Yups, game baru berbasis augmented reality (AR) besutan Niantic ini telah sukses menjadi fenomena global. Bagi orang yang tak paham, tentu heran melihat kelakuan para pengejar monster-monster virtual yang tak kasat mata ini. Tapi bagi pecandunya, mengejar makhluk-makhluk yang hanya tampak di layar ponsel ini, memberi sensasi tersendiri.
Di balik kehebohan Pokémon Go, ada sosok John Hanke. Dia adalah CEO dan Founder Niantic, sebuah startup yang mengembangkan game fenomenal ini. Dia juga pendiri Keyhole, perusahaan yang dibeli Google kala memulai Google Earth. Dia pula yang sempat menggarap Google Maps sebelum mendirikan Niantic. Aplikasi pemetaan itulah, yang menjadi elemen kunci dan akhirnya mendorong Hanke merilis Pokemon Go.
Game Pokemon Go bisa disebut sebagai game augmented reality berbasis lokasi. Game ini membutuhkan koneksi internet, Globally Positioning System (GPS) dan kamera untuk bisa memainkannya. Pokemon Go memakai mesin permainan atau game engine bernama Unity, dan bisa dimainkan melalui OS Andriod, iOS dan gadget serta tablet lainnya.
Permainan Pokemon Go menggunakan satelit agar dapat mengetahui keberadaan kita via GPS dan menghadirkan peta lokasi yang sama persis (reality map) dengan keadaan di sekeliling penggunanya. Hal itu bisa terjadi karena menggunakan Google Maps dalam aplikasinya. Itu sebabnya peta yang dihadirkan sama persis dengan peta asli, bukan peta ilustrasi.
Selanjutnya, game ini memanfaatkan teknologi AR (Augmented Reality) sehingga pemain bisa berjalan di dunia nyata dan menggunakan kamera ponsel untuk mencari Pokemon, Pokestop atau Gym. Seperti dikutip dari Wikipedia, AR adalah teknologi yang menggabungkan benda maya dua dimensi dan ataupun tiga dimensi ke dalam sebuah lingkungan nyata tiga dimensi lalu memproyeksikan benda-benda maya tersebut dalam waktu nyata.
Tidak seperti realitas maya yang sepenuhnya menggantikan kenyataan, AR hanya sekadar menambahkan atau melengkapi kenyataan.Benda-benda maya menampilkan informasi yang tidak dapat diterima oleh pengguna dengan inderanya sendiri. Hal ini membuat AR sesuai sebagai alat untuk membantu persepsi dan interaksi penggunanya dengan dunia nyata. Informasi yang ditampilkan oleh benda maya membantu pengguna melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam dunia nyata.
Selain menambahkan benda maya dalam lingkungan nyata, AR juga berpotensi menghilangkan benda-benda yang sudah ada. Menambah sebuah lapisan gambar maya dimungkinkan untuk menghilangkan atau menyembunyikan lingkungan nyata dari pandangan pengguna. Misalnya, untuk menyembunyikan sebuah meja dalam lingkungan nyata, perlu digambarkan lapisan representasi tembok dan lantai kosong yang diletakkan di atas gambar meja nyata, sehingga menutupi meja nyata dari pandangan pengguna.
Contohnya, seorang tentara yang menggunakan perlengkapan tersebut dapat melihat helikopter yang datang. Dalam peperangan, tampilan medan perang yang nyata dapat digabungkan dengan informasi catatan dan sorotan untuk memperlihatkan unit musuh yang tidak terlihat tanpa perlengkapan ini.
Bagaimana Lokasi Pokestop dan Gym Dipilih?
Seorang gamer mencari Pokestop (Foto: dnreviews.net)[/caption]Penggila Pokemon Go di luar sana wajib mengetahui jika game Ingress menjadi salah satu aspek yang berperan penting dalam kelahiran game favorit mereka. Ingress adalah game multiplayer berbasis AR yang diluncurkan dalam versi beta pada 2011 oleh Niantic. Pemain Ingress turut bertanggungjawab dalam pengembangan Pokemon Go karena mereka ikut membuat data pool atau database terpusat yang menentukan posisi Pokestop dan Gym di Pokemon Go saat ini.
Dalam tahap awal perjalanan game Ingress, Niantic membuat sekumpulan lokasi-lokasi portal berbasis penanda sejarah, serta sekumpulan data karya seni dari foto yang di-geotag dalam Google. Menurut Hanke, pada dasarnya Niantic yang menentukan tempat yang bakal jadi bagian dalam game. Karya seni publik, situs sejarah, bangunan dengan arsitektur sejarah atau karakterisitik unik hingga area bisnis lokal yang nyeleneh.
Tim pengembang kemudian meminta pemain Ingress untuk men-submit tempat yang layak dijadikan portal atau titik penting. Ada sekitar 15 juta tempat yang didaftarkan dan menurut Hanke pihaknya telah meng-approve sekitar 5 juta lokasi di seluruh dunia.
