Kedua sistem ini, antara OT dan IT merupakan sistem yang sudah lama ada di organisasi maupun perusahaan namun keduanya beroperasi secara terpisah.
Biasanya Operational technology (OT) itu terkait dengan “safety” atau keselamatan kerja karena terkait dengan kemanan cyber security sistem operasional yang terkait dengan mesin dan alat fisik lainnya yang bisa kita lihat, sedangkan Information Technology (IT) terkait dengan security (keamanan data).
Namun ditengah perkembangan ekonomi digital dan industry 4.0 yang sudah mulai banyak menerapkan internet of things (IoT), mulai terjadi konvergensi internet dengan sistem operasi mesin yang terjadi konvergensi antara OT dan IT.
Chin Beng Yue, Regional Sales Director, APAC (Global & Regional Accounts, OT Business) Fortinet dalam acara Fortinet media briefing di The Westin Resort Nusa Dua Bali mengungkapkan bahwa resiko ancaman serangan siber terhadap sektor Operational Technology (OT) ini meningkat seiring dengan transformasi digital industry 4.0 yang saling terkoneksi dan menghubungkan sistem OT dengan sistem IT.
Organisasi pemerintah maupun perusahaan kini mulai menerapkan inovasi teknologi IoT dalam sistem mereka dan terkoneksi dengan jaringan, seperti RFID, real-time location tracking (active RFID, ultra-wide band, ultrasound,dll), termasuk solusi GPS tracking, security sensors, grid sensors, hingga condition sensors.
Berbagai perangkan dan sensor ini juga menggunakan protokol komunikasi termasuk WiFi dan jaringan selular seperti GPRS, 4G hingga NFC. Semua sistem ini membutuhkan perlindungan keamanan yang handal dan menyeluruh baik untuk sistem IT maupun OT.
Lebih jauh Chin Beng Yue menjelaskan bahwa mengamankan sostem jaringan OT networks membutuhkan pendekatan yang terintegrasi menyeluruh termasuk identifikasi aset, identifikasi akses pengguna dan kebijakan, segmentasi perangkat dan sistem OT, memonitor lalu lintas komunikasi, mengidentifikasi dan mengisolasi perangkat yang rentan, mengenkripsi komunikasi, mengamankan perangkat IoT industri, membangun protokol identifikasi kerentanan hingga menggunakan analitik perilaku.
(ki-ka) Edwin Liem, Indonesia Country Manager Fortinet dan Chin Beng Yue, Regional Sales Director, APAC (Global & Regional Accounts, OT Business) Fortinet
Tidak hanya itu, sebuah solusi keamanan juga harus memastikan dapat beroperasi di platform mereka. Solsui tersebut harus dapat memahami bahasa protokol yang yang berbeda-beda dam solusi tersebut harus secara cepat mampu mengidentifikasi kejadian dan memenuhi standarisasi keamanan OT seperti NERC v5, FERC, IEC-62443, ISA-99, ISO 27001.
“Hal inilah yang menjadi dasar hadirnya solusi komplit IT dan OT Fortinet, sebagai jembatan penghubung untuk melindungi komunikasi data antar sensor terkoneksi antara IT dan OT untuk menjamin kinerja sistem mesin tetap aman, produktifitas terjaga, efisiensi tercipta sambil tetap terlindungi secara aman saat menerapkan teknologi terbaru,” ujar Edwin Liem, Indonesia Country Manager Fortinet.
Solusi Security Operational Technology - OT Fortinet
Fortinet’s ruggedized firewall, switching dan perangkat wireless access point dikombinasikan dengan FortiGuard industrial threat intelligence hadirkan perlindungan cybersecurity menyeluruh untuk sistem industrial control systems (ICS) dan supervisory control and data acquisition (SCADA).FortiGuard’s Industrial Security Services (ISS) memberikan perlindungan menyeluruh bagi perangkat dan aplikasi ICS dan SCADA terhadap ancaman kerentanan, memberikan visibilitas dan kendali penuh dengan cepat dan mudah.
Fortinet merupakan salah satu dari sedikit vendor security yang berkomitmen hadirkan keamanan sistem OT terutama berkaitan dengan infrastruktur penting. Solusi OT Fortinet ini menggandeng partner salah satunya yaitu Nozomi.
Nozomi bertugas melakukan analisa terhadap anomali yang terjadi pada kinerja mesin untuk kemudian menginformasikan kepada pihak terkait dalam hal ini pihak fortinet untuk melakukan tindakan lebih lanjut untuk mengatasi kendala tersebut.