ArenaLTE.com - Di tengah kelesuan perekonomian global, industri telekomunikasi Indonesia sebenarnya masih menikmati pertumbuhan. Sektor industri handset misalnya, menikmati pertumbuhan 23% per tahun. Namun, tak semua elemen DNA (device, network, application) menikmati pertumbuhan. “Dari elemen DNA, sektor yang tumbuh stagnan hanya network,” ungkap Menkominfo Rudiantara.
“Persoalannya karena business as usual, tidak ada terobosan apa-apa. Jadi perlu usaha meningkatkan affordability atau keterjangkauan,” katanya lagi, ketika memberikan keynote speech pada diskusi yang digelar Indonesia Technology Forum (ITF), di Jakarta, Kamis kemarin.
Menurut Rudiantara, merupakan kewajiban pemerintah untuk meningkatkan infrastruktur telekomunikasi (serat optik) di luar jawa (palapa ring) serta meningkatkan jumlah dan pemakaian telepon dan kecepatan pengiriman data untuk peningkatan perekonomian dan sekaligus demi ketahanan nasional.
Sebagaimana diketahui, pemerintah telah menetapkan kebijakan pembangunan infrastruktur telekomunikasi antara lain melalui proyek palapa ring dengan menggunakan sistem komunikasi kabel laut dan serat optik (skll dan skso) untuk menyebarkan layanan broadband di seluruh wilayah indonesia dengan skema kerja sama pemerintah dengan badan usaha (kpbu).
Manfaat kebijakan ini antara lain adalah ketahanan nasional, pemerataan infrastruktur telekomunikasi, penyediaan jasa akses teknologi informasi dan komunikasi yang tersebar di seluruh wilayah indonesia. Kebijakan ini sangat tepat karena sebaran infrastruktur saat ini hanya terpusat di jawa. Kebijakan ini tentu tidak bermanfaat maksimal apabila penggunaan infrastruktur tersebut tidak optimal (under capacity) sehingga perlu pula peningkatan jumlah telepon seluler/pintar serta penggunaannya.
]
Menkominfo Rudiantara[/caption]
Terlebih lagi, untuk mewujudkan visi pemerintah yang menuju ekonomi digital, diperlukan akses pita lebar yang merata dan dapat dinikmati oleh semua lapisan maasyarakat. Persoalannya adalah, untuk mewujudkan itu perlu pembangunan infrastruktur yang merata pula. Sementara, tidak semua operator memiliki kemampuan untuk membangun infrastruktur secara merata.
Karena itu, menurut Rudiantara, salah satu solusinya adalah menekan biaya untuk pembangunan infrastruktur. Dan itu bisa dilakukan lewat skema berbagi jaringan. “Untuk menurunkan cost, network sharing, berbagi jaringan menjadi sebuah keniscayaan,” jelas pria yang akrab disapa Chief RA ini.
Sebenarnya soal network sharing ini sudah digulirkan sejak lama. Bahkan sudah disiapkan regulasinya. Namun, regulasi yang mengatur soal itu masih tertahan di pemerintah, belum bisa diterapkan. Persoalannya, karena tidak semua operator setuju dengan skema network sharing.
Dany Buldansyah, Deputy CEO Hutchison 3 Indonesia, saat berbincang dengan ArenaLTE mengatakan, ada kekeliruan persepsi soal network sharing ini. Menurut dia, berbagi jaringan ini tidak berarti setiap operator wajib berbagi jaringan. “Tidak seperti itu, yang kita mau adalah pemerintah membolehkan kepada pihak yang mau berbagi jaringan. Kalau tidak mau, ya enggak apa-apa juga,” jelasnya.
Dany menambahkan, bagi operator seperti Tri, berbagi jaringan memang jadi solusi menekan biaya untuk pengembangan layanan pita lebar. “Kan kalau bangun jaringannya patungan, cost-nya bisa ditekan. Sehingga harga atau tarif layanan juga bisa ditekan,” tandas Dany. Karena itu, ia berharap pemerintah segera menuntaskan pengesahan revisi Perpres 52 dan 53 tahun 2000. (bda)
Rudiantara: Semua Tumbuh, Kecuali Operator
Artikel Menarik Lainnya:
- MENKOMINFO Segera Ajukan RUU Perlindungan Data Pribadi KE DPR
- Jadi Menkominfo Baru, Johny Gerard Plate Tegaskan Infrastruktur TIK Dukung Komunikasi Publik
- Faktor Penting Tranformasi Digital Untuk Operator Dan Penyedia Layanan Komunikasi
- Ini Diskon Dan Tarif Penggunaan Jaringan Serat Optik Palapa Ring Tengah Untuk Operator
- Menkominfo : Investasi Unicorn Untuk Masyarakat Indonesia