yang lainnya menjadi hal yang siginifikan. Dan saling bergantungan inilah yang membuat kemajuan umat manusia menjadi lebih cepat.
 
Banyak kalangan bilang, kecurigaan akan Huawei di AS dan Eropa, lebih dari sekadar teknologi. Tapi juga menyangkut politik. Bahkan disebutkan Huawei menjadi bagian dari perang dingin antara Cina dan AS. Apa tanggapan Anda?

Pertama, Huawei tidaklah sepenting itu (posisinya). Kami hanyalah biji wijen yang terjebak di antara pertikaian dua raksasa. Peran apa yang bisa kami lakukan? Nyatanya perang dagang antara Cina dan AS tak berpengaruh besar bagi bisnis kami. Kami berharap dapat meneruskan pertumbuhan di 2019, meski sepertinya tak akan lebih dari 20%.

Kedua, beberapa orang di Barat percaya kalau perangkat Huawei ditempeli unsur ideology. Kami hanya menyediakan perangkat untuk operator telekomunikasi, dan perangkat tersebut tak punya ideology. Perangkat itu dikendalikan oleh operator telekom, bukan oleh Huawei.

So, saya benar-benar berharap agar orang-orang tak kembali ke jaman dulu, di mana mereka menolak kehadiran mesin pabrik tekstil karena dianggap merusak tatanan dunia.
 
Bagaimana dengan perkiraan pendapatan Huawei di 2019 ini? Kemudian, dengan competitor seperti Nokia dan Ericsson yang terseok, apakah itu akan membuat Huawei makin melenggang?

Pada tahun ini, kami mungkin menghadapi tantangan dan kesulitan di pasar internasional. Makanya tadi saya bilang, pertumbuhan di tahun ini mungkin di bawah 20%. Dan mungkin, pendapatan di tahun ini hanya sekitar USD125 miliar.
Soal Nokia dan Ericsson, kami tak akan mengambil keuntungan dari kesulitan yang mereka hadapi, dengan merebut pangsa pasar mereka. Malah saya berpikir, dalam cakupan lebih luas,  kondisi sekarang ini justru menguntungkan mereka. Sebab, Huawei menghadapi pencekalan di sejumlah negara, mereka tidak. Makanya, saya kira Nokia dan Ericsson justru punya lebih banyak kesempatan dibanding Huawei.
 
Masih menyangkut perang dagang AS-Cina, di mana perusahaan-perusahaan Amerika tak bisa berinvestasi di Cina. Termasuk pada sektor di mana Huawei bermain, cloud misalnya. Menurut Anda, apakah Cina seharusnya membuka akses untuk perusahaan asing tersebut? Kalau ya, apa dampaknya pada perusahaan teknologi Cina?

Saya adalah orang yang selalu menyokong kebijakan terbuka. Tapi bagaimanapun, bukan saya yang bisa memutuskan itu.

Saya ingin cerita, pada 2003 Huawei terlibat perkara dengan Cisco, yang saat itu kami masih perusahaan yang kecil. Itu kasus besar yang harus kami hadapi, dan membawa banyak tekanan pada saya yang masih kurang pengalaman. Bagaimanapun, saya tak berusaha memenangi perkara tersebut dengan menggunakan sentiment nasional untuk melawan Cisco.

Beberapa tahun kemudian, saya beremu dengan John Chambers (CEO Cisco) di bandara. Dia bilang, sangat menghargai sikap Huawei terhadap Cisco (terkait perkara tersebut). Ini disebabkan, kami percata bahwa Cina sebagai bangsa, akan punya harapan hanya jika mau membuka diri dan menerapkan reformasi. Cina tak seharusnya menutup pintu hanya dikarenakan kepentingan satu perusahaan saja, Huawei.
 
Jadi ketika ada kejadian yang tak diharapkan, seperti perusahaan AS yang tiba-tiba memutuskan tak mau membeli smartphone Huawei lagi, sejumlah kalangan di Cina bilang, seharusnya Cina melakukan hal  yang sama, tak membeli iPhone. Saya berpendapat, Pemerintah Cina tak semestinya melakukan boikot terhadap produk Apple. Kepentingan nasional atau politik seputar reformasi dan keterbukaan ekonomi, tak bisa dikorbankan hanya untuk kepentingan Huawei. Kami akan terus mendukung Cina, sebagai negara, untuk menjadi lebih terbuka, dan terus mendorong ke depan agenda reformasinya.

Leave a Comment