ArenaLTE.com - Ada yang tercecer dari gelaran Huawei Connect 2022, yang digelar di Bangkok, Thailand, pada akhir September lalu. Pada salah satu booth, terpampang satu layar display setinggi orang dewasa dengan lebar sekitar 1 meteran. Bukan layar itu yang menarik perhatian, namun apa yang ditampilkan pada layar.
Pada layar ada seorang gadis muda dengan tampilan 3D anime. Gadis itu bergoyang-goyang seperti sedang menari. Sambil tersenyum manis. Sampai di sini, kesannya masih “Ah, biasa saja. Tak ada yang aneh!” Oke, tunggu sampai kamu benar-benar berada di hadapan gadis itu. Tiba-tiba, saat kamu masih memelototinya, gadis itu mengangkat tangan kanannya, tersenyum manis, dan menyapa “Halloo.”
Mungkin kamu pikir, itu cuma aksi yang sudah terprogram sebelumnya. Tapi coba perhatikan matanya. Matanya itu tepat menatap wajah kamu. Walaupun kamu bergeser, pandangan si gadis tetap mengikuti, dengan senyum manisnya. Lho, kok begitu?
Tahan dulu rasa penasaran kamu. Cobalah bertanya, misalnya, “How are you?” Si Gadis langsung menjawab, “I’m fine, thank you.” Nah, kamu mulai tertarik, namun masih berpikir, ini pastilah masih bagian dari program menjawab otomatis. Oke, sekarang coba tanya yang lain. Nama? Umur? Hobi? Apa saja deh, anggap saja kamu baru berkenalan dengan cewek cantik, kamu pasti pingin nanya macem-macem, kan?
Yang akan bikin kalian heran, cewek virtual itu akan menjawab dengan lancar dan tepat seperti layaknya cewek betulan. Bahkan, untuk pertanyaan acak semacam “kamu orang mana, sih?” Pun bisa dijawab dengan benar –maksudnya bukan jawaban ngasal macam robot. Belum puas? Coba suruh dia menari, si cewek virtual akan langsung menari. Suruh menyanyi pun dia bisa.
Itu saja? Tidak! Cobalah ambil smartphone, lalu arahkan ke dia, seperti mau memotret. Cewek itu langsung bereaksi dengan bergaya macam foto model. Bahkan pun kalau kalian menggeser posisi untuk mendapatkan sudut lain, dia akan mengikuti gerakan kamera. Seperti tahu apa yang harus dilakukan.
Tidak hanya itu, si cewek dalam layar pun bisa merespon gerakan/isyarat dari kalian. Misal, kalau kalian melambaikan tangan, dia akan balas melambai. Kalau diberi isyarat jari bermakna “love” ala-ala drakor, dia cepat membalas dengan isyarat yang sama.
Gadis itu memperkenalkan diri, nama Cinanya Yang Shen, nama populernya Sarah. Dia mengatakan adalah manusia virtual pertama, hasil kreasi dari Propietary Digital Content Huawei. Ini merupakan pengembangan dari teknologi cloud Huawei, yang dipadukan dengan teknologi AI (artificial intelligent). Hasilnya adalah manusia virtual yang bisa merespon pembicaraan seperti laiknya manusia betulan.
Bagaimana bisa Sarah merespon dengan cepat dan tepat? Ada sebuah kamera kecil yang ditempatkan di atas layar, serta sebuah microphone untuk menangkap suara. Kamera itulah yang “merekam” gerak-gerik orang yang ada di depan layar, sementara mic “merekam” apa yang diucapkan. Data gerak-gerik dan suara dari lawan bicara ini kemudian diteruskan ke Huawei Cloud, diolah, kemudian mesin akan mencari data visual dan data suara yang tepat, kemudian dikirim balik kepada Sarah untuk merespon pembicaraan atau permintaan lawan bicaranya.
Dengan kemampuan seperti itu, Sarah bisa difungsikan sebagai seorang resepsionis virtual, misalnya. Sebagai manusia virtual, tentu saja dia bisa tampil prima tanpa terpengaruh suasana hati, atau kesal dengan pertanyaan customer yang aneh-aneh. Yang jelas, dia bisa masuk kerja terus tanpa mengenal hari libur dan cuti –dan pastinya tak bakal ada permintaan naik gaji.
Pencapaian ini di satu sisi menjadi sesuatu yang menggembirakan. Namun di sisi lain, kehadiran manusia-manusia virtual semacam Sarah bisa menggantikan peran manusia di berbagai posisi. Dan ini jelas akan menjadi ancaman bagi kebutuhan lapangan kerja untuk manusia.