Di Inggris, BTS 5G Dibakar Warga Gegara Isu Corona

ArenaLTE.com - Status negara maju tak menjamin warganya semua cerdas. Sebagian ada juga yang dungunya ampun-ampunan.  Tak percaya? Seperti dilaporkan BBC, di Inggris, ada warga yang membakar tower 5G milik operator di sana gegara termakan isu bahwa jairngan 5G adalah penyebar virus corona. Tak hanya satu, tapi tiga kejadian di tiga tempat terpisah.
 
Semenjak virus Covid-19 menyebar ke daratan Eropa dan Amerika, di dua benua itu menyebar pula isu bahwa virus yang banyak membawa korban nyawa itu disebarkan melalui jaringan 5G. Entah siapa yang memulai, tetapi isu itu menyebar cepat, secepat  penyebaran corona, terutama lewat jejaring media sosial.  Gebleknya lagi, banyak yang percaya mentah-mentah.
 
Konon, itu berawal dari acara Health Summit yang digelar di Arizona, AS, 12 Maret lalu. Di acara itu, seorang dokter Amerika, Thomas Cowan, melempar teori absurd tentang penyebaran virus Corona. Kata dia, kenapa Afrika tak ada kasus corona? Karena di benua hitam itu tak punya jaringan 5G.
 
Eh, meski jelas ngawur –karena faktanya di negara yang tak punya jaringan 5G juga ada yang terjangkit virus corona. Malah sudah ada pula laporan kasus Covid-19 di Afrika—tapi ada saja yang percaya. Banyak pula. Jadilah isu itu menyebar dan populer di Amerika, Inggris dan beberapa negara Eropa. Termasuk Inggris salah satunya. Malah, beberapa kalangan selebriti medsos dengan jutaan pengikut, ikut “membenarkan” teori tersebut.  
 
Dan makin ke sini, makin berkembang pula spekulasi tanpa dasar yang makin menguatkan keyakinan bahwa 5G bertanggung jawab atas penyebaran virus corona. Salah satunya menghubungkan Wuhan –sebagai tempat pertama kali virus ini muncul—yang belum lama ini sudah menggelar layanan 5G. Katanya, virus itu keluar dari Wuhan dengan menunggangi jaringan 5G ke negara-negara yang juga sudah punya teknologi mutakhir tersebut.  
 
Pernyataan bodoh lainnya yang juga ikut dipercaya adalah, 5G membawa efek buruk bagi kesehatan tubuh (manusia). Paparan sinyal 5G akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah tertular virus corona. Teori yang menyebut 5G berdampak buruk pada kesehatan ini, diperparah oleh pernyataan seorang nara sumber, yang mengaku seorang perawat, ketika berbicara di sebuah talkshow radio komunitas di Inggris. Di situ si perawat mengatakan, sinyal 5G dapat menyedot oksigen dari paru-paru.
 
Banyak orang percaya pada omongan si perawat. Bahkan klip talkshow di radio bernama Uckfield FM itu dengan cepat dibagi-bagikan di Facebook. Sampai-sampai pihak otoritas Inggris harus turun tangan, memberi peringatan keras pada stasiun radio tersebut, karena menyebarkan informasi yang menyesatkan.  
 
Facebook juga menjadi tempat bagi kelompok-kelompok pendukung teori konspirasi 5G sebagai penyebar corona untuk menggaungkan isu tersebut. Salah satu grup di Facebook, dikabarkan malah mengompori orang-orang untuk membakar BTS 5G –Grup ini sudah dihapus dari kanal Facebook berkat laporan dari seorang pakar infrastruktur jaringan telko. Tapi grup-grup serupa masih banyak dan masih eksis, dan masih menebar hoax dan anjuran membakar BTS 5G.
 
Dan akhirnya ada juga yang benar-benar terprovokasi membakar BTS 5G. Seperti dilaporkan laman The Verge, tiga BTS 5G di tiga tempat berbeda di Inggris dibakar orang pada pekan lalu. Satu di Birmingham, satu lagi di Liverpool dan satunya di Merseyside. Polisi dikabarkan tengah menyelidiki kejadian ini. Meski belum ada bukti-bukti kuat, tetapi ditengarai ini ada hubungannya dengan isu 5G dan virus corona.
 
Tidak hanya pembakaran BTS 5G. Dilaporkan, ada pekerja infrastruktur telko yang sedang memasang kabel fiber optic untuk jaringan 5G, diserang sekelompok orang. Kelompok penyerang ini termasuk mereka yang meyakini 5G sebagai biang keladi penyebaran corona. Kejadian ini masih di Inggris.
 
Kejadian yang sudah mengarah ke tindak anarkis itu membuat marah pihak berwenang. Menteri Kabinet Inggris, Michael Gove, sampai bilang, hal tersebut sebagai omong kosong yang berbahaya. Direktur Layanan Kesehatan Nasional Inggris, Stephen Powis mengatakan, hal ini harus ditanggapi sebagai sesuatu yang darurat. “Saya benar-benar marah dan jijik dengan kejadian tersebut,” kata Powis, seperti dikutip The Verge.
 
Beruntunglah, sepanik-paniknya orang di Indonesia dalam menghadapi serangan virus corona, tak ada gerombolan makhluk dungu yang nekad melakukan aksi anarkis hanya gegara termakan isu tak jelas dan tak masuk akal. Paling banter, aksi penolakan pemakaman jenazah penderita Covid-19. Itupun sebenarnya tak boleh terjadi.

Leave a Comment