Pada acara diskusi Kaspersky Cyber Security, Vitally Kamluk, Director of Global Research & Analisi Tim KasperskyLab untuk Apac,mengungkapkan ancaman di sektor finansial sangat bervariasi mulai dari penipuan online dan Trojan perbankan yang mempengaruhi PC, tablet serta smartphone, hingga ke serangan terhadap organisasi keuangan, ATM dan bahkan pada point-of-sale terminals.
"Kami melihat bahwa sektor keuangan di negara-negara Asia-Pasifik berkembang pesat, sehingga penjahat siber mengalihkan perhatian mereka demi mencari cara untuk mendapatkan keuntungan dari peluang tersebut," ujar Vitally.
Berdasarkan Consumer Security Risks Survey 2016, yang dilakukan oleh B2B International dan Kaspersky Lab, menunjukkan bahwa 71% dari responden di Indonesia merasa khawatir terhadap penipuan online perbankan, 48% responden Indonesia mengatakan sering merasa khawatir akan rentannya melakukan transaksi keuangan online.
Sebesar 61% responden Indonesia menyatakan bahwa mereka akan menggunakan pembayaran online lebih sering jika sudah memiliki perlindungan yang handal untuk transaksi keuangan. Kekhawatiran pengguna terhadap keamanan keuangan dengan baik. Selanjutnya 5% dari pengguna global telah kehilangan uang secara online sebagai akibat dari penipuan, dengan jumlah rata-rata kerugian mencapai US$ 476.
Baca :
* Penjahat Cyber Raup Pendapatan Hingga Rp650 Juta Per Hari dari Jenis Trojan Baru Ini
* Indonesia, Negara Terbanyak Kedua Terjangkit Infeksi Trojan Hummer
"Spam, phishing, Trojan perbankan merupakan ancaman keuangan yang tersebar secara luas. Jadi pengguna harus lebih jeli terhadap halaman web palsu, e-mail tak terduga yang meminta informasi keuangan, serta mengamankan perangkat mobile jika ada transaksi diluar sepengetahuan mereka. Sementara organisasi perlu secara teratur memeriksa infrastruktur TI mereka, terutama komputer dimana transaksi keuangan dilakukan," jelas Vitaly Kamluk.
Pun demikian, menurut KaspersktLab bahwa Trojan perbankan tetap menjadi salah satu ancaman online yang paling berbahaya. Mereka sering disebarkan melalui website penipuan atau yang telah dikompromikan dan e-mail spam dan, setelah menginfeksi pengguna kemudian mencuri informasi pribadi mereka, seperti rincian rekening bank, password, atau informasi kartu pembayaran.