Kini, Giliran ARM Yang Menghindari Huawei

ArenaLTE.com - Badai yang menghajar Huawei sepertinya masih berlanjut. Setelah terkena kebijakan Entity List dari Pemerintah AS, yang membuatnya tak bisa berbisnis dengan perusahaan AS –termasuk Google—kini giliran ARM yang mengambil sikap “menjauhi” raksasa teknologi Cina itu.
 
Sikap ARM diketahui dari “memo internal”, seperti yang dilaporkan BBC.com. Dalam memo tersebut, pihak manajemen ARM mengisntruksikan seluruh staf dan karyawan, untuk segera memutus kontrak, menyetop dukungan, dan menghentikan keterlibatan apapun dengan Huawei, HiSilikon, ataupun nama lain yang berhubungan dengan Huawei.
 
Pihak perusahaan juga menyatakan, tak dapat meneruskan kerjasama dengan Huawei, terkait penyediaan dan dukungan teknologi, terlibat dalam diskusi dan pembahasan masalah teknis dengan Huawei. Bahkan, kalaupun staf dan karyawan ARM bertemu dengan staf dan karyawan Huawei di manapun, entah itu di pameran teknologi, pameran dagang, atau acara lain, tak boleh membahas dan membicarakan soal bisnis ARM.
 
Jelas sikap yang diambil ARM, menjadi “upper cut” berikutnya buat Huawei. Yang pertama adalah, kehilangan partner strategis Google, yang berarti, ke depannya Huawei terancam tak bisa menghadirkan smartphone berbasis Android, serta kehilangan aneka layanan Google pada smartphone mereka.
 
Dengan platform Android serta Google yang mendominasi pengguna smartphone dunia, dipastikan Huawei akan kesulitan memasarkan smartphone unggulan mereka yang minus Google. Bahkan sekarang saja, beberapa saat setelah Google harus menghentikan kerjasama dengan Huawei, menurut laporan Reuters, pengguna mulai berusaha menjual smartphone Huawei mereka. Dan beberapa retailer di Asia, mulai menolak menerima smartphone Huawei untuk tukar tambah.
 
Sekarang ditambah ARM pula. Seperti diketahui, ARM adalah perusahaan penyedia teknologi, yang rancangan arsitektur CPU-nya banyak dipakai perusahaan-perusahaan pembuat chips. Lisensi instruction set untuk pengembangan SoC –baik bagi smartphone dan computer—dipakai nyaris semua vendor chip dunia. Berdasarkan lisensi dari ARM inilah, perusahaan seperti Qualcomm, MediaTek, Apple dan Samsung, mengembangkan SoC mereka. Bahkan, ARM juga memiliki lisensi untuk desain CPU Cortex dan GPU Mali.
 
Termasuk HiSilikon, divisi bisnis di Huawei yang bertugas memperoduksi dan mengembangkan SoC bagi produk smartphone mereka, juga termasuk pelanggan ARM. SoC Kirin yang jadi kebanggaan Huawei, juga dikembangkan dari platform teknologi dan arsitektur ARM. Jadi, ketika ARM “menolak” melanjutkan bisnis dengan Huawei, HiSilikon terancam kehilangan kemampuannya dalam membuat SoC.
 
Padahal, HiSilikon adalah salah satu pilar kekuatan Huawei untuk melengkapi entitas bisnisnya. Kirin membuat Huawei tak perlu banyak tergantung pada pihak lain untuk memenuhi kebutuhan SoC bagi smartphone mereka. Upaya itu, pada akhirnya, harus terganjal gara-gara kebijakan Entity List yang dikeluarkan pemerintah AS.
 
Namun di balik langkah yang dibuat ARM ini tak luput mengundang keheranan. Sebab, jelas-jelas ARM bukan perusahaan Amerika. Mereka adalah perusahaan teknologi berbasis di Cambridge, Inggris. Yang sejak tiga tahun lalu, sudah dibeli perusahaan Jepang, Softbank. Jadi semestinya, tak ada urusan dengan kebijakan AS itu. Lalu, kenapa ikut-ikutan “memusuhi” Huawei? 
 
ARM sendiri, lewat pernyataan resmi perusahaan, mengatakan, pada dasarnya teknologi yang dikembangkan ARM sesungguhnya berasal dari Amerika. Karena itu, mereka merasa wajib mematuhi kebijakan yang dikeluarkan AS.
 
Menanggapi itu, pihak Huawei sendiri, menurut pernyataan yang diberikan kepada BBC, menyatakan, Huawei menyadari adanya tekanan yang dialami para mitra bisnis –seperti ARM—sebagai akibat dari keputusan yang sangat politis. Namun Huawei yakin bahwa situasi yang sangat disesalkan ini  akan teratasi secepatnya, sehingga Huawei tetap bisa focus pada prioritasnya untuk menyediakan teknologi dan produk kelas dunia pada pelanggan di seluruh dunia.

Leave a Comment