Dana yang diperoleh dari investasi akan dipakai untuk memperbesar ekspansinya ke dalam berbagai kategori produk dan di kota-kota besar di luar Jakarta. Hal ini sebagai langkah kuat karena menargetkan ingin menjadi mesin pencari belanja nomor satu di seluruh Asia Tenggara.
Tomonori Tsuji, CEO of Pricebook, mengatakan meskipun pasar e-commerce Indonesia sangat besar, kenyataannya berbeda dari sebagian besar pasar saat ini. Ia melihat perkembangan bisnis yang berubah-ubah, hal ini memperlihatkan belum ada pemain yang benar-benar bisa memenuhi keinginan pengguna.
[caption id="attachment_26725" align="aligncenter" width="800"]
Tomonori Tsuji, CEO of Pricebook[/caption]
"Sejak diluncurkannya Pricebook, kami selalu memberikan data yang mendalam. Tim kami terus berkomunikasi dengan pasar - baik pembeli dan penjual - untuk memecahkan permasalahan tersebut. Karena itu, Pricebook sekarang telah menerima sejumlah visitor dan segala macam permintaan kemitraan bisnis yang tertarik dengan jangkauan O2O dan pelanggan yang berkualitas," ujarnya.
Meskipun didirikan di Jepang pada September 2013, namun operasional Pricebook justru di Indonesia dengan meluncurkan mesin pencarian belanja pada Desember 2013. Startup ini mengklaim sebagai mesin pencari belanja O2O (online to offline) satu-satunya di Indonesia. Perusahaan yang berkantor di Jakarta ini mengumpulkan dan menyediakan informasi mengenai harga penjualan baik toko online dan fisiknya di situsnya.
Dengan tim yang saat ini beranggotakan 20 orang, Pricebook fokus terhadap perangkat-perangkat seperti handphone, komputer dan produk elektronik lainnya. Data tersebut dikumpulkan berdasarkan spesifikasi, ulasan dan harga dari berbagai toko online maupun offline. Situs ini berupaya memberi pengalaman belanja cerdas bagi para konsumen serta sebagai pengembangan bisnis bagi para penjual dan merek.
-80x70.jpg)
-80x70.jpg)
 satu-satunya di Indonesia. Baru saja mendapat pendanaan){kind=link}