ArenaLTE.com - Meningkatnya jumlah pengguna internet di Thailand menjadi sasaran para hacker untuk menyerang aktivitas internet banking melalui infeksi malware. Hal ini diungkapkan oleh Dhanya Thakkar, managing director Trend Micro Asia-Pacific.
Menurut perusahaan keamanan data asal Jepang tersebut, cyber security di Thailand dalam kondisi berbahaya karena menjadi salah satu sasaran prioritas atas untuk penyerangan online banking dan point-of-sales (PoS) melalui infeksi malware.
Sebagaimana dilansir dari laman Bangkok Post (6/10/2015), dalam skala deteksi global infeksi malware, pada kuartal kedua online banking di Thailand tercatat telah menyumbang 3 persen serangan. Bahkan, hingga 30 Juni lalu, negeri ini menduduki peringkat 10 untuk ancaman negara atas serangan point-of sale (POS) malware.
Selain karena adopsi internet sudah mulai menjamur di Thailand, negeri ini juga tercatat masih banyak menggunakan sistem operasi (OS) desktop lawas versi Microsoft Windows XP yang masih rentan terhadap serangan malware.
Trendmicro juga mencatat bahwa Thailand pada smester pertama 2015, telah terinfeksi oleh malware sebanyak 17 ribu. Dalam hal resiko cybersecurity secara keseluruhan, Thailand juga masuk sebagai negara ketiga di Asean setelah Vietnam dan Indonesia.
Dalam data yang dirilis Trendmicro, selain Thailand ada beberapa negara lain yang juga turut mengalami serangan malware yang meningkat. Seperti halnya Amerika Serikat yang memiliki potensi sebesar 37 persen, serta Taiwan yang berada pada porsi 10 persen. Sedangkan untuk posisi lainnya, adalah Jepang dengan porsi 4 persen dan Austria sebesar 6 persen.
Namun sayangnya, meski tercatat memiliki potensi serangan malware yang besar, infrastruktur keamanan Thailand masih minim. Badan riset IDC mencatat bahwa resiko keamanan dan tata kelola data di Thailand masih menempati posisi keenam, sedangkan porsi yang lebih besar berada pada media sosial, IoT, sistem clous, dan mobilitas sebagai investasi perusahaan.
Badan riset IDC juga mencatat bahwa pada 2017, sekira 75 persen perusahaan besar akan menerima informasi ancaman intelijen kustom yang disesuaikan dengan industri perusahaan. Bisnis dan layanan penyimpanan cloud akan mengadopsi enkripsi data dalam sistem cloud. Diperkirakan 20 persen dari data proprietary di awan akan dieknripsi tahun ini, naik 80 persen pada 2018.