ArenaLTE.com - Salah satu dampak negative dari keberadaan media sosial adalah juga menjadi ajang bagi orang-orang yang suka menebar kebencian, menghasut, fitnah, menipu, atau melakukan berbagai kejahatan lain. Termasuk menebar kebencian terhadap agama dan keyakinan tertentu. Ingat kasus penembakan masjid di New Zealand? Nah, para pelaku malah memanfaatkan Facebook untuk menyebar aksinya.
 
Hal-hal negative itu terjadi di mana-mana, di seluruh dunia, sepanjang media sosial hadir dalam kehidupan sehari-hari. Di sini kita bisa melihat hal-hal semacam itu, yang eskalasinya terjadi saatsedang ramai-ramainya kegiatan pemilu dan pilkada. Untung saja, keributan di media sosial menyangkut hal tersebut, tak menjalar ke dunia nyata –satu dua kasus memang terjadi keributan, namun untungnya tak berkembang ke skala yang lebih besar.
 
Fenomena makin maraknya ujaran kebencian terhadap suatu agama itu, coba diantisipasi Twitter –sebagai salah satu media sosial paling popular—dengan memperbarui kebijakan yang menyangkut cuitan yang berbau kebencian pada agama. Sebenarnya aturan semacam itu sudah diterapkan sebelumnya, namun dirasa belum begitu efektif untuk mencegah sama sekali bersliwerannya cuitan-cuitan negative seperti itu.
 
Nah, dengan aturan terbaru ini, membuat Twitter lebih mudah “menekan” dan mengambil langkah tegas, bila menemukan cuitan yang bernada kebencian pada suatu agama, agama apapun. Twitter sekarang dimungkinkan untuk langsung menghapus setiap cuitan dari siapapun, bila terindikasi mengandung ujaran kebencian. Cuitan yang memperlakukan orang secara tidak manusia, baik langsung ditujukan pada orang tertentu, maupun secara tidak langsung.
 
Aturan baru tersebut sudah diterapkan pada 9 Juli kemarin. Nah, bagi mereka yang mem-posting ujaran kebencian semacam itu, sebelum aturan ini diberlakukan, Twitter tak akan mengambil langkah pelarangan atau men-suspend akun orang-orang tersebut. Namun Twitter menyarankan, mereka menghapus postingan yang berisi ujaran kebencian tersebut, untuk menghindari masalah di kemudian hari.
 
Dalam pernyataannya, juru bicara Twitter mengatakan, pengetatan aturan soal ujaran kebencian terhadap suatu agama itu merupakan bagian dari upaya untuk tetap konsisten. Sebab, selama ini masih ada perlakuan tidak konsisten terhadap cuitan-cuitan semacam itu. Membiarkan satu cuitan kebencian tetap berada di dalam postingan, namun menghapus tanpa ampun cuitan lain yang bernada serupa. Sekarang, dengan aturan baru ini, tak akan ada lagi sikap mendua seperti itu.
 
Pembaruan aturan tersebut boleh jadi akan merembet dan berimbas pada hal-hal lain. Misalnya, pada Juni lalu, Twitter memberi “label” pada politisi yang dianggap melanggar aturan. Nah ke depannya, pemberian label semacam itu akan menjadi lebih sering lagi.
 
Okelah, setuju Twitter. Memang sudah seharusnya orang-orang yang gemar menebar kebencian, apalagi kepada agama tertentu, disingkirkan dan tak boleh mendapat tempat dan tak boleh mendapat kesempatan mengekspresikan kebenciannya pada banyak orang melalui media sosial…..atau dimanapun.