Dari sisi ini, nampaknya ZTE berhasil memenangi lomba bersih-bersihan layar. Sejak tren smartphone bergeser ke fully touch screen, para pabrikan seperti berlomba menelurkan lini produk dengan luas layar yang optimal. Kalau perlu penampang depan semuanya layar. Tak ada lubang kamera, bingkai (bezel) dan lain-lain. Sehingga tampilan layar benar-benar bersih dan menyajikan tampilan secara utuh.
Upaya itu dilakukan dengan memperkecil bezel seminimal mungkin. Lalu mereduksi ukuran lubang kamera depan. Maka lahirlah konsep notch (poni) dan punch hole. Bahkan ada yang mengakali dengan konsep pop-up camera atau slider phone. Tapi mereka tetap belum puas. OPPO dan Xiaomi diketahui tengah mengembangkan rancangan in-display selfie camera, menanam kamera di bawah layar.
Pe-er terbesar dari konsep itu adalah, bagaimana membuat lapisan layar di atas kamera, tidak mengganggu kualitas hasil foto. Dan, bagaimana caranya membuat resolusi layar tetap sama tajamnya di seluruh bagian –tanpa mereduksi resolusi di bagian lubang kamera. Sejauh ini, pe-er tersebut belum terpecahkan. OPPO dan Xiaomi tengah berkutat mencari solusinya.
Eh, tahu-tahu ZTE dengan tenang mengumumkan bahwa Axon 20 5G yang memiliki in-display camera, sudah resmi dipasarkan. Sementara ini, baru masuk ke pasar Cina dan Eropa. Amerika dan Kanada belum –Apalagi Indonesia. Jangan coba cari di Roxy Mas atau Ambassador ya, gak bakalan ada!
Bolehlah diacungi jempol untuk keberanian ZTE merilis seri in-display selfie camera ini. Bisa diartikan, mereka sudah berhasil mendapat solusi untuk pe-er besar itu. Benarkah? Nanti dulu. Sebaiknya simak dulu review yang dilakukan The Verge pada seri baru ZTE ini.
Menurut review laman web itu, performa teknologi in-display selfie camera Axon 20 5G, ternyata tak sesuai ekspektasi. Intinya, persoalan kualitas hasil foto dan perbedaan resolusi pada layar, tetap belum terpecahkan.
Pertama, menurut review itu, lubang kamera yang ditanam di bawah layar itu, masih nampak membayang, masih kelihatan. Terutama ketika latar belakang layar berwarna putih –saat membuka menu setting, misalnya. Tampak bidang segi empat yang seperti berbeda resolusi di atas lubang kamera.
Lucunya lagi, demikian kata review itu, ZTE menggunakan teknik lawas untuk menyamarkan (bayangan) lubang kamera itu, dengan cara membuat latar belakang hitam pada bagian atas layar, tempat biasanya ikon sinyal, baterai dan notifikasi ditampilkan. Teknik ini cukup ampuh untuk menyembunyikan notch. Tetapi lalu apa gunanya teknologi in-display camera kalau masih perlu teknik konvensional itu?
Hal lain, tujuan utama teknologi in-display camera ini adalah memberikan luas layar yang lebih maksimal. Memperkecil rasio perbandingan luas layar dengan luas permukaan body ponsel. Oke, notch dan punch-hole berhasil dihilangkan. Tapi bezelnya masih tebal, terutama bagian bawah.
Sekarang, mencermati kinerja kamera selfie yang tertanam di bawah layar itu. Pe-er terbesar dari konsep in-display selfie camera adalah, membuat lapisan layar (yang menutupi lubang kamera) tak mengganggu kualitas hasil foto. Dengan berani mengambil keputusan melempar Axon 20 5G ke pasar, berarti pe-er itu semestinya sudah berhasil diselesaikan. Begitulah yang disangka orang.
Nyatanya tidak. Hasil test foto selfie dengan kamera depan yang in-display itu, menghasilkan foto yang tampak berkabut, sedikit nge-blur, dan seperti memakai efek soft. Lebih-lebih pada foto low-light. The Verge membuat perbandingan hasil foto selfie dengan Google Pixels 5. Bahkan pada foto malam, tanpa mengaktifkan night mode, hasil foto dari Pixel 5 lebih bagus ketimbang kamera Axon 20 5G. Hasil perbandingan yang membuat kamera selfie 32 Mpix yang berada di bawah layar itu, seperti kamera 2 Mpix entry level.
Saya membayangkan reaksi teknisi di R&D OPPO dan Xiaomi ketika melihat performa in-display selfie camera Axon 20 5G ini. Mungkin mereka akan bilang begini: Yaaahh Boss…buru-buru amat, belom mateng juga udah dikeluarin. Biar dikata yang paling duluan yak?
