ArenaLTE.com - ArenaLTE.com - Dalam studi terbaru yang dilakukan Baidu Indonesia, diperkirakan kontribusi Mobile Advertising dalam total pendapatan aplikasi mobile di masa depan akan terlewati oleh metode pendapatan In-apps Purchase. Namun hingga saat ini dan beberapa tahun mendatang kontribusi yang diberikan oleh Mobile Advertising masih akan tetap mendominasi.

Tahun 2015 sendiri, Mobile Advertising menyumbang USD20,8 juta dari total pedapatan USD28,1 juta. Lalu, apakah besarnya kontribusi yang diberikan Mobile Advertising ini menunjukkan efektifitasnya dalam membangun kesadaran publik terhadap sebuah produk?

Baidu Indonesia

“Berdasarkan studi terbaru yang dilakukan oleh Baidu yang bertema Mobile Apps Market Study Indonesia yang dilaksanakan oleh lembaga riset independen terkemuka Gfk Indonesia, 27% pengguna smartphone di Indonesia dalam setiap bulannya selalu meng-klik iklan online yang muncul di smartphonenya.

Uniknya peminat iklan online ini mayoritas berasal dari segmentasi sosial ekonomi kelas C, berusia antara 23-32 tahun dan sebagian besar adalah laki-laki. Karakteristik pengakses iklan online yang ditemukan melalui studi ini dapat dijadikan pertimbangan bagi para pemasar dalam menyiapkan bentuk komunikasi yang tepat,” ungkap Bao Jianlei, Managing Director Baidu Indonesia.

Melihat hasil studi Baidu, iklan online secara keseluruhan masih menunjukkan efektifitas yang rendah. Namun demikian, iklan media sosial dan iklan di search engine masih dinilai memiliki tingat efektifitas yang lebih baik sehubungan dengan kemampuannya membangun tingkat kesadaran yang tinggi di kalangan pengguna smartphone.

Sebanyak 68% responden mengaku sadar akan hadrinya iklan tersebut di media sosial dam 13% mengaku melakukan akses terhadap iklan tersebut. Sementara itu, sebanyak 69% responden menyadari adanya iklan di mesin pencari yang tengah digunakan di smartphone mereka dan 12% memutuskan untuk meng-klik iklan tersebut.

Salah satu bentuk iklan yang dianggap berhasil membangun kesadaran pemirsanya yaitu Video Ads. Namun sayangnya Iklan bentuk video ini efektifitasnya dianggap masih rendah, karena masih sedikit pemirsa yang memutuskan untuk mengaksesnya. Data dan fakta dari studi Baidu ini menunjukan bahwa para pengiklan harus benar-benar memperhatikan daya tarik konten yang disampaikan agar tingkat interaksi yang terbangun dengan pemirsanya bisa menjadi semakin dalam.