ArenaLTE.com - Kinerja Ekonomi Digital di dunia terus tumbuh dengan berkembangnya internet berbasis konsumen. Menurut data Digital Spillovers 2017 yang dirilis bersama oleh Huawei dan Oxford Economics, ekonomi digital dunia saat ini bernilai 11,5 triliun dolar AS atau berkontribusi sebesar 15,5 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dunia.

Bahkan diprediksi pada tahun 2025, pemakaian internet untuk kegiatan usaha akan mengalami pertumbuhan yang pesat dengan tingkat digitalisasi dan kecerdasan yang tinggi industri di berbagai sektor. Pada tahun yang sama diperkirakan ekonomi digital akan tumbuh lebih pesat dan berkontribusi hingga 24,3 persen terhadap PDB dunia.

“Dengan strategi digitalisasi yang mumpuni (high-digitalization scenario), Indonesia bisa mendapatkan tambahan pertumbuhan PDB sebesar 1,8 persen pada tahun 2025, dari rata-rata pertumbuhan PDB saat ini sebesar 5 persen,” kata Arri Marsenaldi, Executive Product Manager Huawei Indonesia.

Sejalan dengan tajamnya angka penetrasi 4G LTE dan peningkatan daya beli masyarakat untuk produk fixed dan mobile broadband, pemerintah Indonesia harus bisa mengoptimalkan tujuan Rencana Pita Lebar (RPI 2014-2019) dalam hal pengembangan dan peningkatan infrastruktur pita lebar di wilayah pedesaan, jaringan e-government, serta pusat data pemerintah.

“Huawei meyakini bahwa peningkatan investasi infrastruktur digital yang berkelanjutan, terutama dalam pita lebar dan adopsi teknologi cloud adalah landasan untuk transformasi digital Indonesia,” kata Arri.

Huawei-broadband-Indonesia

Teknologi digital yang sedianya hanya berperan sebagai pendukung kini semakin berkembang dan mengambil peran strategis dalam proses pengambilan keputusan. Evolusi ini akan menjadi faktor utama untuk peningkatan kualitas dan efisiensi suatu perusahaan.

Secara global, sejumlah instansi pemerintah dan perusahaan terkemuka semakin bergerak menuju era +Intelligence yang menggabungkan cloud, Big Data, Internet of Things (IoT) serta kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) untuk diadaptasi ke dalam kegiatan bisnis mereka sehari-hari.

Arri mengatakan Indonesia saat ini sedang memasuki fase awal transformasi digital, yang terukur dari rendahnya tingkat adopsi cloud dalam ekosistem digital tanah air. Laporan Huawei Global Connectivity Index 2017 sebelumnya menyebutkan bahwa ketika tingkat adopsi cloud di suatu negara mencapai lebih dari 3 persen dari total investasi Teknologi  Informasi  (TI),  maka  pemerintah  dan  sektor  swasta  di  negara  tersebut berada dalam kondisi optimal untuk memanfaatkan potensi kemampuan Big Data dan IoT secara penuh.

Lebih lanjut lagi Arri menjelaskan meskipun banyak pelaku industri di Indonesia yang memiliki keinginan untuk melakukan transformasi digital, namun ekosistem bisnis mereka tidak dibekali kemampuan yang memadai dalam menentukan strategi yang tepat untuk tetap kompetitif di era +Intelligence.

Arri kemudian menekankan bahwa transformasi digital yang efektif membutuhkan strategi yang cerdas serta keterlibatan berbagai pemangku kepentingan yang mencakup pemerintah, swasta, dan masyarakat. Bagi pemerintah, kebijakan dan inisiatif terkait transformasi digital merupakan aspek penting untuk memaksimalkan perkembangan industri secara sehat.
 
Sementara itu, sektor swasta perlu melakukan investasi dalam pemenuhan sumber daya baru yang kompetitif guna menduduki posisi puncak di era +Intelligence. Selanjutnya adalah pengembangan talenta di bidang TIK untuk memastikan bahwa sumber daya digital yang lebih luas dan mudah diakses.