ArenaLTE.com - Bayangkan bila hidup Anda dikuntit seseorang sepanjang waktu. Dia tahu Anda pergi kemana, ngapain saja, tahu Anda bertelepon, chatting, berbalas email dengan siapa saja. Apalagi kalau disertai intimidasi dan ancaman macam di film “I know what you did last summer.” Hidup Anda bisa jadi mimpi terburuk. Kalau mengalami hal seperti itu, bisa jadi Anda jadi korban Stalkerware.
Stalkerware, istilah ini merujuk pada aplikasi atau software yang disusupkan ke dalam perangkat computer atau smartphone, yang memungkinkan seseorang memantau pesan teks, panggilan telepon, mengakses lokasi, memantau aktivitas browsing, dan menghidupkan kamera dan microphone (pada perangkat yang disusupi). Informasi yang terkumpul (dari stalkerware) kemudian dikirimkan ke portal atau aplikasi yang digunakan orang yang menyusupkan stalkerware. Ini yang memungkinkan dia mengetahui semua aktivitas yang dilakukan korban (penyadapan).
Sepeti diungkapkan Kevin Roundy, Direktur Teknis NortonLifeLock, yang dikutip laman Cnet.com, kehadiran aplikasi ini di hape biasanya tidak terdeteksi. Tak ada ikon di jajaran menu. Kalaupun ada, biasanya menyamar dengan ikon yang tampak umum dan tak berbahaya, seperti ikon baterai (menyamar jadi aplikasi pemantau baterai). Ini yang membuat korban tak sadar kalau hape atau komputernya sudah disusupi stalkerware.
Kabar baiknya, untuk memasang stalkerware, orang harus memegang dan punya akses ke perangkat yang jadi target. Tidak bisa dilakukan dari jauh (remote). Artinya, biasanya pelaku stalkerware bukan orang jauh. Bisa jadi orang terdekat, seperti pacar yang super posesif –atau mantan yang sakit hati gegara diputusin.
Sebenarnya, tindakan memasang stalkerware tanpa ijin pemilik perangkat, lalu memata-matai korban bak agen rahasia, sudah merupakan tindakan melanggar hukum, alias illegal. Pelakunya bisa dijerat hukum. Di Amerika, kasus penyalahgunaan stalkerware sudah masuk ranah hukum dengan konsekuensi hukuman penjara dan denda bagi pelakunya. Walau tak umum, tetapi sudah ada kasus yang masuk ke pengadilan terkait soal ini.
Di Indonesia belum ada laporan adanya kasus seperti itu. Yang ada baru para koruptor dan sejumlah politisi yang meributkan soal keabsahan penyadapan yang dilakukan KPK –mungkin lembaga anti rasuah ini sudah menggunakan aplikasi stalkerware juga. Mereka bilang, praktek penyadapan baru bisa dilakukan setelah dapat ijin pengadilan. Stupid! Mau memata-matai tersangka koruptor kok bilang-bilang dulu.
Google dan Apple sendiri tegas melarang keberadaan aplikasi stalkerware dan sejenisnya untuk nampang di Play Store dan App Store. Begitu nongol, langsung ditendang keluar. Meskipun, beberapa pengembang aplikasi jenis ini, brdalih aplikasi tersebut merupakan “Pemantau ponsel anak-anak” –yang berguna bagi para orangtua untuk memantau aktivitas anak-anak mereka. Alasan yang logis.
Tapi para pembuat aplikasi ini masih bisa menawarkannya di situs-situs pasar aplikasi, atau di situs milik mereka sendiri. Dan peminatnya lumayan banyak. Menurut hasil survey (di Amerika) yang didukung perusahaan software antivirus, NortonLifeLock, menemukan fakta, satu dari 10 orang responden mengaku menggunakan stalkerware untuk menguntit pasangan atau mantan pasangan.
Lalu, bagaimana mengetahui kalau Anda jadi korban aplikasi stalkerware? Tentu saja ketika Anda mulai mendapat pertanyaan berbau intimidasi semacam: “Kemarin kamu pergi sama si Anu…ya? Kalian nonton kan di bioskop itu?” Atau, “Ngapain sih kamu WA-an sama si Itu? Awas kalo diladenin lagi!!” Damned!!! Sementara Anda hakul yakin tak pernah memberi tahu soal itu. Boro-boro nunjukin isi WA. Nah, ini bisa jadi indikasi pertama.
Ketika Anda merasa pasangan atau mantan –atau siapapun—seperti punya mata di mana-mana, saatnya memeriksa hape Anda. Mana tahu tersimpan stalkerware di situ, meskipun tak gampang mengetahuinya. Tapi tetap bisa dilacak, dengan cara melihat list aplikasi yang ada di ponsel. Coba buka menu setting dan masuk ke menu app (aplikasi), nanti akan muncul jajaran aplikasi yang tersimpan dalam ponsel. Cari aplikasi yang tak dikenal, walaupun ikonnya seperti aplikasi umum, atau malah tak ada nama. Kalau menemukan aplikasi mencurigakan seperti itu, segera uninstall. Kalau ragu, bisa googling dulu tentang aplikasi tersebut.
Langkah lain yang bisa dilakukan adalah menggunakan software antivirus untuk perangkat android –tak ada software antivirus untuk iPhone. Antivirus buatan Kaspersky, Malwarebytes dan NortonLifeLock, semuanya bisa memindai dan memperingatkan pengguna kalau menemukan aplikasi stalkerware.
Kalau ketemu? Hapus!! Uninstall!! Kalau kurang yakin dengan langkah ini, misalnya ragu, apakah masih ada yang tersisa dan masih bisa berfungsi untuk memata-matai, lakukan factory reset. Ini fasilitas yang ada di setiap hape yang gunanya mengembalikan lagi setelan ponsel ke setelan awal seperti baru keluar dari pabrik. Itu artinya, semua data, foto, video, akun pengguna, dan aplikasi tambahan –yang bukan bawaan pabrik—terhapus semua. Termasuk stalkerware, bila ada, ikut tersapu.
Hanya saja, menghapus aplikasi itu dari ponsel Anda, berarti seperti mengirimkan pesan bahwa “Hey, Kamu ketahuan!!” Reaksi si penguntit inilah yang mesti diwaspadai. Iya kalau cuma malu dan minta maaf. Lah kalau si penguntit sejenis manusia psikopat? Dia berpotensi melakukan tindakan yang lebih gila lagi. So, jaga-jaga saja.
Begitulah, “Welcome to the Digital World” di mana semua terhubung melalui internet, yang membuat orang tanpa sadar kehilangan sejengkal demi sejengkal ranah privasinya.