Dalam sebuah laporan yang dituliskan Q3 State of Mobile Advertising dari Opera Mediaworks dan Mobile Marketing Association (MMA), mengungkapkan bahwa di wilayah Asia Pasifik (APAC) dan negara Oceania sistem operasi robot hijau ini menguasai hingga 67.1% dan 30.4% untuk platform lain termasuk feature phone.
Baca juga: Konten Music Streaming Akan Menjadi Primadona di Jaringan 4G LTE
Dalam siaran pers yang diterima ArenaLTE.com, MMA dan Q3 State of Mobile Advertising mengungkapkan bahwa pasar Android di negara APAC memang lebih besar dari Australia. Negeri Kangguru ini tercatat memiliki pangsa pasar untuk platform iOS sebesar 68.5%, dengan pasar Android yang berada sekira 30.7%. Sedangkan untuk feature phone hanya berada kisaran 1%, jauh lebih kecil dibandingkan dengan Indonesia.
“Kemampuan untuk memberikan nilai yang memiliki dampak optimal dari sebuah iklan video pada smartphone adalah faktor yang memberikan kekuatan pada potensi monetisasi di sebuah pasar, namun tidak untuk feature phone,” jelas Vikas Gulati, Managing Director untuk Asia, di Opera Mediaworks dalam keterangan tulisnya.
Menurutnya, dari laporan yang didapat perusahaan mengungkapkan bahwa lebih dari separuh pengguna ponsel di Indonesia masih menggunakan feature phone, sama halnya dengan yang terjadi di Vietnam dan Filipina. Dan dilihat dari sisi ekonomi dan bisnis, pertumbuhan pesat jumlah pengguna smartphone di Indonesia maupun Asia harusnya bisa memberikan peluang bagi para pemasar dan pengiklan.
“Tipe iklan ini sangat efektif dalam menarik perhatian, menjalin keterikatan dengan audiens, dan pada akhirnya mengubah mereka menjadi konsumen mobile, sehingga di pasar seperti Australia, yang memiliki paparan video paling tinggi, pengiklan melihat hasil yang kuat dari kampanye rich-media.” Tambah Vikas Gulati, yang juga mengungkapkan bahwa video memiliki dampak yang cukup tinggi dan paling efektif dibandingkan jenis iklan lainnya.
