ArenaLTE.com - Sektor jasa keuangan nampaknya akan tetap menjadi target utama serangan para penjahat cyber pada tahun 2017. Ancaman Cybersecurity ini sangat beresiko mengingat data yang dimiliki industri jasa keuangan tersebut memiliki sifat sensitif dan nilai yang sangat berharga di pasar gelap online.
 
Menurut Fortinet salah satu salah satu penyedia solusi keamanan cyber, serangan dari para penjahat cyber ini juga menggunakan cara dan teknik baru untuk bisa menghindari deteksi dari jaringan keamanan yang dikembangkan oleh industri jasa keuangan.
 
"Dengan meningkatnya jumlah dan kompleksitas serangan, lembaga jasa keuangan harus mempersiapkan diri untuk lebih baik dalam mendeteksi dan mengurangi ancaman agar dapat melindungi organisasi mereka," kata Edwin Lim, Regional DirectorFortinet Indonesia.

Berikut ini 5 Prediksi Ancaman Cybersecurity bagi industri jasa keuangan :

1. Langkah Lebih Jauh dalam Pengamanan Cloud

Selama bertahun-tahun, industri jasa keuangan ketinggalan dibanding dengan industri lain dalam hal memindahkan data ke cloud. Masih terdapat kekhawatiran mengenai keamanan informasi.
 
Namun baru-baru ini organisasi di industri jasa keuangan untuk penyedia layanan cloud publik seperti AWS dan Rackspace telah menawarkan skalabilitas, fleksibilitas, dan kehandalan keamanan layanan mereka.
 
Dengan meningkatnya adopsi cloud di seluruh industri pada tahun 2017, organisasi perlu memastikan bahwa data yang dikirimkan ke cloud melalui proses yang ketat seperti semua data lainnya.

ancaman-cybersecurity-cyberattack-hacker-security-malware-ransomeware-virus

2. Otentikasi dengan 2 Factor (2FA)

Ada sejumlah bank besar yang mengalami kebobolan data pada tahun 2016. Dalam beberapa kasus yang berbeda, penjahat cyber mencuri informasi login dan password tradisional untuk melakukan transaksi penipuan, yang merusak reputasi bisnis.
 
Untuk lebih mengatasi masalah yang ada saat ini, Fortinet mengharapkan Otentikasi dengan 2 Factor (2FA) bisa menjadi lapisan tambahan pertahanan pada tahun 2017.
 
Sistem Otentikasi dengan 2 Factor (2FA) ini menggabungkan password, yang sudah diketahui pengguna, dengan jenis otentikasi lain yang terhubung ke sesuatu yang pengguna miliki, misalnya One-Time PIN (OTP) yang dikirim ke ponsel mereka.
 
3. Pengamanan Internet of Things (IoT)  
Penerapan Internet of Things (IoT)  diprediksi akan mencapai 24 miliar perangkat IoT terpasang di seluruh dunia pada tahun 2020. Industri perbankan juga diprediksikan akan menerapkan inisiatif IoT ini untuk meningkatkan pengalaman bagi pelanggan ritel mereka.
 
Terlepas dari bagaimana data sedang diakses dan dibagi, data tersebut harus diamankan untuk melindungi pelanggan. Organisasi jasa keuangan harus dapat mengontrol akses jaringan, melakukan segmentasi lalu lintas data.
 
Baca Juga :
Tips dan Trik Internet Aman Dari Serangan Penjahat Cyber
Benarkah Indonesia Menjadi Surga Penjahat Cyber Crime?
Segera Dibentuk, Badan Cyber Nasional

4. Pemerintah Harus Ikut Terlibat

Pada akhir tahun lalu, berbagai kelompok di AS menyerukan perlunya pelaksanaan peraturan keamanan cyber dan mendorong untuk membahas keamanan cyber di forum-forum global, termasuk KTT G20.
 
Keamanan cyber akan tetap menjadi titik fokus bagi tindakan pemerintah pada tahun 2017, dan organisasi-organisasi harus siap untuk memenuhi standar tersebut

5. Serangan Ancaman Cybersecurity Memerlukan Solusi yang Lebih Cerdas

Untuk mengantisipasi serangan dari ancaman cybersecurity yang semakin berkembang, solusi kemanan cyber juga harus ditingkatkan.
 
Pada tahun 2017, organisasi jasa keuangan sebaiknya mempertimbangkan untuk menggunakan arsitektur Security Fabric.
 
Solusi ini menyediakan pengetahuan dan visibilitas atas semua unsur keamanan. Sekaligus mengintegrasikannya menjadi satu sistem pertahanan dan memungkinkan pengaturan dan otomatisasi yang terpusat melalui platform manajemen tunggal.