ArenaLTE.com - Kerusuhan di Gedung Kapitol yang dilakukan para pendukung Presiden Donald Trump, rupanya berbuntut panjang. Apple menghadapi tuntutan dari sebuah organisasi nir-laba bernama Coalition for a Safer Web (CSW). Organisasi itu meminta Apple segera mengeluarkan aplikasi Telegram dari App Store, toko aplikasi milik Apple.
Mengutip Washington Post, sebenarnya sasaran gugatan CSW itu adalah Telegram. Mereka menganggap, aplikasi pesan itu tak melakukan upaya serius dalam mencegah konten pesan yang mengajak pada kekerasan. Khususnya terkait dengan peristiwa demonstrasi di Gedung Kapitol, awal Januari lalu.
CSW yang mengajukan gugatan hukum untuk itu, menuding Telegram sudah melanggar peraturan yang berlaku di App Store. Berkaitan dengan itu, CSW menggugat agar Telegram dihapus dari App Store. Bahkan dilaporkan, CSW juga meminta pengadilan mengabulkan gugatan serupa kepada Google, agar menghapus Telegram dari Play Store.
Cuma kalau untuk Google yang berbasis Android, urusannya memang tak semudah di Apple. Pengguna Android bisa saja mengunduh aplikasi tersebut dari sumber lain. Lain halnya dengan Apple, yang penggunanya tak punya pilihan mengunduh dari sumber lain.
Tapi, apakah gugatan yang dilayangkan CSW ini murni untuk kepentingan mencegah konten provokasi dan ajakan melakukan kekerasan? Entah juga. Mengingat, awal tahun ini sektor aplikasi pesan mengalami situasi yang dramatis. Bermula dari pengumuman WhatsApp yang mengatakan akan memperbarui kebijakannya soal data sharing dengan Facebook. Plus, isu ancaman penghapusan akun pengguna bila tak setuju dengan aturan baru tersebut –meski belakangan dibantah oleh manajemen WhatsApp (WA).
Pengumuman yang memicu eksodus pengguna dari WA ke aplikasi serupa seperti Signal dan Telegram. Pendiri Telegram, Pavel Durov mengungkapkan, pada minggu pertama Januari, pengguna aktif Telegram menembus angka 500 juta per bulan. Pada pertengahan Januari, tercatat 25 juta pengguna baru yang bergabung ke Telegram, hanya dalam waktu 72 jam.
Itu membuat Telegram menjadi aplikasi nomor dua yang paling banyak diunduh di Amerika, menurut laporan The Telegraph. Lonjakan pengguna itu terjadi ketika Twitter memblok akun Donald Trump, seiring dengan Apple dan Google menutup aplikasi Parler dari toko aplikasi mereka.
Serta, tentu saja, sebagai efek pembaruan kebijakan WhatsApp. Durov mengkonfirmasi bahawa, seger setelah WhatsApp mengumumkan pembaruan peraturan, terjadi penambahan pengguna Telegram secara signifikan.
Jadi, adakah kaitannya upaya pemberangusan Telegram dari Apple –dan juga Google—ada kaitannya dengan persaingan bisnis? Entah juga. Yang kelas, kalau memang Telegram senasib dengan Parler, terusir dari App Store dan Playstore, WhatsApp tak perlu khawatir ditinggalkan penggunanya. Mungkin saja, bukan?