ArenaLTE.com - Perlahan tapi pasti, transformasi digital mengubah berbagai sektor kehidupan. Revolusi Industri Ke-4 telah telah membawa perubahan dalam segi digital bagi ekonomi dan sistem sosial, yang berakibat pada pergeseran cara kita bekerja saat ini.
Mengutip sebuah fakta menarik—Thomas Frey, memprediksi bahwa dua miliar pekerjaan akan hilang pada tahun 2030. Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa 65% anak-anak yang saat ini sedang bersekolah bekerja pada sektor-sektor pekerjaan yang belum ada saat ini.
The World Economic Forum telah merilis laporan The Future Jobs, membahas implikasi dari perubahan yang dihadapi ketenagakerjaan, keterampilan, dan rekrutmen. 34% responden melihat teknologi internet mobile dan komputasi awan menjadi pendorong utama perubahan teknologi, yang memungkinkan lebih efisiennya penyampaian layanan dan kesempatan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja.
Sementara 26% lainnya melihat bahwa kemajuan dalam kekuatan komputasi dan big data akan menjadi faktor pendorong perubahan pada dunia kerja, saat organisasi—dan dengan perluasan ekonomi—berusaha untuk mewujudkan potensi penuh teknologi dalam membantu memahami banyaknya data yang sangat jumlahnya. Hal ini jelas menunjukkan perlunya institusi pendidikan untuk membekali siswa dengan keahlian yang tepat demi memenuhi tuntutan masa depan.
Dampak dari transformasi digital tentunya juga relevan dengan perguruan tinggi. Laporan McKinsey yang dirilis baru-baru ini, tercatat bahwa gelar menjadi “penanda” untuk perekrutan, bahkan di era digital; namun, sepertinya tidak ada hubungan langsung antara tingkat perguruan tinggi dan kesuksesan profesional.
Sudut pandang menarik lainnya tentang kesenjangan keterampilan saat ini adalah kurangnya keterampilan khusus. Menurut studi Manpower Group yang dilakukan pada tahun 2016, ketidakmampuan untuk menemukan individu yang tepat bagi sebuah pekerjaan adalah masalah serius keenam, dari sembilan masalah ekonomi global terbesar saat ini.
Sama halnya, 40% perusahaan dunia melaporkan kurangnya keterampilan khusus, yang akhirnya berdampak pada ketersediaan pelamar, keterampilan teknis, dan pengalaman; yang menjadi alasan mengapa banyak posisi disebuah perusahaan yang belum terisi.
Dengan ini menegaskan bahwa sumber daya paling berharga di era digital ini adalah data. Dengan naiknya kebutuhan akan data, maka permintaan akan kompetensi baru—analisis, pembelajaran mesin, kecerdasan bantuan, keamanan siber, dan lainnya—juga akan datang. Kemudian yang menjadi sorotan adalah apakah institusi pendidikan saat ini sudah disiapkan untuk memenuhi kebutuhan masa depan?
Studi dari Microsoft Asia Digital Transformation menemukan bahwa 87% pemimpin di industri pendidikan sepakat bahwa organisasi mereka perlu ditransformasi menjadi bisnis digital untuk memungkinkan pertumbuhan dimasa mendatang, namun hanya 23% yang telah memiliki strategi untuk menghadapi perubahan ini.
Prioritas nomor satu dalam proses transformasi digital mereka saat ini adalah untuk memberdayakan baik karyawan fakultas maupun non-guru, dan memberi mereka alat terbaik untuk melibatkan siswa baik di dalam maupun di luar kelas. Namun, hanya 39% responden yang berpendapat bahwa institusi mereka memiliki teknologi yang saling terkoneksi sehingga memungkinkan karyawan tersebut bekerja di luar kampus.
Hal ini diikuti dengan melibatkan siswa sebagai bagian dari proses transformasi, di mana sekolah mengadopsi teknologi digital, konten interaktif dan personal, dan mempersiapkan siswa dengan keterampilan agar berhasil di dunia kerja yang berdinamika saat ini.
Ketika kita memikirkan tentang transformasi digital untuk sektor pendidikan, harus kita mulai dengan mengetahui cara orang belajar. Hal ini lebih dari mengimplementasikan teknologi, tetapi juga membahas perubahan paradigma yang dibawa oleh Revolusi Industri Ke-4.
Transformasi digital perlu dimulai dengan memungkinkan para pendidik untuk menciptakan lingkungan belajar baru—yang memungkinkan kegagalan sebagai bagian dari proses pembelajaran. Intinya, slogan untuk kelas baru seharusnya “gagal lebih cepat, gagal dengan cepat, dan sering gagal”.