ArenaLTE.com - Xiaomi telah resmi meluncurkan seri Redmi Note 7 ke Indonesia beberapa waktu lalu, hal ini menjadi pertanda bahwa perusahaan telah berani melepasnya secara global. Namun sayangnya, hal ini tidak berlaku untuk seri kandung dari Redmi Note 7 Pro yang dikabarkan tidak akan dirilis secara global, sehingga kemungkinan hanya akan berada di wilayah pasar China dan beberapa negara tetangganya saja.

Mengutip laman dari GSMArena, Director Regional Xiaomi untuk Asia Tenggara, John Chen, mengungkapkan bahwa ada kabar buruk dari perusahaan. Mengutarakan bahwa untuk versi Note 7 Pro dari Xiaomi tidak akan dirilis secara Global, produk ini hanya akan secara eksklusif di pasarkan di wilayah negaranya saja, di China.

Padahal sayangnya, gembor-gembor informasi mengenai kekuatan kamera dari Redmi Note 7 Pro yang sebesar 48MP sudah bertebaran di jagat maya, sehingga banyak yang menantikan produk ini resmi dirilis secara global. Pasalnya, skema spesifikasi seri Pro sudah banyak disinggung akan lebih besar untuk pengaturan kamera dibanding seri adik kandung, karena Redmi Note 7 menggunakan kamera 48MP + 5MP untuk utama berbeda dengan seri Pro yang gunakan 48MP + 12MP.

Tentunya, perbedaan kamera yang mencolok ini bisa menjadi pertimbangan banyak pengguna untuk mengganti smartphone baru mereka, melihat spesifikasi yang besar. Bahkan sudah digadangkan bahwa seri Pro dengan kamera besar akan bisa menghasilkan video rekaman kualitas 2160p, berbeda dari seri biasa yang hanya mampu menghasilkan kualitas rekaman Full HD 1080p.

Selain itu, seri Pro dengan Redmi Note 7 biasa adalah penggunaan prosesor yang lebih kencang. Jika pada seri Xiaomi Note 7 biasa menggunakan prosesor Snapdragon 660, tentunya spesifikasi seri Pro lebih besar yang dikabarkan menggunakan prosesor Snapdragon 675. Dengan dukungan dapur pacu ini, tentunya performa pun akan menjadi berbeda nantinya.

Apakah mungkin kehadiran Xiaomi Redmi Note 7 Pro menjadi bukti bahwa perusahaan belum bisa yakin akan produk ini, dikarenakan harganya yang bisa dipatok lebih tinggi dibanding adik kandungnya tersebut. Atau hal lainnya adalah susahnya memenuhi persyaratan regulasi produk suatu negara, seperti penerapan TKDN dari Indonesia yang tidak bisa dipenuhi perusahaan. Come on Xiaomi!