ArenaLTE.com - Ada yang menarik dari perhelatan Asian Games kali ini. Semaraknya pesta olahraga bangsa-bangsa Asia itu malah makin menggaungkan kehadiran teknologi 5G di Indonesia. Secara terbatas, salah satu operator menggelar show case 5G di arena Asian Games di Jakarta. Itu menyusul beberapa percobaan teknologi termutakhir itu, yang dilakukan operator lain sebelumnya. Akankah 5G segera diimplementasikan di Indonesia? Tampaknya tidak untuk waktu dekat ini.
Di tengah euphoria itu, diam-diam operator Smartfren ternyata sudah menerapkan teknologi yang dibutuhkan untuk 5G pada jaringannya. “Jaringan Smartfren sudah ditumpangi teknologi yang diperlukan untuk 5G,” ungkap Munir Syahda Prabowo, VP Technology Relations & Special Project Smartfren, dalam acara temu wartawan di Jogjakarta, Rabu (15/8).
Menurut Munir, untuk implementasi 5G, diperlukan sejumlah persyaratan. Yang paling awal adalah sudah memiliki carrier aggregation (CA). Teknologi ini berfungsi menggabungkan dua kanal atau lebih frekuensi secara dinamis. Ini dimaksudkan untuk memperbesar kanal saluran data. Saat ini, CA sudah bisa menggabungkan empat hingga lima kanal.
Berikutnya ada multi input multi output (MIMO), teknologi yang memperbanyak saluran masuk dan keluar aliran data. Semakin banyak saluran masuk dan keluar, akan menghindarkan penumpukan data pada satu pintu saja, seperti yang ada pada teknologi lawas. Dengan demikian, data akan tersalurkan dengan lebih lancar.
Lantas ada lagi teknologi yang disebut QUAM (quadrature amplitude modulations). Teknologi ini berfungsi lebih mengefisienkan cara penyaluran data. Ibaratnya, QUAM dapat menyalurkan data sekali banyak, tidak diangkut sedikit demi sedikit.
Didukung pula oleh teknologi beam forming. Nah, teknologi yang ini berbentuk antenna penerima/pemancar yang bergerak dinamis, yang dapat diarahkan kepada titik atau tempat di mana terjadi trafik data atau kebutuhan data yang tinggi. Berikutnya adalah full duplex, yang membuat kecepatan download sama besarnya dengan kecepatan upload.
Semua itu, kata Munir, adalah persyaratan yang mesti ada untuk 5G. Tujuannya adalah meningkatkan kecepatan koneksi data dan menekann angka latency seminim mungkin. 5G harus bisa memberikan koneksi data yang almost real time. Untuk itulah fungsi semua elemen teknologi tadi, agar dapat memberikan kecepatan data yang, paling tidak, nyaris seketika. Munir mengungkapkan, suatu jaringan bisa disebut 5G apabila sudah mampu memberikan kecepatan koneksi 1 Gbps hingga 100 Gbps. “Di bawah itu, belum bisa disebut 5G, meski sudah bisa menyentuh angka 500 Mbps,” tegas Munir.
Nah, menariknya, kecuali full duplex, elemen-elemen 5G lainnya nyatanya sudah ditumpangkan pada (sebagian) jaringan 4G LTE Smartfren. “Memang belum semua, tapi Kami sudah menumpangkannya pada BTS yang memiliki trafik tinggi,” ungkap Munir. Hasilnya adalah, kecepatan dan stabilitas trafik data yang lebih baik, yang pada gilirannya memberikan pengalaman lebih baik pula bagi pengguna.
Pada pengujian yang dilakukan di wilayah Jakarta, kecepatan koneksi yang didapat mampu menyentuh angka 198 Mbps. Memang baru sekitar 20% dari kecepatan minimum yang dipersyaratkan untuk bisa mendapat status 5G. Tapi sudah jauh lebih tinggi dibanding 4G LTE biasa. Karena itu, Smartfren berani mengklaim bahwa jaringan 4G LTE milik mereka sebagai 4G+. Atau bisa pula disebut sebagai jaringan pre-5G. “Bisa disebut begitu, karena sudah menerapkan teknologi yang diperlukan untuk 5G, tetapi belum mencapai kecepatan minimal yang dipersyaratkan untuk 5G,” papar Munir. Satu hal lagi, untuk dapat menikmati jaringan 4G+ ini, handset yang digunakan pun harus sudah mendukung LTE Cat 6 ke atas.
Dalam uji coba yang digelar di kawasan wisata Plaosan-Prambanan, perbatasan Jogjakarta dan Jawa Tengah, kelebihan jaringan 4G+ LTE Smartfren ini sudah menunjukkan performa yang memuaskan. Kekuatan sinyalnya tertinggi yang bisa didapat di sana mencapai 37 Mbps (untuk kecepatan download). Angka terendah yang didapat adalah 4 Mbps (download).
Kabar baiknya untuk orang Jogjakarta, jaringan 4G+ LTE Smartfren ini sudah mencakupi semua wilayah kota gudeg ini. Di beberapa wilayah memang terjadi penurunan performa. Tetapi secara keseluruhan, tak ada blank spot. Sekadar catatan pula, Smartfren per akhir tahun lalu, tak lagi menyediakan jaringan 2G/3G. Sekarang semuanya sudah total 4G LTE, dan sudah bertransformasi menjadi operator GSM.