Namun, disela ramainya perbincangan teknologi jaringan baru ini. Ada beberapa mitos baru yang muncul dan ramai dibincangkan banyak orang. Melalui dukungan penelitian yang solid dari salah satu studi ekspektasi pelanggan terbesar, laporan ini mengungkap realita pengguna yang mematahkan empat mitos industri seperti berikut :
- 5G tidak menawarkan manfaat jangka pendek bagi pelanggan
- Tidak ada penerapan 5G yang sesungguhnya, juga tidak ada harga premium pada 5G
- Ponsel pintar akan menjadi "silver bullet" untuk 5G: solusi tunggal ajaib yang memberikan layanan 5G
- Pola penggunaan saat ini dapat dijadikan landasan untuk memprediksi permintaan 5G di masa depan
Temuan utama dari penelitian ini mencakup fakta bahwa pelanggan, termasuk mereka yang tinggal di Indonesia berharap agar 5G dapat membantu mengatasi kepadatan jaringan di perkotaan dalam waktu dekat - terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, di mana enam dari 10 pengguna ponsel pintar menghadapi permasalahan jaringan di wilayah padat penduduk. Para responden juga berharap akan ada lebih banyak pilihan home broadband yang tersedia seiring dengan peluncuran 5G.
Laporan ini juga menghapuskan mitos di industri Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) yang menyatakan bahwa pelanggan tidak ingin membayar premi untuk 5G. Faktanya, pengguna ponsel pintar secara global mengaku bersedia membayar 20 persen lebih banyak untuk layanan 5G, dan setengah dari para early adopter sanggup membayar lebih, sebesar 32 persen. Namun disisi lain, empat dari 10 orang pengguna tersebut juga mengharapkan use case baru, mode pembayaran yang mudah, serta jaringan 5G yang aman, selain kecepatan internet yang tinggi dan konsisten.
Temuan penting lainnya menyatakan bahwa pola penggunaan 4G saat ini tidak menunjukkan perilaku penggunaan di masa depan. Konsumsi video akan semakin meningkat seiring dengan perkembangan 5G. Pelanggan tidak hanya mampu mengakses video dalam resolusi yang lebih tinggi, tetapi juga dapat merasakan pengalaman video dengan format imersif seperti Augmented reality (AR) dan Virtual reality (VR). Pada era 5G, pengguna juga berkesempatan untuk mengakses konten video di luar rumah empat jam lebih lama dalam seminggu, serta dapat menggunakan kacamata AR maupun headset VR selama satu jam tanpa jeda.
Jasmeet Singh Sethi, Head of ConsumerLab, Ericsson Research menyatakan: “Melalui penelitian ini, kami telah mematahkan empat mitos mengenai pandangan pelanggan terhadap 5G dan menjawab pertanyaan apakah fitur 5G memerlukan jenis perangkat baru, atau apakah ponsel pintar akan menjadi silver bullet untuk 5G. Pelanggan secara jelas menyatakan bahwa ponsel pintar tidak akan menjadi solusi 5G satu-satunya”.
Berdasarkan prediksi pola penggunaan yang dilakukan konsumen, rata-rata penggunaan data ponsel melalui perangkat 5G dapat meningkat hingga 60GB/bulan, dan pengguna ponsel pintar dengan konsumsi data yang besar dapat menghabiskan 110GB setiap bulannya. Sebagai tambahan, sekitar 40% pengguna ponsel pintar di Indonesia percaya bahwa ponsel pintar tidak akan dapat menyerap seluruh keuntungan yang dapat diberikan 5G, dan mereka juga percaya bahwa penggunaan kacamata AR akan menjadi sebuah keharusan di tahun 2025.
Di Indonesia, konsumen mengharapkan pengalaman baru berinternet dengan 5G, yang dapat membawa dampak positif bagi berbagai sektor dari aplikasi untuk konsumen hingga industri otomotif. 75% percaya kecepatan ultra-high internet dan konektivitas andalan yang dimiliki 5G dapat memfasilitasi orang-orang untuk bekerja di mana saja - layaknya membawa kantor Anda kemanapun - sementara 67 persen mengatakan bahwa konektivitas internet 5G di mobil akan sama pentingnya dengan efisiensi bahan bakar dalam 5 tahun mendatang.
“Dengan mematahkan mitos-mitos industri ICT ini, kami menemukan fakta bahwa konsumen di Indonesia sungguh menantikan kehadiran 5G dan berharap generasi baru dari konektivitas mobile ini dapat menjadi game-changer. Bagi operator, hal tersebut menjadi keuntungan bagi pemain bisnis dan juga potensi bisnis berupa penambahan pendapatan sebesar 30 persen dari pasar 5G di tahun 2026,” tutup Jerry Soper, Head of Ericsson Indonesia.