ArenaLTE.com - Semenjak memproklamirkan diri sebagai operator pertama penyelenggara layanan 4G LTE di Indonesia, dan satu-satunya operator yang hanya menyediakan layanan 4G LTE, Smartfren Telecom tancap gas dengan membangun jaringan 4G LTE di Tanah Air. Hingga saat ini, Smartfren berani mengklaim cakupan layanan 4G LTE milik mereka sudah hampir melingkupi seluruh wilayah Indonesia. Tidak hanya di kota atau kabupaten saja.
 
Klaim itu ada benarnya. Merujuk pada hasil survey yang dilakukan Open Signal, sebuah lembaga analis konektivitas nirkabel independen asal Inggris, pada awal tahun ini, mengkonfirmasi bahwa ketersediaan jaringan 4G LTE Smartfren paling luas dibanding operator 4G LTE lainnya. Ini sebuah prestasi yang memuaskan.
 
Akan tetapi, berbanding terbalik dengan luas coverage, menurut hasil survey itu, kualitas jaringan 4G LTE Smartfren masih kalah dibanding operator pesaing. Seperti, kecepatan download, upload dan pengalaman video streaming. Bahkan untuk tiga hal itu –yang paling sering dilakukan orang ketika mengakses internet—kualitas koneksi 4G LTE Smartfren berada di urutan buncit dari lima operator yang dianalisa.
 
Hasil ini, seperti berlawanan dengan klaim Smartfren yang mengatakan bahwa jaringan 4G LTE mereka sudah didukung teknologi terkini dan lebih unggul, sehingga mereka memberi label advance pada layanan 4G LTE Smartfren. Lantas, kenapa kualitas koneksi 4G LTE Smartfren berdasarkan analisa kualitas koneksi dan pengalaman pengguna itu seperti tak mencerminkan klaim mereka?
 
Survay dan analisa yang dilakukan Open Signal itu sendiri berlangsung pada awal tahun ini, mencakup pengguna di 16 kota besar, dan melibatkan 3.3 juta perangkat smartphone. Hasil yang diumumkan Open Signal pada laman resminya, merupakan rerata hasil pengukuran di seluruh kota-kota tersebut. 
 
“Survay dan analisa dari Open Signal tidak mencerminkan kondisi yang sebenarnya, dan tak bisa dijadikan acuan,” kata Munir Syahda Prabowo, Vice President Technology Relations and Special Project, saat berbincang dengan ArenaLTE, di sela-sela acara jumpa media gelar Konser WOW Smartfren, di Jakarta (3/9).
 
Munir menjelaskan, Open Signal melakukan survey dan analisa pada satu waktu dan titik tertentu saja, tidak dilakukan terus menerus selama jangka waktu tertentu. Misalnya, pengujian dilakukan di titik A di kota A, didapat hasilnya, dan kemudian berpindah lagi ke titik lain. Sementara kualitas jaringan, itu selalu naik turun, mengikuti kepadatan trafik. Ketika penggunaan sedang tinggi, kualitas secara otomatis akan menurun. “Dan itu dialami semua jaringan manapun. Tidak hanya Smartfren,” tegas Munir.
 
Sehingga, sangat boleh jadi ketika pengukuran sinyal dan jaringan Smartfren dilakukan, pada saat itu trafik tengah padat yang membuat kualitas sinyal menurun. Jadi menurut Munir, hasil yang didapat Open Signal itu sifatnya sangat relative, tergantung pada kondisi saat pengujian dilakukan. “Karena itu, saya katakana hasil pengujian Open Signal itu tak bisa dijadikan acuan,” tandasnya, sembari menambahkan, untuk mengetahui kualitas real, mesti dilakukan dengan metoda lain yang lebih pas.
 
Karenanya, Munir tak risau dengan hasil pengujian yang dirilis Open Signal pada Juli lalu. Dia yakin, kualitas sinyal 4G LTE Smartfren tetap handal dan mampu memuaskan pengguna. “Ukurannya sederhana, sejauh ini tak ada keluhan dari pelanggan mengenai kualitas sinyal (4G) Smartfren. Semuanya oke-oke saja,”ujar Munir menutup pembicaraan.