ArenaLTE.com - Penyakit Depresi adalah salah satu satu gangguan mental yang kerap terjadi di seluruh dunia. Depresi dalam kondisi lanjut karena tidak tertangani juga merupakan penyebab utama bunuh diri yang mengambil ratusan ribu nyawa setiap tahunnya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan satu dari empat orang di dunia terjangkit gangguan jiwa atau neurologis. Saat ini, ada sekitar 450 juta orang mengalami ganggan mental. Hampir satu juta orang melakukan bunuh diri setiap harinya.

Sementara di Indonesia, berdasarkan data Riskesdas 2013 dikombinasi dengan data rutin dari Pusdatin Kemenkes menunjukkan, gejala depresi dan kecemasan sudah diidap orang Indonesia sejak usia 15 tahun.

Persentase depresi mencapai enam persen atau sekitar 14 juta orang. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofreniasebanyak 1,7 per 1.000 penduduk atau sekitar 400.000 orang.

Sebuah penelitian oleh universitas di Indonesia mengungkapkan bahwa terapi online dengan dukungan awam ternyata efektif untuk menangani penderita depresi di Indonesia yang memiliki keterbatasan waktu melakukan sesi pertemuan langsung.

Universitas Groningen dan Universitas Amsterdam (Amsterdam University Medical Centres), bekerja sama dengan Unika Atma Jaya melakukan uji coba di Indonesia untuk pertama kalinya di negara berkembang.

Ketiga peneliti, Retha Arjadi, Maaike Nauta (Universitas Groningen), dan Claudi Bockting (Amsterdam University Medical Centres – Universitas Amsterdam dan Universitas Groningen) menamai metodenya Guided Act and Feel Indonesia (GAF-ID).

Yaitu sebuah terapi psikologis berbasis internet yang pemberiannya didukung oleh panduan dari konselor awam terlatih dan dijalankan berdasarkan protokol terapi aktivasi perilaku yang telah diadaptasi ke dalam konteks budaya Indonesia.



Dalam sebuah uji coba klinis acak, ketiga peneliti menginvestigasi efektivitas terapi aktivasi perilaku dengan dukungan konselor awam dibandingkan dengan psikoedukasi minimal yang diberikan secara online tanpa dukungan konselor pada 313 partisipan di Indonesia.

Hasilnya, gejala-gejala depresi dilaporkan lebih rendah secara signifikan setelah 10 minggu dan peluang pulih dari diagnosis depresi dilaporkan 50% lebih tinggi pada kelompok GAF-ID daripada kelompok psikoedukasi online. Menariknya efek tersebut bertahan jangka panjang – dengan besar efek (effect size) 0.27 pada pengukuran bulan keenam.

Indonesia, lanjutnya, sebagai negara kepulauan yang memiliki lima pulau besar dan lebih dari 1000 pulau-pulau kecil adalah satu dari banyak negara berkembang yang mengalami persoalan penanganan masalah kesehatan mental.
 
Distribusi fasilitas kesehatan mental cenderung tidak merata. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi inovatif untuk menjawab tantangan “mental health gap” dan meningkatkan akses terhadap penanganan masalah kesehatan mental di Indonesia.

Sebagai riset awal, penelitian ini membuka peluang cara baru untuk menjembatani kesenjangan antara kebutuhan dan ketersediaan layanan kesehatan mental di negara-negara berkembang yang memiliki keterbatasan akses kesehatan mental.