Huawei: Perlu Dua Tahun Gelar 5G Di Indonesia

ArenaLTE.com - Akhir-akhir ini, operator di Indonesia ramai menggelar uji coba 5G, teknologi jaringan paling mutakhir penerus 4G. Sepertinya, mereka tak sabar ingin segera mengimplementasikan 5G di Indonesia. Menyusul beberapa negara (maju) yang sudah duluan menggelar layanan 5G.  Sebut saja misalnya, Amerika, Korea Selatan, Jepang, Cina, dan lain-lain.
 
Para penggunanya juga tak sabar, ingin menikmati kedahsyatan teknologi paling anyar ini. Yang katanya bisa membuat sesuatu yang tak mungkin dilakukan saat ini, jadi mungkin dilakukan. Misal, duduk manis di jok belakang, dan membiarkan mobil berjalan dan mengemudi sendiri. Tinggal masukkan data tujuan, selesai, biarkan computer bekerja mengendalikan mobil. Asyik, bukan?
 
Menkominfo Rudiantara pernah mengatakan, tahun 2020 mendatang ini, 5G (semestinya) sudah diterapkan di Indonesia. Itu artinya, tinggal tiga bulan ke depan lagi. Namun faktanya, selain gelar uji coba dan simulasi 5G, tak ada lagi tanda-tanda bahwa 5G siap digulirkan. Sepertinya, tahun depan kita belum bisa menyambut kehadiran layanan 5G di sini. Lantas pertanyaannya, kapan Indonesia bakal punya 5G?
 
“Untuk mempersiapkan 5G di Indonesia, setidaknya butuh dua tahun,” ujar Vannes Yew, Chief Technical Officer Huawei Tech Invesment Indonesia, menjawab pertanyaan ArenaLTE tentang itu, dalam sebuah media workshop yang digelar Huawei, di Jakarta, Jum’at (11/10). Menurut Vannes, aspek teknologinya sudah ada dan siap diimplementasikan, dan begitu juga operator Indonesia.
 
Namun ada beberapa catatan untuk itu. Pertama, tentunya adalah ketersediaan spectrum untuk 5G. “Hanya menunggu ketersediaan spectrum baru,” kata Vannes.  Itu diamini oleh Mohammad Rosidi, Direktur ICT Strategy Huawei Indonesia. Soal infrastruktur, ia melihat kota-kota besar di Indonesia sudah siap mendukung 5G. “Terutama di lima kota besar Indonesia,” katanya. Jadi, secara teknis, semestinya tak akan jadi persoalan untuk menggelar 5G.
 
Tentang ketersediaan frekuensi ini juga pernah disinggung salah seorang petinggi operator. Bahwa implementasi 5G di Indonesia, sekarang lebih banyak pada faktor regulasi. Terkait dengan kebijakan pemerintah dalam mengalokasi frekuensi untuk 5G. “Secara teknis, kita sebenarnya sudah siap. Sekarang tinggal menunggu regulasi dari pemerintah, frekuensi mana yang disediakan, dan untuk operator yang mana,” ujar Munir Syahda Prabowo, VP Technology Relations and Special Project Smartfren Telecom, kepada ArenaLTE beberapa waktu lalu.
 
Sebenarnya pula, kata Vannes melanjutkan, operator bisa menggunakan pita frekuensi yang ada (existing). Hanya saja, layanan 5G yang bisa disajikan tak bisa optimal, hanya sebatas layanan mendasar saja. Sehingga, untuk benar-benar bisa menyajikan real 5G, butuh pita frekuensi baru. Dalam presentasi tentang teknologi 5G dalam media workshop  itu, disebutkan 5G membutuhkan pita frekuensi di angka 3.2 GHZ – 3.6 GHz.
 
Hanya saja, baik Vannes maupun Rosidi mengatakan, peralihan (pengguna) dari 4G ke 5G kelak, diperkirakan akan lebih cepat dibanding peralihan dari 3G ke 4G. “Peralihan ke 5G akan lebih cepat,” tukas Rosidi.
 
Terlepas dari kapan 5G bakal diimplementasikan di Indonesia, 5G memang menjanjikan kemudahan bagi kehidupan sehari-hari, baik secara evolusi maupun revolusi, dengan keunggulan teknologi yang dimilikinya. Dalam presentasi tentang 5G yang disampaikan Ahmad Johan, Trainer 5G Huawei, dipaparkan apa yang bisa dilakukan dengan teknologi paling anyar ini.
 
5G akan memberikan perkembangan yang luar biasa dalam IoT (internet of things). Dengan kapasitas kecepatan transfer data yang mencapai 10 Gbps, dengan waktu jeda (latency) yang hanya 1 milidetik, dan kemampuan melakukan satu juta koneksi dalam satu kilometer persegi. Dengan kapasitas itu, IoT akan mendapatkan lahan subur untuk berkembang. Konsep Smartcity akan terwujud dalam bentuk yang optimal.
 
Sebagai contoh, pengelola kota akan bisa lebih efisien dalam mengelola sampah. Perusahaan penyedia layanan public, semacam PLN, PAM, dan layanan public lainnya, akan terselenggara dengan lebih efisien dan terintegrasi, dan jauh lebih ringkas. Petugas PLN dan PAM tak perlu lagi mengirim petugas untuk mengecek meteran. Semua akan terhubung melalui internet. Bahkan pelanggan bisa menggunakan listrik dan air lebih terkontrol.
 
Huawei sendiri, menurut Rosidi, sebagai salah satu penyelenggara teknologi 5G, berkomitmen untuk melakukan pelatihan dan sosialisasi sebelum menerapkan 5G di Indonesia. Sebagai teknologi baru, tentu ada kesenjangan pada sektor SDM. Kesenjangan itulah yang akan ditutup dengan pelatihan dan sosialisasi yang intensif, sebelum  5G benar-benar diterapkan. “Kita akan lihat, seberapa besar kesenjangan itu, tentu saja melalui riset yang mendalam,” Rosidi menutup pembicaraan.

Leave a Comment