Laporan Kaspersky berjudul “More connected than ever before: how we build our digital comfort zones” menemukan bahwa mayoritas (82%) responden dari wilayah tersebut menganggap bahwa gaya hidup digital mereka aman dalam hal terkait privasi data. Ini merupakan 7% lebih tinggi dari rata-rata global sebesar 75%.
Dilakukan pada bulan Mei 2020 lalu di antara 760 responden dari wilayah tersebut, temuan menarik lainnya menunjukkan bahwa hanya 1% pengguna di Asia Tenggara yang mengakui bahwa hidup secara virtual terasa sangat tidak aman bagi mereka, 2 tingkat lebih rendah dari tingkat global yaitu sebesar 3%. Sisanya menjawab merasa tidak aman (11%), masih lebih rendah dari persentase global sebesar 16%, sedangkan 5% tidak yakin.
Terlepas dari keyakinan yang tinggi di wilayah tersebut, responden survei juga mengaku diretas secara online. Pengguna mengakui bahwa akun media sosial (21%), akun email a (20%), perangkat seluler (13%), jaringan Wi-Fi (12%), dan akun perbankan mereka (12%) telah mengalami peretasan.
Terdapat pula 2% lainnya yang bahkan mengonfirmasi bahwa akunnya telah disusupi lebih dari tiga atau empat kali, sementara 24% yakin bahwa datanya tidak pernah bocor. Hampir 2-dari-10 responden juga mengaku tidak yakin apakah akun mereka pernah dibobol karena mereka tidak tahu cara memeriksanya (18%) sementara 14% lainnya mengungkapkan bahwa mereka tidak pernah memeriksa sama sekali.
Ketika ditanya mengenai apa yang dilakukan setelah akun mereka mengalami kebocoran, lebih dari setengah pengguna (57%) di Asia Tenggara mengubah kata sandi pada semua perangkat nirkabel dan akun digital dan 54% lainnya memperbarui kode keamanan mereka hanya ke perangkat nirkabel dan akun digital yang terpengaruh.
Hanya sebanyak 23% dari responden yang mengalami peretasan memasang perangkat lunak keamanan untuk melindungi akun mereka, sementara 14% membawa perangkat yang diretas ke pakar TI. Ada sebagian kecil (4%) yang memilih untuk tidak melakukan apa-apa.
“Teknologi adalah alat yang sangat berguna, terutama jika diamankan secara efektif. Berdasarkan studi ini, pengguna online Asia Tenggara menghabiskan lima hingga 10 jam per hari untuk online dan mengakui bahwa penerapan lockdown saat ini telah menyebabkan waktu yang dihabiskan secara virtual meningkat hingga dua sampai lima jam per hari. Dengan perangkat kita yang juga terhubung untuk keperluan kantor, bank, pusat perbelanjaan, sekolah, dan banyak lagi, kita harus lebih menjaga akun dan perangkat terkunci dengan baik demi menjaga aset digital dan kehidupan jauh dari jangkauan pelaku kejahatan siber,” kata Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky.
“Sangat nyaman untuk menjalani sebagian besar hidup kita secara online dengan aman, terutama di saat ketika kita perlu membatasi aktivitas fisik untuk menjaga diri dan keluarga aman dari efek pandemic ini. Namun, kenyamanan di dunia maya bukan berarti menurunkan kewaspadaan,” tambahnya.
Karena semakin banyak pengguna yang menggunakan internet dalam menjalani aktivitas di masa pandemi, Kaspersky menyarankan hal berikut agar tetap aman di dunia maya:
- Selalu menjaga privasi online dengan serius dan jangan membagikan atau mengizinkan akses ke informasi Anda dengan pihak ketiga kecuali benar-benar diperlukan, demi meminimalkan akses jatuh ke tangan yang salah
- Mulailah menggunakan “Privacy Checker” yang membantu mempertimbangkan untuk mengatur profil media sosial Anda ke mode pribadi. Ini akan mempersulit pihak ketiga untuk menemukan informasi yang sangat pribadi.
- Menggunakan solusi keamanan yang andal seperti Kaspersky Password Manager untuk menghasilkan dan mengamankan kata sandi unik untuk setiap akun, dan menghindari penggunaan kembali kata sandi yang sama berulang kali.