Jawabannya tentu harus! Sebagai contoh bisa dilihat oleh gerakan mengembangkan kota pintar yang dilakukan pemerintahan kota Saensuk di wilayah Chon Buri, Thailand. Dengan menggandeng vendor elektronik Dell dan Intel Microelectronic, pemerintah kota meluncurkan program smart city untuk manula. Sebagai penekanan layanan kepada manula adalah layanan kesehatan dalam smart healthcare. Lewat sistem monitoring terpadu, pemerintah kota kini mengawasi kondisi manula di sekitar 30 keluarga lewat gelang pintar.
Yang dimonitor dalam smart city untuk manula di kota tersebut terutama adalah smart healthcare. Layanan kesehatan pintar ini mencakup deteksi fungsi tubuh yang rawan di usia tua dan faktor-faktor ketuaan lain. Narongchai Khunpluem, kepala proyek smart healthcare menyebut, ”Populasi warga berusia lanjut cukup besar di Saensuk, dari jumlah penduduk 40 ribu jiwa, enam ribu diantaranya adalah manula.”
Dengan basis gelang pintar, maka otoritas kesehatan dapat melakukan monitoring dan melakukan kunjungan bersama suster untuk melihat kondisi terknini para manula. Dalam beberapa hal, kasus emergensi dapat ditekan dengan pola pemantuan kesehatan sejak dini.
Setiap tenaga medis yang melakukan survei ke lapangan di lengkapi perkengkapan kesehatan berbasis remote, seperti sensor perekam denyut jantung, tensi, dan pengukur tekanan darah. Kesemua alat kesehatan dilenglapi koneksi Bluetooth yang terhubung ke smartphone. Dan nantinya setiap data dapat diolah menuju server untuk suatu waktu bisa dilakukan analisa.
Rencananya, proyek smart healthcare ini akan dirampungkan pada tahun 2018. Kota lain di Thailand yang sedang menggarap smart city adalah Bangsaen, di kota ini nantinya akan dilengkapi face detection berbasis IP surveillance. Ini digadang sebagai solusi keamanan pada warga kota yang juga banyak dibanjiri para turis manca negara.
Solusi kota pintar yang seperti ini sangat bagus dan bisa menjadi inspirasi bagi pemerintah daerah di Indonesia yang berencana membangun smart city.
