ArenaLTE.com - PT Virtus Technology Indonesia (Virtus), penyedia solusi infrastruktur IT, sekaligus anak perusahaan CTI Group mengumumkan kemitraan strategisnya dengan CrowdStrike, perusahaan pelopor solusi keamanan endpoint berbasis cloud-delivered.
Keamanan endpoint atau proteksi endpoint, adalah metode keamanan siber untuk melindungi desktop, laptop, perangkat IoT, dan perangkat yang berkomunikasi dengan jaringan pusat lainnya dari ancaman serangan siber.
Perusahaan-perusahaan di Indonesia mulai hari ini bisa mendapatkan solusi keamanan endpoint ini dari jaringan mitra bisnis Virtus yang tersebar di seluruh Indonesia atau dengan menghubungi Virtus.
Penggunaan teknologi endpoint saat ini semakin meningkat seiring dengan adopsi penerapan new ways of working seperti work from home dan bekerja dari jarak jauh.
Meskipun cara bekerja yang baru mampu tetap menjaga produktivitas maupun kesehatan karyawan di tengah pandemi COVID-19, ternyata hal ini juga malah menghadirkan kerentanan bagi jaringan internet perusahaan, karena menjadi celah yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan siber.
“Melihat kondisi dari pelaku industri, ada tiga alasan kenapa keamanan endpoint menjadi tantangan tersendiri, pertama threat sophistication atau kecanggihan ancaman di mana para pelaku saat ini sudah memiliki metode tradecraft yang unggul dan memudahkan mereka untuk menyerang target. Kedua, adalah outmoded defences atau sistem pertahanan yang sudah ketinggalan zaman,” ujar Christian Atmadjaja selaku Direktur Virtus.
"Banyak orang masih berfokus pada serangan malware saja, padahal penyerang terus berevolusi. Mereka sekarang menggunakan teknik tanpa file yang dengan mudah melewati antivirus dan bisa terlihat seperti user yang sah untuk mencuri kredensial. Jadi perusahaan yang hanya memiliki strategi yang berfokus pada malware saja, bisa melewatkan model ancaman lainnya.” tambahnya.
Menurut laporan dari Crowdstrike Global Threat Report 2020, lanskap ancaman yang kini dihadapi oleh bisnis sekitar 49 persen adalah malware dan 51 persen lainnya non-malware berupa hacktivist, kejahatan siber, kriminal yang terorganisir, serangan internal, penyalahgunaan privileged account, hingga kejahatan yang sulit dicegah karena dilindungi dan dikoordinasi oleh negara.
Keamanan endpoint atau proteksi endpoint, adalah metode keamanan siber untuk melindungi desktop, laptop, perangkat IoT, dan perangkat yang berkomunikasi dengan jaringan pusat lainnya dari ancaman serangan siber.
Perusahaan-perusahaan di Indonesia mulai hari ini bisa mendapatkan solusi keamanan endpoint ini dari jaringan mitra bisnis Virtus yang tersebar di seluruh Indonesia atau dengan menghubungi Virtus.
Penggunaan teknologi endpoint saat ini semakin meningkat seiring dengan adopsi penerapan new ways of working seperti work from home dan bekerja dari jarak jauh.
Meskipun cara bekerja yang baru mampu tetap menjaga produktivitas maupun kesehatan karyawan di tengah pandemi COVID-19, ternyata hal ini juga malah menghadirkan kerentanan bagi jaringan internet perusahaan, karena menjadi celah yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan siber.
“Melihat kondisi dari pelaku industri, ada tiga alasan kenapa keamanan endpoint menjadi tantangan tersendiri, pertama threat sophistication atau kecanggihan ancaman di mana para pelaku saat ini sudah memiliki metode tradecraft yang unggul dan memudahkan mereka untuk menyerang target. Kedua, adalah outmoded defences atau sistem pertahanan yang sudah ketinggalan zaman,” ujar Christian Atmadjaja selaku Direktur Virtus.
"Banyak orang masih berfokus pada serangan malware saja, padahal penyerang terus berevolusi. Mereka sekarang menggunakan teknik tanpa file yang dengan mudah melewati antivirus dan bisa terlihat seperti user yang sah untuk mencuri kredensial. Jadi perusahaan yang hanya memiliki strategi yang berfokus pada malware saja, bisa melewatkan model ancaman lainnya.” tambahnya.
Menurut laporan dari Crowdstrike Global Threat Report 2020, lanskap ancaman yang kini dihadapi oleh bisnis sekitar 49 persen adalah malware dan 51 persen lainnya non-malware berupa hacktivist, kejahatan siber, kriminal yang terorganisir, serangan internal, penyalahgunaan privileged account, hingga kejahatan yang sulit dicegah karena dilindungi dan dikoordinasi oleh negara.
“Untuk melawan peningkatan ancaman itu, banyak perusahaan menambahkan lebih banyak produk dari berbagai merek yang berbeda ke tumpukan solusi keamanan yang ada, yang justru meningkatkan biaya dan kompleksitas lingkungan mereka, sehingga muncul alasan ketiga yaitu solution complexity atau solusi yang terlalu kompleks.” kata Christian.
Didukung oleh CrowdStrike Security Cloud, CrowdStrike Falcon Platform memanfaatkan indikator serangan secara real-time, threat intelligence dan telemetri yang diperkaya untuk kemampuan deteksi berakurasi tinggi, memungkinkan seluruh perusahaan menghadirkan deteksi yang sangat akurat, serta perlindungan dan perbaikan otomatis, perburuan ancaman yang elit, dan observabilitas yang memprioritaskan kerentanan.
“CrowdStrike mengamankan area paling kritis dari perusahaan yaitu endpoint dan beban kerja cloud, identitas, serta data, untuk menjaga pelanggan tetap selangkah lebih depan dari ancaman terbaru dan menghentikan serangan. Dengan bekerja sama dengan Virtus, kami senang bisa memperluas kehadiran kami di Indonesia dan akan secara proaktif mencari untuk mengembangkan hubungan dengan para mitra untuk memberikan keamanan terbaik bagi perusahaan di Indonesia” ujar Jon Fox selaku Senior Director, APJ Alliances CrowdStrike.
Sebagai mitra value added distributor, Virtus akan melengkapi keunggulan solusi dari CrowdStrike dengan penyediaan layanan mulai dari perencanaan, implementasi solusi hingga after sales seperti customer support 24/7 yang didukung oleh sumber daya manusia-engineer berpengalaman.