Nah, kumpulan data portal milik Ingress menjadi begitu potensial sehingga akhirnya dipilih sebagai titik awal untuk Pokemon Go. Beberapa portal Ingress yang paling populer dengan lokasi geografis tertentu menjadi Gym dalam Pokemon Go serta sebagian lain menjadi Pokestop.
Berkat usaha keras dari para pemain Ingress, kini penggila Pokemon Go bisa mendapati Pokestop di berbagai tempat. Meskipun kadang-kadang agak sulit mendapatinya di lokasi atau sudut-sudut terpencil.
Hanke menambahkan jika Pokestop sebenarnya didaftarkan sendiri oleh pengguna. Dari pengguna untuk pengguna. Jadi intinya, titik-titik tersebut adalah area yang kerap menjadi perlintasan orang-orang. Bahkan, dalam game Ingress ada portal yang berlokasi di kawasan Antartika dan Kutub Utara.
BACA: 7 Hal yang Wajib Diketahui Bagi Para Pemain "Pokemon Go"
Pokemon Apa yang Bisa Muncul di Lokasi Tertentu?
Menentukan Pokemon yang bakal muncul di suatu area membutuhkan seperangkat data pemetaan ekstra nan komplit. Penanda geografis dalam peta yang dibuat pada permainan ini sangat membantu menentukan habitat Pokemon.
Menurut Hanke, pihaknya menetapkan nilai berdasarkan keberadaan badan air di suatu daerah - aliran, sungai , telaga, kolam – atau area kebun binatang, taman hingga jenis lain dari pemetaan. Secara garis besar, Pokemon tipe water atau air seperti Magikarp dan Squirtles akan muncul di daerah dekat badan air.
Meski Hanke tidak mau mengungkap asal muasalnya, sekumpulan data lain yang dipakai dalam game ini diambil dari klasifikasi geografis sebuah area berdasarkan iklim, vegetasi dan tipe tanah atau bebatuan. “Lebih kepada data tertentu (sistem informasi geografis) dan kami memanfaatkannya dalam memetakan spesies Pokemon untuk habitat yang tepat.”
Bagaimana Menjaga Pemain Tetap Aman
Sejak game ini meluncur, banyak hype dan cerita di sosial media seputar pemain yang melakukan hal ekstrim utuk menangkap hewan tertentu. Tapi menurut Hanke, keamanan selalu menjadi prioritas. Salah satu kriteria buat portal Ingress yang sekarang menjadi Pokestop dan Gym adalah titik tersebut bisa diakses publik dan aman. Sayangnya, masih ada laporan jika beberapa pemain Ingress kala itu terkena masalah dengan hukum karena masuk ke lokasi tertentu tanpa ijin.
Nah, di sini, Niantic berupaya menjaga supaya pemain tidak keluar jalur saat berusaha menangkap Pokemon. Hanke menuturkan jika mereka berupaya membatasi Pokemon supaya tak muncul di tengah jalan raya atau mendadak muncul di area sekitar yang mengharuskan pemain melakukan hal ekstrim.
“Kami berupaya mendorong orang untuk tak terpaku pada smartphone dan tetap waspada dengan lingkungan sekitar,” tegas Hanke. Saat membuka game, muncul pesan supaya pengguna tetap waspada dengan sekitarnya.
BACA: Waspada! Inilah Risiko dan Bahaya Game PokemonGo
Seperti Apa Masa Depan Pokemon Go dan Augmented Reality?
Hanke berencana menambah fitur yang baru dan lebih menarik dalam Pokemon Go. Terutama rencana mengembangkan Pokestop dan Gym supaya lebih ‘larut’ dalam gameplay. Saat ini, pemain bisa memasang ‘lure module’ ke Pokestop guna memancing Pokemon. Nah, kemampuan ekstra kabarnya bakal ditambahkan.
“Kami membayangkan tim merancang gym dan Pokestop dalam cara tertentu dan menjadikannya sesuai selera masing-masing,” pungkas Hanke.
Bertukar Pokemon juga menjadi salah satu roadmap Niantic. Nantinya hal ini akan mendorong lebih banyak kerjasama, kompetisi dan interaksi sosial antara pemain. Sebagian fitur desain game pada Pokestop dan Gym dirancang dengan ide untuk mendorong kerjasama dan gampelay antara sesama pemain dalam satu tim.
Meskipun teknologinya masih belum begitu matang, namun Hanke melihat bahwa game punya potensi berjalan dengan kacamata augmented reality. “Awalnya, semua sistem yang ada mungkin hanya bekerja dengan baik dalam kondisi indoor. Namun dalam hitungan dekade, kita akan melihat visual eye wear yang bisa digunakan di luar ruangan dan dipakai untuk memainkan game seperti Pokemon Go, dan melihat Pokemon dalam konteks tiga dimensional.”