Dalam laporan disebutkan jumlah tayangan rata-rata telah tumbuh 200 jam per tahun sejak 2012, menjadikan pola menikmati video on demand meningkat 1,5 jam setia minggu. Melonjaknya mobile video secara langsung dari smartphone berdampak pada penurunan orang melihat video dari perangkat layar tetap, yakni terjadi penurunan 2,5 jam setiap minggunya. Namun dipastikan selera untuk menikmati video dan TV dari perangkat layar tetap tidak berkurang.
Masalah utama yang disorot oleh laporan itu adalah kepuasan konsumen yang rendah ketika mencoba untuk menemukan sesuatu untuk menonton. Empat puluh empat persen dari konsumen AS mengatakan mereka tidak dapat menemukan apa pun untuk menonton di layanan TV konvensional setiap hari, meningkat 22 persen dibandingkan dengan tahun lalu (36 persen). Sebaliknya, konsumen AS menghabiskan waktu 45 persen untuk memilih apa yang disebut sebagai VoD (Video on demand) dari TV tersebut.
Paradoksnya, 63 persen konsumen menyatakan bahwa mereka sangat puas dengan penemuan konten ketika menikmati layanan VoD. Sementara hanya 51 persen mengatakan hal yang sama untuk TV konvensional.
Baca juga:
* Ini Tantangan Implementesi Internet Of Things di Indonesia Menurut Ericsson
* Tahun 2021, Masyarakat Indonesia Konsumsi Data 28 GB Per Bulan
* 6 Hal Positif yang Bisa Kamu Dapatkan di Platform Live Video Streaming
Memperkuat laporan di atas, pada bulan Juni lalu, Ericsson pernah menyebut bahwa dari 330 juta nomor langganan selular di Indonesia, 100 juta di antaranya merupakan pengguna smartphone. Penetrasi langganan mobile broadband diharapkan tumbuh mendekati 80 persen dan penetrasi langganan smartphone akan lebih dari 50 persen di akhir tahun 2016.